Tuesday, August 16, 2011

Aku Ingin...

Banyak orang berkata aku berpikir terlalu jauh. Dari jaman dulu aku yang memang tumbuh sebagai seorang yang berdiri dan melangkah dengan pilihanku membuatku belajar banyak hal. Dari kecil dengan segala keterbatasan yang ada seorang arma kecil bisa menjadi putri pertama dan cucu pertama dari dua keluarga. Dan memang di kehidupanku selalu ada kata pertama. Dari mbak kakung dan mbah putri dari bapak maupun ibu adalah anak pertama. Hingga bapak da ibu ku anak pertama. Hingga aku terbiasa untuk melangkah dan mengambil keputusan sendiri.

Dan itu yang membuatku mengenal buku. Menjadikannya teman di kapan saja. Menjadikannya teman saat perjalanan pulang melewati kebun tebu yang baru saja di tebang atau di keramaian kelas. Disana aku mengenal duniaku sendiri. Dunia yang membuatku berpikir tentang banyak hal. Dunia yang membuatku bisa sendiri di tengah keramaian. Dunia yang membuatku bisa menjelma menjadi sosok berbeda dari bacaan yang ku baca. Dunia yang dulu menyebabkanku memilih teater dibandingkan basket.

Hingga kini beranjak lebih jauh. Pengalaman dan peristiwa membuatku belajar tentang banyak hal. Dari mulai hal yang kecil hingga keputusan-keputusan besar dalam hidup. Dari mulai menentukan apa yang benar dan salah hingga menentukan masa depan yang menjadi orientasiku kedepan. Dunia mengkondisikanku untuk mengenal banyak cerita. Dari mulai kelam hingga terang benderang. Ingat benar bagaimana ibu memberikan filosofi mutiara padaku.

‘mutiara yang berharga dan berkilau, akan nampak menawan di toko perhiasan. Namun saat ia tak sengaja ada di tengah lumpur. Walau sekotor apapun dia. Dia tetap lah mutiara’

Dasyat! Untuk itu aku menjelma menjadi teman semua orang. Dari mulai anak rohis hingga mereka yang ada di sudut sekolahan. Ketika banyak pihak berbicara tentang apapun itu aku mencoba untuk memberikan masukan. Paling tidak mendengarkan. Itulah yang mereka perlukan. Terkadang mereka yang nampaknya sulit diatur adalah mereka yang dulunya di abaikan dan diacuhkan. Mereka hanya perlu di perhatikan dan di dengar. Itu yang membuat mereka nampak benar dan di hargai.

Menyatu namun tak melebur. Menjadi teman mereka tak menjadi halangan untukku tetap menjadi diriku sendiri. Perpustakaan dan buku adalah tempat dimana aku merasa punya dunia. Hingga mimpi demi mimpi tercipta. Hingga banyak harap teruraikan . hingga banyak pintaku padaNya terucapkan dalam doa. Itu yang membuatku sanggup terus berjalan dan bergerak hingga saat ini. Itu yang membuatku bersyukur pada hidupku.

Dengan apa yang terjadi pada mereka. Aku bersyukur memiliki keluarga kecil di sudut kota magelang yang selalu menantiku. Memberikan serangkaian motivasi dan keadaan. Membingkaikan senyuman demi senyuman dengan berbagai cara. Bahkan dengan masalah dan tangisan. Mereka yang membuatku berurai air mata di kala Lail dan solatku.

Dan kini,
Di kala malam menjelang dan tentang hari dimana aku menuliskan hidupku sendiri. Kenapa rasanya yang ada hanya syukur dan syukur. Bingkisan demi bingkisan Allah datang dengan begitu sempurna. Hingga malam ini melihat bulan dari teras kamar dan lampu yang berkedip di kejauhan membuatku enggan melepaskan pandangan.

Dan saatnya nanti ada waktu dimana aku berdiri sendirian lagi di hidupku. Aku akan bersyukur pada apa yang terjadi hari ini. Bagaimanapun sulitnya. Bagaimanapun sakitnya. Bagaimanapun permasalahan ini menjadi pembelajaran yang tak tergantikan adanya makna dan manfaat tersembunyi.

Dalam malam ini,
aku hanya ingin meminta ..
tanpa mengurangi syukurku atas segala yang ku miliki..


aku ingin...


semarang,14 agustus 2011
22:18 pm
*teras putih di malam ramadhan*

No comments:

Post a Comment