Wednesday, August 10, 2011

Masih tentang aku..

Setidaknya aku tak merasakan mereka yang di bom bardir amerika di sudut ruang hampa di bawah reruntuhan tanpa cahaya dan sekedar bergumam doa saja sudah menggigil. Atau mereka yang di kekang oleh penjara pemikiran mereka yang hilang saat orde baru karena memiliki pemikiran berbeda lagi terlalu fulgar oleh perubahan dan perbaikan.

Kenapa aku jadi lupa pada masaku sendiri dan posisiku. Hanya seornag mahasiswakah yang belajar yang benar, IP bagus dan lulus tepat waktu lalu bekerja layak. Mungkinkah benar kata-kata seorang teman yang menyindirku keras saat sekumpulan anak tengah berbincang selepas bermain basket di sela ujian praktek akhir SMA.

“hey perempuan, mau kemana kau selepas ini”
“ hehe.. Alhamdulillah sudah diterima di unnes.. tinggal nunggu kelulusan dan nantinya saya merantau di tempat asal si tompel” ucapku sebari menyikut salah seorag temanku. Di lanjutkan dengan tawa bahak seluruh manusia yang ada disitu.
“ pegawai negeri”
“ amin.. arahnya kesana.. pengen jadi guru gue” ucapku kemudian di selingi oleh celetukan anak yang lain.

Namun yang ku tak tahu dari salah seornag temanku itu adalah dia dan pemikirannya mungkin telah lebih apatis dan lebih ‘gila’ dariku. Di jawabnya mimpiku dengan celetukan yang hingga kini tak ku lupakan.

“ rupanya teman kita ini hendak jadi antek pemerintah kawan, yang bungkam karena takut tidak naik pangkat”

Jahat, aku yang tak tahu apa-apa jelas hanya manyun saat itu. Mana ku tahu selepas itu aku jadi sutradara di pentas teater di Institut Seni Indonesia di jokjakarta dan malah memerankan sebagai korban kekejaman masa orde baru di tahun 98. Dan dia yang kini mengejar mimpinya sendiri masih menyuburkan pemikirannya . terlihat dalam status dan tulisannya yang tak pernah lepas dari apatis dan kekonyolan khasnya. Dia yang tumbung dengan buku dan selalu membawa buku nampaknya belum mengenal agama lebih jauh. Namun apa yang di ketahuinya adalah sebentuk penghambaan lain yang tak kita ketahui. Padahal Tuhan kami di ktp sih sama.. Allah.

Tapi kenapa dia hanya melihat kolam pengetahuan agamaNya hanya sekedar melirik. Tak kah dia sedikit saja mau tahu tentang kolam pengetahuan itu. Mendekat lebih dekat. Mengetau lebih jauh tentang ikan yang ada, tentang tumbuhan yang di dalamnya. Tentang gurami yang enak di bakar. Bukan hanya sekedar melirik saja.

Dia yang selalu membuatku tersenyum sekaligus mengerutkan dahi saat membaca tulisan atau bahkan hanya statusnya tak pernah membiatkanku berdiam untuk tidak menanggapi. Menjadi dirinya dengan keluarga itu akan membuatnya di bebaskan untuk berpikir. Dan teater yang jadi pelampiasannya warisan orang tua. Atau bahkan dari sorot mata kekecewaan dan kebiasan kosong yang tak sekali ku lihat di sebelah musola sekolahan.

Seperti aku yang terbebas dalam berpikir dan berkontribusi disini apa dia juga mendapatkan tempat yang memahaminya di tempatnya sekarang. Adakah yang masih di celanya untuk sekedar berbicara apa yang dipikirkannya. Adakah yang melihatnya menangis tanpa sebab di belakang taman ruang seni. Adakah yang memberikan sekedar air putih untuk kembali segar selepas pelajaran geografi yang membuatnya tertidur.

Temanku yang aneh dan gila..
Teman yang seenaknya dan tak tahu aturan
Ya’

Temanku yang jujur dan baik,
Kritis pada keadaan bukan hanya soal menerima..

Semarang 9 agustus 2011

No comments:

Post a Comment