Wednesday, October 26, 2011

menuntun Indonesia tersenyum...


Terik hari ini menyanjung bumi untuk sekedar sebentar saja bersyukur dalam tundung. Menentang pengapdian mereka yang terjerembab pada keiklasan dan kemurnian hati yang mencela kaum mayoritas yang menindas rakyat jelata. Namun kita disini , berdiri dan menjadi sosok yang berbeda.

Terik mataahari ini mengusikku untuk mengiklaskan diri berada di jalan ini. Meluruskan niat atas dasar keridhoannya. Mengiklaskan apa yang sudah dan akan terjadi. Aku dan keinginanku hanya ingin satu. Membuat Indonesia lebih cepat untuk bisa tersenyum. Bukan senyum yang mereka lakukan untuk menjilat penguasa. Bukan kan simpati para pemilih di pemilu. Bukan senyum beringas atas nama mereka yang mengantri zakat namun untuk kembali di jual. Bukan senyum mereka yang tak ingin berbegi sejumput rejekinya karena enggan kehilangan labanya.

Indonesia membutuhkan kita untuk menuntunnya kembali tersenyum. Seketika kembali membuat mereka yang di dasar jembatan itu bisa tersenyum dan sekedar mrnimba kebahagiaan di rumah mereka sendiri.

Jujur pada diri sendiri. Menjadikan apa yang ada di otak kita bukan hanya soal diri kita sendiri. Bukan soal apa yang mereka sebuat dengan pacaran dan menangisisnya. Lelucon macam apa yang membuat mereka menangis karena cinta nafsu yang mereka pikir itu fakta. Bagaimana mereka bila melihat anak jalanan yang ada di jalan sana. Yang bahkan tak bisa meminta pada Nya. Bahkan tak punya tanya untuk sekedar berharap di lahirkan di tempat yang yang lebih layak.

Bila saja mereka bisa berkata. Aku ingin memeluk mereka satu per satu dan menjadikan pelukan itu di dalam dada ini sebagai simbol dimana mereka bisa menemukan cinta. Bukan dari narkoba atau dari lem yang mereka hisap.

Aku yang terlampau lemah ingin Imembuat Indonesia tersenyum dari sini.
Aku ingin membuat indonesia menjadi lebih baik dari sini. Aku tak ingin larut pada pemikiranku semata yang nantinya akan tenggelam dalam pragmatisme dan kebutaan hati dan pemikiran.

Terik matahari siang ini mengijinkanku untuk bersyukur.

Kembali bersyukur bahwa penghambaan matahari masih sama seperti sebelum nya. Mengabadikan cinta pada Tuhannya dengan cara mereka.

Dan ini caraku. Caraku mengabadikan cintaku pada Allah dengan langkahku di jalan ini.
Aku bersyukur atas kesadaran ini. Dan nanti.. semoga ada yang sadar lagi. Dan sadar lagi.. hingga kita bersama. Bisa sedikit punya waktu lebih cepat..

Untuk menuntun Indonesia tersenyum lebih cepat.


Semarang, 26 oct 2011
’pkm dan terik matahari..’

Penghambaan padaNya


Seperti yang biasa terjadi pada mereka yang tangguh oleh keadaan. Yang merasakan total diri dan pengapdian yang seutuhnya pada keadaan. Serta tak mau mengeluh apalagi takluk oleh masalah. Mereka yang senantiasa tersenyum karena enggan jengah oleh kekecewaan . atau yang akan terus bertahan dengan edeolagi dan pemahaman yang fasih oleh keiklasan. Namun tak berarti akan selalu sedia pada tema dan waktu yang di tentukan itu yang tercermin dari jelaga kehidupan.

Siang ini ditengah terik cintaNya untuk bumi. Keyakinanku mengarah pada kasih sayang Tuhanku yang bersedia terus hadir dalam degup jantungku. Mengiringi melodi jingga dan merah muda keseimbangan hati. Walau oleh Edquistic mengibararkannya dengan sebiru hari ini .

Siang ini aku merasa bahwa pengapdianku pada bumi tak seberapa oleh kelingan senyum mentari. Tak bosan dia disana dan menjadikan kami dapat menikmati rimbunan hijau di bumi atau malah lebih extream dengan sebentuk kecintaan dari oksigen yang selalu di butuhkan. Begitulah cara mentari mencintai Tuhannya dan kemudian pengapdian tanpa celah dan sepenuhnya memiliki hakekat yang santun oleh karena dengan sigap selalu sedia memberikan cintanya.

Dan selalu dalam langkah ini aku selalu mengibaratkan segalanya dengan cinta. Cinta yang membuat mereka tersenyum walau hanya tidur 3 sampai 4 jam saja. Senyuman yang mengumbar keiklasan mereka yang selalu singgah dalam keadaan baik dan terjaga imannya. Serta menyertakan imannya dalam setiap langkah dan alur hidup dan keadaan yang di milikinya.

Aku menyangka bahwa hanya aku yang menginginkan cinta yang seperti itu. Cinta yang ku letakkan bukan hanya jauh dalam dada, namun lebih dari itu. Aku ingin cintaku ini menjadi cerminan kecintaan yang lain yang akan membuatku siap siaga dalam kehidupan. Cinta yang membuatku memiliki selalu dan selalu semangat berada di jalan ini. Selalu mencintai mereka yang menjanjikan bahunya atau yang kemudian meninggalkanku karena tak sepaham.

Seandainya dia adalah seorang perempuan, ingin rasanya aku memeluknya dan sesaat berkata bahwa perbedaan mana yang membuatmu pergi dan menganggapku berbeda dari yang dulu. Seandainya dia seorang akhwat aku akan memintanya menuntunku untuk mengetahui diriku lebih jauh lagi dan kemudian meletakk
kannya di jejeran orang yang berpengaruh untukku.

karena dia adalah salah seorang yang berpengaruh di hidupku. karena kami yang merasa memilikinya sebagai seorang lebih dari sekedar teman . kami yang menganggap dia kakak dan pemimpin. namun .. apa dia tak pernah mau merasa..

Namun siang ini dan panas terik ini, yang merupakan lantunan cinta dari mentari ini..
Semoga ada pahlawan hati yang menentramkan diri.. saat menuju alur hidup yang bertepi menuju keridhoaNya..

Hanya tentang ..
Penghambaan padaNya..

Sunday, October 23, 2011

mereka

Lambaian angin mengetuk sendi sendi angan yang berlabuh senja ini. Ku sisipkan berbagai angan dalam doaku kali ini. Masih dengan mukena yang sama, namun selalu berbeda cerita.
Langit punya cara untuk mengajari kita memandangnya dengan bijak juga. Segala keterkaitannya dengan alam membawa lamunan yang siap membuat kita menjajaki dunia baru yang kita ingin singgahi.
Dan saat semuanya akhirnya harus padam. Bersembunyi mungkin adalah pilihan yang paling tepat akan segala permasalahan.
Namun pilihannya bukan sembunyi . pilihanku adalah tetap pergi dan harus pergi. Sejujurnya aku tak bisa bertindak kalut untuk mencari sanjungan orang.
Mukena ini masih di badanku. Mengetuk manusia dan mengubur egoku. Mengingatkanku bahwa nantinya akupun aku akan terkubur dalam liang sempit itu. Cepat atau lambat itu hanya masalah waktu.
Dan satu yang kemudian ku gumamkan..
Arti doa akan semua realita. Jerit tangis mereka dalam kedinginan malam. Atau peluh keringat tanpa hasil yang berarti.


‘wahai kalian yg rindu kemenangan..
Wahai kalian yg turun ke jalan..
Demi mempersembahkan jiwa dan raga ..
Untuk negeri tercinta.’

Thursday, October 20, 2011

PANITIA DAUROH MARHALAH I ANGKATAN XXVI KAMMI KOMSAT UNNES 2011

Penasehat : Ketua Komisariat KAMMI Unnes
Mahardika S
Penanggung jawab : Ketua Departemen Kaderisasi
Aliq Fiya K
Steering Commite : Eka Pala S
Mahardika S
Bayu Aji Nugroho
Ika Amalia Firdos
Aliq Fiya K
Walid Rudianti
Official Commite
Ketua Panitia : Yahya Nur Ifriza
Sekretaris : Arma Setyo Nugrahani
Bendahara : Wahyuli Ambarwati
Devi Yuliana

Sie Acara : Choirul Amin
M. Afiff Galang
Miftah Farid
Yuli Mulyana
Rina Mulyaningsih
Siti Umayyah

Sie Konsumsi : Handri Yulia
Ranita Wahyu
Rahmawati
Dian Pujiatma
M. Dedy Saputro
Sutrisno

Sie Perkap : Imammudin
Imam Ghozali
M. Solikhin
Panji R. Aziz
Ardias Risky K
Esti Imaniatun
Jami’atul Rohmah
Desti Rismayanti

Sie Humas : Budi Santoso
Erit Kamiswara
M. Anshor S
Betty Shinta
Bhekti K
Zaheatul Fitriah
Arit P

Sie Pubdekdok : Royan Aziz
Munawar Rofiq
Fitrotus Sholihah
Dewi Sukmawati
Zaka Firma

langkah kami

Buat kami
Perjuangan bukan hanya sekedar kata
Untuk kami
Cerita bukan hanya soal bahagia
Dan
Perjuangan ini
Tak selamanya menang
Jadi endingnya
Namun satu
Kami hanya ingin
Peluh dan letih jadi jalan
Meraih sejatinya kemenangan
Yang akan
Kami persembahkan untuk ISLAM..

Semarang, 16 oktober 2011
‘PKMU... pelaksana perbaikan’

langkah kami

Buat kami
Perjuangan bukan hanya sekedar kata
Untuk kami
Cerita bukan hanya soal bahagia
Dan
Perjuangan ini
Tak selamanya menang
Jadi endingnya
Namun satu
Kami hanya ingin
Peluh dan letih jadi jalan
Meraih sejatinya kemenangan
Yang akan
Kami persembahkan untuk ISLAM..

Semarang, 16 oktober 2011
‘PKMU... pelaksana perbaikan’

mereka atau MEREKA

Mereka yang enggan bersembunyi.
Berani untuk memilih berani menyendiri
dalam diri mereka sendiri.
Dalam pikiran mereka sendiri..

Semarang, 16 oktober 2011

Breaking News TKB

Semarang- Dunia selalu punya masa untuk membuatmu tersenyum dan menangis. Setelah berjuang dan berkomunisasi bersama , keterkaitan hati dan perjuangan itu punya hal yang akan membuatmu sungguh sakti dalam rasa. Kembali menelisik butir butir keiklasan atas kebersamaan dan kepekaan dalam mengerti satu sama lainnya. Dalam banyak hal kadang kita mencantumkan apa yang ada dalam diri kita namun kemudian tertunduk dan mengerti bahwa mereka yang sanggup mengguncang dunia adalah yang berani menantang keadaan. Dan seperti itulah persaudaraan ini di bangun. Training Kader Bangsa TKB BEMKM UNNES bukan hanya mencetak kader bangsa yang lugas dan kaya akan pengetahuan intelektual namun juga sadar dan peka terhadap masalah sosial. Namun di samping itu kami adalah generasi penerus bangsa yang akan senantiasa membentuk disi dalam pengelolaan iman dan membina lingkungan serta jejeran pemuda yang siap untuk membentuk Indonesia yang sesungguhnya.
Tepat di sudut intelektual di UNNES kalian akan menemukan organisasi yang bukan hanya menempamu sebagai orang yang hebat namun juga akan memberikanmu pelukan hangat nsebagai keluarga. Disini kami di didik bukan hanya untuk mencerdaskan otak namun juga hati. Mencerdaskan sisi –sisi kebenaran yang memang akan selalu benar adanya. Ketika di hadapkan dengan kesungguhan dan tekad bulat untuk melakukan perbaikan Indonesia. Kami adalah pasukan dalam garda paling depan.
Kini setelah training ini berakhir maka melanjutkan sebuah fase keutuhan dalam sebuah pembelajaran yang lebih lanjut atas bagaimana mengaplikasikan apa yang sudah di berikan. Materi dan pembicara yang liuar biasa serta penitia yang bagus tidak akan berati apa-apa apabila peserta tidak membuka hati dan pikiran untuk menjadikan perbaikan dalam pikiran dan fase perbaikan diri ini.
Dan akhirnya, panitia TKB dan BEMKM UNNES pada faktanya hanyalah fasilitator atas pemikiran dan perenungan intelektual mahasisea dan siap berkerja sama dalam membentukan karakter dan konsepan diri para mahasisiwa untuk nantinya menjadi kader penerus bangsa yang membawa kebaikan untuk semua. Terima kasih atas sebentuk keluarga yang terjalin di antara kita. Karena Indonesia membutuhkan perbaikan SEKARANG. (arma-fe)

Breaking News TKB

Semarang- Menjadi mahasiswa yang ‘berbeda’adalah sebuah langkah yang membutuhkan keberanian. Mahasiswa adalah sosok intelektual yang diharapkan bukan hanya sebagai tonggak penerus dalam keluarga namun lebih jauh dari hal itu. Mahasiswa faktanya memiliki tempat yang tidak dimiliki rakyat biasa ataupun pemerintah. Mahasiswa memiliki intelektual uang dapat diasah untuk lebih peka terhadap masalah sosial serta membuat pemecahannya. Mahasiswa memiliki point yang lebih dari sekedari berpikir tentang diri mereka atau masalah kecil yang ada di sekitar mereka. Sebagai pemandu perbaikan bangsa, mahasiswa atau pemuda dalam arti luasnya merupakan penggerak paling kongkret dalam perbaikan bangsa. Dalam hal ini Sekolah Kader Bangsa ( SKB) BEMKM UNNES menjadi salah satu mengembang mahasiswa baru yang merupakan sosok pemuda yang tengah dalam pencarian untuk mengembangkan potensi di sini. Mahasiswa yang lolos dalam penyeleksian akan menjalanani pelatikan atau Training Kader Bangsa (TKB) yang pastinya pada periode dan Angkatan III ini akan dilaksanakan pada tanggal 15 dan 16 october 2011.

Breaking News TKB

Semarang- Semangat dan rasa ingin tahu tergambar jelas pada banyak mahasiswa yang datang ke Stadium General yang diselenggarakan oleh BEMKM UNNES . Dalam salah satu sesi dalam SG tersebut, SKB mengambil sedikit waktu untuk memperkenalkan SKB pada sekitar 4000 mahasiswa yang hadir dalam SG tersebut dalam setiap sesi-nya. Adi Sucahyanto, mahasiswa Fakultas Hukum yang juga Kepala Sekolah SKB dan ketua SKB Angkatan I, menerangkan profil SKB dan beberapa kegiatan yang dilakukan selama kepemimpinannya menjadi Kepala Sekolah. Selain menjadi salah seorang pencetak aktivis mahasiswa dengan intelektual akademik dan juga pemahaman pada organisasi serta tetap tidak meninggalkan sisi religius dalam diri mahasiswa , SKB menjadi salah satu cara mahasiswa baru mengembangkan diri. Sebagai flow Up dalam acara SG tersebut, mahasiswa baru meluangkan waktu untuk menuju ke PKMU untuk mendaftar menjadi peserta TKB (Training Kader Bangsa). (arma-fe)

Breaking News TKB

Semarang- Training Kader Bangsa (TKB) BEMKM UNNES telah menemui babak baru dalam perjalanannya. Bagaimana selama beberapa waktu yang lalu telah terjadi pendaftaran dan penyeleksian. Dari 250 Peserta yang terdaftar da melakukan penyeleksian telah terpilih 132 mahasiswa yang telah resmi lolos seleksi penerimaan peserta TKB. TKB yang merupakan gerbang dari Sekolah Kader Bangsa (SKB) BEMKM UNNES. TKB sekaligus menjadi salah satu training yang akan di jalani oleh peserta dengan berbagai materi yang luar biasa. Dengan banyaknya peserta yang lolos seleksi ini , panitia mengharapkan banyaknya semangat dan pengalaman yang dapat di terima oleh peserta. Sehingga pada akhirnya banyak pula yang dapat lolos di tahap selanjutnya yaitu sekolah atau penambahan materi yang lebih dalam menuju pelantikan sebagai salah seorang dari Angkatan III Sekolah Kader Bangsa BEMKM UNNES. (arma-fe)

Jangan bangun Anakku...

Jangan bangun Anakku..
Tetaplah terlelap dalam tidurmu
Tetaplah bermimpi dalam nyenyakmu
Karena hidup terlalu hitam untukmu

Jangan bangun Anakku
Jingga temaram hidup
Berarti banyak untuk kita
Dunia bagai sebuah elegi

Jangan bangun anakku
Terlalu silau hidup yang kau lalui
Terlalu singkat serita bahagia
Hanya kecil mungkin kau kan berkuasa

Jangan bangun anakku
Semakin nyenyak itu semakin baik
Hidup terlalu menderita untuk dijalanan
Sayangnya berlabuh pada tebaran air mata

Jangan bangun anakku
Tetaplah terlelap dalam tidurmu
Teruslah bermimpi indah
Walau kita yang kecil dan kerdil keadaan
Akhirnya harus menerima

Walau apapun yang terjadi
Jangan bangun anakku..
Walau kita harus tenggelam dalam tangis ini

Jumat,14 oct 2011
‘dunia ini hitam...’

Thursday, October 13, 2011

this is Excellent day..

jika segala sesuatu yang terjadi di hidup kita terjadi karena doa yang kita panjatkan, maka hidup akan habis untuk mengucap doa dan pinta...
padahal..
rahmatNya.. jauh melebihi, pinta dan doa yang kita panjatkan ..
Actually...
this is Excellent day..
semoga dimudahkan .. amin.. :)

Nuansa Kota

kota .. kota .. kota..
kami belajar dari telaga jalanan..
menyeru dan membina keadaan..
kami yang bosan pada ketidak adikan..
siluet terik itu selalu punya cerita..
antara kami dan deru suara kota..
asal tau..
malam sunyi kami..
hanya milik Sang Pencipta...

Semarang,11-10-2011
'nuansa kota'

wahai pejuang..

tak perlu kata untuk bicara..
tak butuh bahasa untuk mengerti..
mereka yang bergerak dengan hati..
maka tak ada kata sembunyi..
apalagi berpikir dua kali..
wahai pejuang..
tekuk hatimu.. lumpuhkan ragumu..
hanya satu jalan didepan..
purnama ini..
kampus dan petangnya..
punya cerita...

'purnama ini..'
11-10-2011

Wednesday, October 12, 2011

‘ditengah retorika pikiran di kampus penuh tanda tanya’


Jelas disini aku tersudut dan menderita. Pikiran yang tak sama. Kesadaran dan pengertian yang berbeda. Atau malah aku yang terlalu dan tak bisa mengendalikan rasa. Aku setengah takut memandang dunia yang sebenarnya. Walau sesekali melirik kearah mereka. Aku hanya satu diantara mereka yang menangisi keadaan mungkin. Aku yang terkadang tak mengerti arti sebuah kebungkaman kesombongan.mungkinkah ini saatnya. Atau malah aku terlalu kikuk oleh keadaan.
Aku yang ketakutan setiap malam. Dalam bayang anak jalanan yang ditusuk dinginnya malam. Atau pada mereka yang memekik lapar diantara kolong jembatan. Aku semakin tak perduli. Walau kadang membutakan diri. Aku tau mereka ada dan itu nyata. Namun siapa aku untuk bersuara.
Aku terlalu buta. Atau malah mencoba untuk tak membuka mata. Tanganku saja di genngam oleh bunda. Di dekap erat oleh retorika dunia. Aku dalam diamku tak biasa bicara. Hanya beroceh dalam kebimbangan diri tentang diri dan peristiwa.
Bagaimana mereka yang berjuang dalam medan terjal ini. Yang bahkan tak berbekal sesuap nasi. Yang harta dan pikirnya tercurah pada datu masa dan peristiwa. Yang gerimis belai peluhnya menghadapi kenyataan bahwa keadaan dapat berubah dan mengalami perbaikan segera.
Malam menjelma dalam gelap dan gulita. Aku masih disini. Menyendiri dalam kesunyian hari. Mencoba mengurai arti diri . aku bukan seorang yang merdeka oleh peraturan. Bukan mereka yang terbebas dari belenggu gender yang tertera sejak lahir. Namun aku masoh seorang perempuan dan anak biasa. Yang berusia 19 tahun. Yang masih belajar membaca dan menulis keadaan. Apa membina keadaan menjadi bungkam tak berbahasa juga untukku.
Dalam kerinduanku dengan hujan ini juga merupakan pinta yang tak tersampaikan. Aku hanya ingin pulang. Ke negeri yang ku damba. Negeri penuh cerita indah dan bahagia. Negeri dengan cinta dan kesungguhan masa. Negeri yang diisi dengan kerinduan sejajar dengan yang lainnya.
Bumi yang mengijinkanku belajar apa saja. Bumi yang tak memandang aneh padaku saat membaca buku dan tentang banyak karya mereka yang terpenjara oleh kata baik dan jahat. Bumi yang santun. Bumi yang membelai ilmu dan pengetahuan bagai mengalir dan memberikan keajaiban. Bumi yang mengajariku kecintaan pada mimpi dan pengorbanan. Bumi ini yang emmbuatku menyesal untuk tetap pergi.
Bumi yang ku damba..
Dan
Yang membuatku kecewa..
Karena harus pergi mendahului
Yang lainnya..

Semarang, 10 oktober 2011
‘ditengah retorika pikiran di kampus penuh tanda tanya’

Ingin Mengenal Indonesia


Mungkin saya memang belum banyak mengenal Indonesia. Masih banyak materi dan referensi buku dan bacaan yang harus kembali saya baca dan dengar selepas ini. Ingin rasanya benar benar bisa mengenal bangsa yang nampaknya masih asri dan masih penuh dengan senyuman ini. Saya adalah salah seorang dari mereka yang ingin mengenal Indonesia. Yang mencoba meraba hati dan pikiran saya tentang wajah sesungguhnya Indonesia walau ditengah gempita globalisasi.
Bukan menyalahkan keadaan lagi terlalu kuper jaman. Namun saya ingin mengenal wajah Indonesia dan kembali bangga walau menjadi kecewa saat menjadi supporter paling semangat pada timnas Indonesia yang kalah lagi kemarin. Diantara mereka yang pragmatis dan cenderung lebih memilih nonton sinetron dan drama di stasiun televisi swasta, nampaknya gembita hati saya lebih membara saat mendengarkan cerita jaman dulu. Sampai mencoba berdiskusi dengan pikiran saya sendiri tentang sejarah Indonesia yang menurut saya luar biasa. Dan apabila harus memiliki masa, saya jujur ingin bertemu Soekarno yang faktanya seorang panglima pena dan orator Indonesia yang mampu menarik masa dengan waktu sepersekian detik hanya dengan teriakan merdeka sebanyak 3 kali ketika membuka pidatonya.
Karena itu saya ingin mengenal Indonesia. Ingin membaca banyak kisah para pahlawan kita. Perjuangan mereka lewat pena di manca negara. Atau saat para pemudanya mengambil pilihan untuk ‘menculik’ Soekarno dan kemudian memantapkan hati untuk kemudian memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Mungkin karena saya masih termasuk darah muda, saya enggan terlalu bijak menyikapi diri untuk berpikir harga sembako dulu.
Saya ingin mengenal Indonesia. Melintasi cakrawala yang dulunya hijau kini mulai di hiasi warna kecoklatan karena penebangan liar. Atau malah abu abu karena lumpur lapindo. Ingin tau tentang banyak hal yang menjadi problematika yang menjadi elegi tersendiri ditengah gempita pentas musik yang diadakan dimana mana. Atau malah ‘ndangdutan’ yang di hiasi dengan artis ibu kota dan gaya yang ‘syur’ . gimana lagi mereka cari uang. Jadi ya anggap saja biasa. Nggak seru juga kalo nggak begitu.ada yang kurang.
Saya benar benar ingin mengenal Indonesia. Cuma sedikit bingung soal politik. Tentang partai dan koalisi. Yang rakyat tahu Cuma harga sembako. Saat harga mahal berarti negara dalam bencana. Dan berharap segera turuk harganya . tanpa taku retorika penguasa yang sibuk menghitung harta. Sementara rakyatnya menderita.
Tegas ada yang harus bicara. Dalam baris baris aksi maupun mereka yang memegang pena. Satu diantara mereka yang peka dan mampu mengambarkan Indonesia.
Jika ada yang bicara Separak itu negaramu kawan??
Dengan lantang aku katakan ..
TIDAK..
Negeriku melimpah alamnya.
Negeriku punya sejuta mimpi dan pejuangnya.
Negeri sengan sejuta cerita..
Negeri rumit namun penuh cinta..
Hanya saja..
Penguasa tak sayang rakyatnya.
Hanya saja senjata kadang jadi pengungkap sayang nya..
Hanya saja batu kadang jadi pelempar peduliannya.

Hanya saja kita kurang peka ..
Kawan..
Kau tak percaya..
Coba tengok..
Sejenak keluar jendela ruangmu..
Ruang aman yang kau pikir semua baik-baik saja..

Ada kami disini..
Memeras hati dan pikiran..
Untuk..
Membuatmu..
Sadar dan peka..

Semarang..11 oktober 2011
‘sunyi diantara gelap pkm fe tanpa manusia ..’

Kebenaran Itu .....


Ada pertanyaan yang di ungkapkan atau ditanyakan seorang senioor padaku kemarin. Pertanyaan yang di sampaikannya sebanyak 4 kali. Pertanyaan yang bahkan mereka yang berada di satu ruang kelas yang ada di rombel pancasila mungkin hanya bisa mendelik dan kemudian tertawa. Atau pertanyaan yang akan membuat pelajaran agama menjadi 4 jam dari seharusnya 2 sks. Pertanyaan yang membuat bola mata seorang temanku yang tak pernah masuk kelas bimbingan konseling memilih terkapar di kelas sebelah karena di hukum bu guru gara-gara main basket dengan alasan sedang mencari wangsit jawaban soal fisika.
‘kebenaran itu apa’
Iya silahkan tertawa dan menyebutkan beberapa definisi selepas anda meng klik mbah gogle atau malah mbak yahoo.. aku hanya tak mau menjadi kalian yang mencari teori dan blog denga pemikiran orang lain seperti sekarang. Atau yang tengah menertawakanku karena berbincang omong kosong.
Untukku..
Kebenaran itu yang membuat aku terus disini dan bertahan..
Kebenaran itu yang membuat ibu tak masalah ketika harus berbincang soal komunis atau malah soal orba.
Kebenaran itu yang membuat aku terus bersiap siaga dalam menjalani hidup
Kebenaran itu yang membuatku menarik kesimpulan tentang mereka yang ada di luar zona amanku.
Kebenaran itu yang membuatku berkata iya saat mereka berbincang dan mengulurkan masalah
Kebenaran yang membuatku memutuskan untuk masuk KAMMI
Kebenaran yang membuatku duduk di MUA menghadapi senja
Kebenaran yang membuatku duduk sendirian di meja bundar dan membaca buku
Kebenaran yang membuatku mebingkai hari dengan senyuman dan bahagia walau tak ada yang mengerti aku yang sebenarnya.
Kebenaran yang membuatku tak ingin seorangpun tau tentang arma yang sebenarnya
Kebenaran yang membuat kalian tak akan pernah tahu arma
Kebenaran yang membuatku tetap dan akan selalu menguatkan tekad dengan apa yang menjadi keputusanku kini dan nanti.

Kebenaranku Cuma satu..
Agama yang selalu jadi peganganku ini..

Kebenaranku Cuma satu..

Kebenaran itu Allah..

Semarang,
Petang menyambung pikiran

Monday, October 10, 2011

“semarang, terik matahari dan meja bundar”

Malam semakin larut. Namun mata ini enggan lagi ikut terlelap dalam kelamnya. Berhenti sejenak untuk hari ini. Memejamkan sendi-sendi dunia yang pebuh kepenatan. Merangkul sebentuk bingkisan masa dan menjadikannya kesunyian teman penjagaan hati yang berujung pada cintaNya yang tak bertepi dan berbatas dunia.

Dalam malam.. dalam setiap kesendirian ini. Banyak waktu untukku kembali mengenang setiap pertemuan. Dan menjadikannya referensi diri yang tak berjangkau akal. Karena aku suka mendengar. Dalam sebuah alur sebuah hubungan mendengar adalah salah satu aspek dalam pelayanan. Karena saya adalah seorang administrator juga . karena saya seorang guru juga. (amin.. sedang dalam proses)

Dalam perjalanan ini banyak inspirasi yang bertaburan di setiap lini dunia. Bahkan barisan semut yang ku lihat tadi memiliki banyak hal yang menginspirasi salah satunya adalah pertemuan diantara mereka yang sungguh punya ukhwah, siapa yang tau mereka juga punya kehidupan seperti kita. (film lovers) hehe.. atau yang bisa di pastikan mereka juga mahluk Allah yang selalu menghamba dan mendedikasikan diri dalam setiap langkah pada cara mereka menghamba. Tidak seperti kita yang kadang mendefinisikan ibadah hanya dengan sholat.
‘ itu Cuma salah satunya ,bung.. jangan dikira kami yang sedang datang bulan lalu tidak ibadah..’
Sering jadi soal saat kami merasa berbeda ketika datang bulan. Dari mulai perasaan yang lebih labil hingga apapun yang terjadi serasa tidak pas. Itu tidak dibuat-buat. Faktanya hormon kita memang mempengaruhi bagaimana kita merasakan sesuatu,

Oke kembali ke topik. Kembali menuju pembelajaran alam yang ku lalukan dari setiap perbincangan, celetukan kecil dari fb atau dari gurauan di meja bundar. Selalu ada yang menarik untuk dibahas. Dari mulai bagaimana kondisi di sekirtar hingga negara.

Oh iya.. beberapa kasus dihentikan sepihak ya? Apa kalian mulai lupa?
Pada century? Pada lapindo? Pada gurita cikeas?
Ahh..
Jadi makin menjadi yah..

“eh eh bentar kuliah dulu.. telat benar dianggap nggak masuk,kita mahasiswa bukan KPK nggak usah bahas kejauhanlah”

Celetukan mereka.. pemikiran mereka.. apatisme.. pantas yang ‘di atas’ nyaman melakukannya.. kkn.. enjoy aja.. ^^

4 Oktober 2011
“semarang, terik matahari dan meja bundar”

‘jilid terakhir ilustrasi masa.... suram’

Sebuah masa akan datang dimana kita akan merasa sendirian walau ditengah gemerlap kota. Dan mungkin saat itu tengah mendatangiku. Ketika saat ini dihadapkan oleh berbagai minat orang-orang untuk dan menginginkan ku ‘menjadi’. Aku hanya tak ingin seperti itu. Atau aku merasa tak seperti itu.

Duduk sendirian seperti ini membuatku dihadapkan pada berbagai pemikiran dan sisi bumi yang lain. Dimana aku bisa menangis sendirian walau hanya ditemani tembang solawat. Sekedar menelisik sayap sayap agenda yang akan datang seiring banyaknya kemungkinan yang datang. Aku sekedar ini sendirian,

Buku yang selalu baca enggan berbincang denganku. Entah mengapa. Buku yang ku baca hanya sekedar ku baca. namun tak mau membagiku apaa-apa. Apa mereka mau mengikuti jejak orang orang itu yang sekedar lewat dan kemudian pergi dari hidupku. Apa aku juga harus sakit hati pada buku. Apa aku juga harus kembali merasa kecewa ketika dulu menganggap wajah wajah polos dan lugu penuh dengan keteduhan itu ternyata hanya palsu.

Kepalsuan yang indah dan menggemaskan. Terlampau takut untuk menimbanya dan terlampau manis untuk dia untuk menjadi nyata saat ini. Aku hanya ingin dan tak berminat untuk menjajaki hati yang di selimuti kepalsuan. Atau memang dunia ini palsu ya Tuhanku?

Kata manis dan derai wejangan yang membuatku nyaman. mereka pada raga dan tindakan mereka sendiri tak senyata perlaku dunia yang seharusnya mereka sandang.

Aku takut nantinya juga dipikirkan begitu oleh orang lain. Maka dari itu aku masih terus berproses. Aku tak akan menjadi apa yang kalian minta. Aku akan jadi diriku sendiri. Itu didikan ibuku. Aku bukan apa yg kalian pikirkan dan inginkan. Ini lho arma. Ini lho arma . ini lho arma.

Allah..
Hanya Dia yang berhak atasku..

Siapa sebenarnya kalian?
Apa yang kalian maksud?
Apa yang kalian tuju?


Mengapa kalian palsu?
Mengapa kalian palsu?

Atau..
Aku
Memang bukan dari kalian?

Semarang . 1 oktober 2011
‘jilid terakhir ilustrasi masa.... suram’

sudut kecil di rektorat...’

Mungkin aku hanya manusia yang memang tak bisa melihat apa yang terlampau dalam di sembunyikan olehNya. Termasuk isi hari seseorang.
Bukan sepert perkiraanmu , kawan.
Aku tak akan berbicara tentang jatuh cinta.
Bukan hal yang menyangkut apa yang sekedar cinta cinta yang saat ini sering mereka unbar dengan nafsu.
Bukan itu.

Aku sebenarnya sedang ingin menangis.
Aku benar benar menangis
Pada sahabat.. pada kawan..
Pada sosok yang berubah dan berkembang bersamaku..
Pada sahabat karip yang menjadi sosok pembaharu dan pelaksana dakwah ini..
Aku sedang kecewa..

Dalam sebuah proses perubahan ini, kami mengalami banyak perubahan dan perkembangan selayaknya diri. Kami mendapatkan banyak hari yang membuat kami disibukkan dengan berbagai langkah menuju mimpi. Namun ketika dia menemukan sosok yang membuatnya jatuh hati dan kemudian benar-benar berubah ku kira memang itu jalannya. Mungkin memang jalan dari perubahan itu memang melalui seorang yang dianggapnya lebih tau dari kami yang ‘baru’ dalam hal jalan ini. Namun yang terjadi malah lebih parah dari yang terburuk dari dugaan.

Siapa yang menyangka saudariku malah di kecewakan dan istilah dikecewakan itu lebih manis dari apa yang terjadi. Saudariku yang berubah ini malah kemudian harus menerima fakta bahwa sosok yang di hormati dan membawa perubahan itu kini berpaling dan mencari diri yang lain.

Dan dia benar-benar oleng. Dan ku kira hampir jatuh.
Begitu aku tertegun semalam ketika sepulang dari perjalanan pencarian pengetahuan dan melihatnya tengah dengan berboncengan dengan hal yang bukan seharusnya.

Ada desir itu yang membuatku ingin menangis seketika. Aku takut... sangat takut.. aku tak ingin dia seperti ini... apa pelukannku dan kata-kataku tak lagi mampu menguatkannya. Apa pelukan lingkaran kecil kami dilupakannya?

Allah.. ditengah tepian hidup yang memang belum mengijinkanku untuk bisa berbicara lebih jauh. Hanya Engkau tempatku meminta..
Jaga saudariku..
Hanya padaMu .. sesungguhnya dimana dia mendapatkan cinta itu..
Hanya padaMu.. Dia akan kembali..


Semarang,1 oktober 2011
‘sudut kecil di rektorat...’

aku?

Siluet pagi menyelinap diantara dedaunan. Cahaya mentari terlihat diantara celah demi celah dedaunan. Sekali lai ku lirik jam tangan yang terukat manis di perelangan tanganku. Jam masih menunjukkan waktu dimana sebagaian oran masih sibuk sarapan atau malah baru bersiap untuk berangkat munkin. Namun selagi masih ada waktu dan kesempatan. Aku masih berniat untuk selalu datang terlebih dahulu ketika ada janji.
Sehingga aku punya alasan untuk memandangi serpihan cahaya yang membuatku bisa tersenyum setiap pagi. Kembali menata headset yang ku pasang dan kemudian memainkan sebuah lagu. Beberapa pilihan. Akhirnya ada satu lagu yang selalu jadi lagu pertama yang ku dengarkan mungkin. Sebiru Hari Ini – Edcoustic.
Lagu yang punya sejuta cerita untukku. Cerita masa pencarian dan menemukan. Suatu saat nanti aku akan bercerita. Namun selepas semuanya punya sentuhan senyum yang tersembunyi namun manis.
Kembali menyelami buku ini. Mengugahku untuk mengukir senyum seketika kemudian mendelik. Sedang ingin menyelidik hati dengan pemikiran seorang Cak Nun. Sedang ingin menyisihkan senyuman senyuman tersendiri diantara lantunan syukurku dan kesibukan hari ke hari.
Kembali menyelinap dalam ingatanku. Tentang hari kemarin. Dan pertanyaan dari salah seorang senior.

“pernahkah setahun kamu terus melakukan kebaikan?
Pernahkan sebulan kamu selalu melakukan kebaikan?
Pernahkan seharian kamu melakukan sebaikan?
Pernahkan sejam kamu terus melakukan kebalikan?
Dalam semenit saja hidupmu . pernahkah kau melakukan kebaikan dengan niat yang baik, persangkaan yang baik dan upaya yang baik?”

Kita yang hidup sekian tahun apakah bisa menjamin bahwa hidup ini bermanfaat. Untuk orang lain? Untuk diri kita sendiri mungkin.. dapatkan amalan dan langkah kita menjadi penyelamat kita kelak di akhirat atau malah sebaliknya.
Mungkinkan hari ini akan jadi akhir dari kisah hidup kita. Akan jadi titik dimana kita akan menjadi orang yang berlalu dan hilang begitu saja?

Aku tertunduk sebentar. Mencoba menyelami diri dalam iringan angin yang berhembus. Bila nanti aku pergi. Cerita apa yang akan membuat mereka yang pernah berada di dekatku. Berpikir ketika mendengar atau teringat namaku. Bagaimana nantinya mereka akan menyisipkan doa atau malah tak mengingatku.

Thursday, October 6, 2011

diantara mereka..

dia yang berada di dekatmu dan berada searah dengan pemikiranmu..
adalah teman saat ini..
namun dia yang berseberangan denganmu ..
pengkritik dan menjadi pembencimu..
adalah seorang pembelajar..
yang nantinya akan jadi ..
orang yang mungkin akan kau butuhkan kelak..

*terang seorang senior lewat diskusi singkat kami.. :)

Wednesday, October 5, 2011

di dalam diriku....


Siluet pagi menyelinap diantara dedaunan. Cahaya mentari terlihat diantara celah demi celah dedaunan. Sekali lai ku lirik jam tangan yang terukat manis di perelangan tanganku. Jam masih menunjukkan waktu dimana sebagaian oran masih sibuk sarapan atau malah baru bersiap untuk berangkat munkin. Namun selagi masih ada waktu dan kesempatan. Aku masih berniat untuk selalu datang terlebih dahulu ketika ada janji.
Sehingga aku punya alasan untuk memandangi serpihan cahaya yang membuatku bisa tersenyum setiap pagi. Kembali menata headset yang ku pasang dan kemudian memainkan sebuah lagu. Beberapa pilihan. Akhirnya ada satu lagu yang selalu jadi lagu pertama yang ku dengarkan mungkin. Sebiru Hari Ini – Edcoustic.
Lagu yang punya sejuta cerita untukku. Cerita masa pencarian dan menemukan. Suatu saat nanti aku akan bercerita. Namun selepas semuanya punya sentuhan senyum yang tersembunyi namun manis.
Kembali menyelami buku ini. Mengugahku untuk mengukir senyum seketika kemudian mendelik. Sedang ingin menyelidik hati dengan pemikiran seorang Cak Nun. Sedang ingin menyisihkan senyuman senyuman tersendiri diantara lantunan syukurku dan kesibukan hari ke hari.
Kembali menyelinap dalam ingatanku. Tentang hari kemarin. Dan pertanyaan dari salah seorang senior.

“pernahkah setahun kamu terus melakukan kebaikan?
Pernahkan sebulan kamu selalu melakukan kebaikan?
Pernahkan seharian kamu melakukan sebaikan?
Pernahkan sejam kamu terus melakukan kebalikan?
Dalam semenit saja hidupmu . pernahkah kau melakukan kebaikan dengan niat yang baik, persangkaan yang baik dan upaya yang baik?”

Kita yang hidup sekian tahun apakah bisa menjamin bahwa hidup ini bermanfaat. Untuk orang lain? Untuk diri kita sendiri mungkin.. dapatkan amalan dan langkah kita menjadi penyelamat kita kelak di akhirat atau malah sebaliknya.
Mungkinkan hari ini akan jadi akhir dari kisah hidup kita. Akan jadi titik dimana kita akan menjadi orang yang berlalu dan hilang begitu saja?

Aku tertunduk sebentar. Mencoba menyelami diri dalam iringan angin yang berhembus. Bila nanti aku pergi. Cerita apa yang akan membuat mereka yang pernah berada di dekatku. Berpikir ketika mendengar atau teringat namaku. Bagaimana nantinya mereka akan menyisipkan doa atau malah tak mengingatku.

atau bagaimana ya...

semarang,5 oktober 2011
'kamar tetangga'

kisah dalam kamera..





sekilas cerita lewat lensa...





mungkin memang berbeda...


kini aku tengah diperkenalkan oleh tata ruang pemikiran baru dalam sejarah dhidupku. menyelami dan mencoba memahami sketsa hidup yang di berikan Allah sengan segala keindahan dan pedomannya yang menjanjijan kebahagiaan abadi walau selayaknya manusia dunia kadang menggoda untuk selalu dilirik.

namun bukan itu yang menjadi sandunganku. keterikatan dan bagaimana cara mereka mengimplementasikan pemikiran mereka adalah berbeda dari apa yang ku persangkakan. walau ku tahu dalam hal ilmu mereka jauh sangat jauh lebih mengetahui dari pada aku yang tengah meraba huruf demi huruf braile yang dulu buta akan hal ini.

namun semilir angin hari ini membuatku sadar bahwa aku cukup peka terhadap sesuatu. memungkinkan aku tetap menjadi seorang arma dalam BERBAGAI benturan peradaban yang tersaji di depanku. cukup mengerti aku tentang segala macam warna hidup yang memberikan berjuta keping kepingan cahaya yang mengesankan setiap langkahku.

dalam bentuk diri yang lain. aku tetap di sisi mereka. mencoba memilih dan memilah makna dan menobatkan diri untuk tetap menjadi arma. seakan aku tetap tak bisa menjawab pertanyaan yang sedari dulu pun pertanyakan tentang siapa arma? ku persilahkan kalian menjawab sepengetahuan dan bagaimana kalian mengenaliku.

dalam alur diri dan pembelajaran ini. aku hanya ingin sedikit mengisi dan memberikan cahaya yang berbeda. aku tak ingin seperti sebelumnya yang memandang mereka aneh dan berbeda. aku hanya ingin berbaur walau tak melebur, selalu dan selalu ibu yang menguatkanku.

seperti semalam kembali di tekankannya bahwa aku adalah arma. bukan berarti menjadi orang lain saat menerima dan mendapat sebuah pelajaran dan pengalaman baru. aku bukan lagi seorang yang labil seperti beberapa saat yang lalu dan kemudian jatuh ambruk oleh pemikiranku sendiri. setidaknya aku masih punya Allah .. sehingga ketakutan tidak beralasan mereka yang mengkhwatirkanku itu tak jadi soal saat di utarakan.

aku tahu mereka yang masih dan akan terus mencintaiku dalam diam dan dalam jarak yang seharusnya ada. yang melihatku dari sudut mereka dan tersenymum pada arma yang saat ini berdiri menjadi seorang arma bukan yang lainnya. dia yang dulu memberikan serpih serpih cahaya dan kesemangatan tersendiri dan lingkaran kecil yang selalu memelukku. atau rumah yang memberikan semangat dan cerita baru setiap pulang kerumah.

dan aku masih tersenyum..
menyadari bahwa hari ini tepat setahun dimana aku bertemu dengan diri yang berbeda. arma yang berbeda yang ku temukan di MUA..
aku masih tersenyum sebari bercanda dengan kenangan..
namun kemudian diam..

saat ini.. dan sampai kapanpun..
aku tetap..
arma ...


semarang, 5 oktober 2011
'meja bundar paling dekat mushola .. kampus ekonomi'