Wednesday, December 10, 2014

Surat dari tanah rantau..



Jika berandai dengan melodi yang hadir pagi ini. Sebuah harapan nampaknya adalah pelita yang hadir untukku. Bahkan mungkin untuk semua anak seusiaku. Karena sebagai salah satu anak dari orang tua yang merantau. Surat adalah satu-satunya bentuk perhatian yang di dambakan. 

Untuk di jaman yang katanya era digital ini. Nampaknya surat menjadi hal yang sudah tak lagi wajar untuk di selipkan dalam kata. Mungkin kita lebih familiar dengan kata sms, email hingga fax itupun rasanya sudah terlampau ketinggalan jaman. Namun tidak denganku, keterbatasan biaya membuatku harus rela untuk berkeluh kesah dengan orang tua lewat sepenggal kertas yang mampu ku genggam hingga ku peluk sebagai pelepas rindu. 

Selain surat yang ku tunggu. Ada rutinitas yang memang mengiringinya yang tak pernah jemu aku tunggu. Kedatangan tukang pos. 

Berbeda dengan kebanyakan pemikian bahwa tukang pos adalah bapak-bapak yang sudah mulai berumur dengan jaket orange kekuningan yang mulai luntur di makan usia. Beserta sepeda yang mulai berkarat di kanan kirinya hingga tak di ketahui oleh semua orang bagian bawah sepeda yang biasa di sebut rem itu masih berfungsi atau tidak. No . berbeda. 

Tukang posku adalah seorang pemuda paruh baya yang dengan setelan necis dan rapi. Walaupun tak serapi orang kantoran dengan setelan jas berdasi, namun baju yang selalu di setrika itu nampak di lipatan celana hingga jaketnya yang masih berwarna orange cerah. Serta tak lain adalah lipatan kemeja yang walaupun tak nampak mahal dengan merk branded namun cukup layak untuk ku sebut dengan keren.

Rumahku berada dikawasan pinggian yang malah bisa di sebut dengan desa karena jalanan yang mulai berrlombang setelah lima tahun lalu hanya separuh jalan di bangun karena penyandang dana gagal untuk jadi DPR. Dengan kesederhanaan rumah-rumah yang ada di kawasan ini heran rasanya ada tukang pos yang keren begitu di tugaskan di tempat ini. 

Dan pagi ini seperti biasanya tepat pada tanggal 4 setiap bulan ada suara gemerincing dari pintu pagar kayu rumahku. Gemerincing itu di ikuti dengan sapaan khas yang sudah di kenali seisi rumah. 

“permisi… ada surat” teriak tukang pos itu.
Dan tak lama selepasnya, Ratna, anak bungsu rumah ini sekaligus adikku satu-satunya akan berlari ke pagar dan menerima surat itu. Dan aku?
Jangan di tanya, aku akan langsung membuka jendela dapur dan mulai memandangi tukang pos itu sebari tersenyum melihat kucir Ratna yang mulai terlepas dari tempat yang seharusnya.

^^^^^^^^^_^^^^^^^^^^
Bagaimana menurut kalian keahlianku dalam mengolah kata. Masih seperti dahulu, atau lebih elok lagi. Nampaknya lebih tepat ku curahkan keahlianku menulis untuk fiksi seperti ini ya daripada kritik pada pemerintah? Hihihi....

Waktu ke Waktu ~



Melantunkan segenap nada dunia lewat tulisan untuk kesekian kali memang tak mudah. Apalagi tak lagi bergelut dalam bidang ini selama beberapa waktu. Namun tak ingin rasanya mati rasa hanya karena tak mampu berberilia seperti dulu. Semua yang ada dalam hidupku tetap tertoreh walaupun kini berbatas ruang dan waktu. 

Sengaja kini ku sisihkan sepenggal waktu untuk kembali berselancar di dunia maya. Setidaknya ini untuk kesekian kalinya jika itu di analisis dengan segala macam perangkan elektronik yang ada di kawasan jangkauan indera. Namun tidak dengan ku yang mulai satu per satu meniti lintasan diri untuk mulai mengelola hati tak ingin terlalu terperangkap dengan apapun terka dunia.
Dengan kehidupan yang kini ku miliki tak banyak yang bisa ku ceritakan dengan berbagai aura masa lalu. Gejolak masa muda itu tetap ada walau kini di bingkai dengan kemelut dan perhatian yang berbeda. Rasanya adalah nuansa yang mulai harus di bangun. Apalagi tak lama akan hadir ke dunia si kecil untuk mewarnai hidupku. 

Ada alasan untuk tak kembali seperti dulu. Sepihan-sepihan cerita masa yang lalu seharusnya memang telah tertata lagih elok untuk menyambut kehadirannya. 

Nampak begitu mengesankan bukan. 

Dan sekilas kembali ke realita yang ada. Hanya ingin sedikit berbagi saja. Semoga kehidupan makin memberikan makna di setiap kesempatan. ^^
Bye .. ^^

Milikku.. ^^



Sepi Tanpa Cekam
Merangkum hidupku
Sekilas namun tak bersedu
Menginjakkan batinku

Pada melodi yang berseru merdu
Rangkaian nama
Berceloteh bersama terka
Namun yang tergambar
Hanya jejak bersama fakta
Hari ini dan seterusnya

Hanya ku miliki bersama takdirku
Tak akan tertera lagi dalam terka kalian
Tak akan tergolek lagi dengan adu
Karena
Hidupku kini
Milikku..