Friday, August 5, 2011

SEBINGKIS RINDU UNTUK RUMAH

Malam menenggelamkanku lebih awal dan kemudian memberikan kesempatan untukku menikmati kesepian. Terbangun ditengah petang memberiku waktu lebih untuk menilai hari dan langkahku. Entah karena apa dan mengapa aku melakukan hal yang telah terjadi itu atau kenapa aku tak memilih jalan lain.

Namun aku tak mengerti tentang keadaan. Hanya mencoba dan terus menciba untuk iklas. Dan tak ada kata batas dalam sebuah keiklasan itu sendiri. Mengutamakan apa yang benar dan kemudian menyingkirkan kesia-siaan dalam hal apapun itu. Apalagi waktu. Rasanya benar bila ibu sering dan tak pernah lupa untuk mengingatkanku dalam hal ini. Kadang aku terlalu larut, kegiatan dan rutinitas membuatku melalaikan agenda penting yang seharusnya selalu ada dalam agenda prioritas juga. Pulang ke rumah.

Malam ini terbangun dan menemukan diriku yang lain. Membuatku kembali menengok sedikit kebelakang tentang banyak hal yang telah terjadi. Tumpukan tulisan yang ada di rumah hingga kertas demi kertas yang kemudian terisi tentang banyak hal tentang cerita kehidupan. Membuatku tak punya waktu untuk sekedar mengeluh dan menyalahkan keadaan. Kembali mengingat keputusan demi keputusan yang telah ku ambil dan menjadikan satu per satu mimpi dapat ku wujudkan.
Senyuman mengiringi penghambaanku malam ini. Mengingat perjalanan dan menyusiri tempat demi tempat di bandung kemarin bukan membuatku bergeming gembira namun malah menelisik hati. Bandung.. kakung..

Tetes air mata itu mungkin tak diketahui yang lain. Namun aku tak akan bisa membohongi langit . saat akan meneterkan air mata aku akan melihat ke langit dan mendongak hingga tak jadi air mata itu mengalir. Bandung dan kenangannya punya tempat dan tautan tersendiri. Yang tak terpisahkan dan tak terlupakan.

Kenapa malam ini hatiku pun tertaut pada saat TK dengan polos dan kekanakan itu aku berangkat ke sekolah sendirian. Melewati jalan raya dengan minta tukang becak untuk mengantarkanku ke sisi jalan yang lain. Atau kemudian pulang dijemput kakung dan diajak mancing.

Mungkin hanya aku cucu yang punya banyak kenangan dengan kakung. Hingga saat menulis inipun aku tak kuasa untuk menerangkan bagaimana saat kehilangan dia. Bagaimana beliau dan aku nonton pemilu presiden di rumah dan bagaimana beliau mengajakku mancing sepulang sekolah.

Hanya berharap beliau dapat tenang di alam sana. Begitu cepat waktu berlalu, begitu singkat perjalanan ini. Dan penantian akan kedatangan kematian itu pasti. Siapa yang bisa menerkanya . kapan waktu kita ?

Perjalanan hidup mengajariku untuk belajar. Tentang memahami arti kehadiran dan kehilangan. Memahami tentang pertemuan dan perpisahan. Mengenal dan tak pernah akan melupakan. Dan waktu punya semua masa untuk menjadikannya kenangan dalam sekejap atau menjadikan mimpi itu jadi kenyataan dalam sekedip mata.

Dan akhirnya kita berhak untuk mengenang dan mengambil pelajaran dari masalalu. Namun tak punya hak untuk tau masa depan. Lakukan yang terbaik. Maka Allah punya lebih banyak alasan untuk mengabulkan permintaan dan doa kita.

jadilah pemenang di dunia tanpa ditanggungkan akhirat.. :)

semarang, 28 juli 2011

No comments:

Post a Comment