Tuesday, April 30, 2013

Tentang SATU HAL

Ada satu hal yang harus di pelajari dalam kehidupan..

Yang membuat semua hal menjadi sebuah pembelajaran..
Yang membuat kebahagiaan adalah kesyukuran..
Yang membuat cobaan adalah pelajaran hidup
Yang membuat hidup makin berwarna..
Yang membuat kehidupan menjadi pelangi cerita..
Yang membuat hari menjadi langkah pasti
Hal yang membuat sekian banyak pandangan pada diri

Menjadi sebuah melodi
Yang di nikmati dengan indah..
Bukan dengan kecaman.

Hal itu adalah tentang.. KEIKLASAN..
Dimana kita belajar menerima..
Tentang sebuah kerelaaan.
Keiklasan ketika mimpi kita tuliskan dengan pensil harap..
Yang kemudian di hapus satu persatu olehNYA
Di sisihkan hal yang belum menjadi kehendakNYA..

Dan di gantinya dengan keajaiban..
Dengan cerita indah dan mempesona..

Itulah keiklasan..
Yang membuat sebagian dari kita mulai memilih  untuk makin melengkapi kehidupan..
Dengan seutas hal yang membuat kita tetap menjalani kehidupan ini
Walau terkadang tak lelah menemani.
Walau letih memdera...
Bahkan lumpuh menikam hati..

Namun disanalah kita kan dapati..
Pelangi kehidupan..
Mengajari kita ketulusan..
Seperti bunda membesarkan kita..
Seperti lailnya yang tak henti mendoakan kita..
Seperti pancaran matanya yang berkata lelah..
Tentang penopang cobaan hidup yang dasyat..

Tapi kawan..
Kita punya Allah..
Satu diatas segalanya..
Keiklasan mengantarkan cinta kita padaNYA,,
Hingga cinta ini.. menjadi purnama..

Wednesday, April 10, 2013

Sepanjang perjalanan Jogja-Magelang


Ketika perjalanan ke jogja menjadi akhir dari segalanya.

Kutinggalkan mimpi itu.

Seraya memanjatkan doa tak berkesudahan.

Hidup yang dimilikinya sungguh indah..

Semoga bahagia di peluknya kelak.

Takdir  tak akan pernah salah.

Takdir tak akan pernah tertukar.

Dan mimpi ini miliki ku.

Saat ini..

Aku mencoba..

Untuk memaafkan hatiku..

Mengobati lukaku sendiri.

Malam ini.. hujan ini..

Aku melupakanmu..

Magelang, 6 april 2013
Sepanjang jogja magelang..

#cerita seorang kawan ~

Cerita akhir Pekan (Series 2)

Dan dari suara dan detak nadinya ku rasa bahagia. Tak ada satupun yang berubah dari aktivis ini. namun jika dulu sudut ruangan ia letakkan tumpukan jilbab warna-warni kini berganti dengan tumpukan popok yang tersimpan rapi. 

Nampaknya ananda kecilnya begitu di utamanya. Sehingga di singkirkannya jilbab kesayangannya yang selalu tertata rapi di tempatnya.
Perbincangan itu bergulir. 

Ketika kami mulai bicara tentang kehidupannya selepas menikah. Ibu muda ini lebih memilih di rumah. ‘apalgi yang ku inginkan ketika suami memintaku menjadi permaisurinya seutuhnya di rumah’ ungkapnya masih dengan gaya bahasa penuh sastra yang sedari dulu kami lantunkan dalam setiap pesan singkat.

Tangannya mulai kembali menarik jilbabku ke bawah. ‘kelak kau akan mengerti adikku. Tak ada yang lebih mulia bagi seorang wanita selain di muliakan oleh suami dan keluarganya’ ucapnya kemudian sambil kembali menuangkan teh ke cangkirku.

‘untuku tak ada yang sia-sia. Hidupku begitu bahagia. Melihat si kecil terbata dan mengucapkan kata yang mengejutkan. menunggu di rumah mengurus rumah dan kau tahu? Aku lebih banyak waktu untuk menulis’ ucapnya dengan sama semangatnya ketika berbincang solusi pemecahan masalah negara.

Dan senyuman kami terhenti ketika di tanyakannya satu nama yang tak ingin ku dengar. Aku tersenyum. seraya menjawab dia begitu bahagia dan tengah berjuang juga untuk hidupnya . Dan kini begitu bahagia. Dan senyumnya kembali terukir tipis. Memelukku. 

Dan berkata ‘bukankah kau juga tengah menjemput bahagia?’ ucapnya sedikit berbisik.

Aku yang tersenyum.‘ aku bukan hanya bahagia, untuk seorang perempuan , ini adalah kebahagia n yang melengkapi bahagia’ jawabku kemudian.

Dan pertemuan itu di akhiri dengan pelukan kami di depan rumahnya. Senyumnya tak henti mengartikan bahagia yang tak terungkapkan. 

‘ingat. Menikah bukan hanya sekedar menyatukan dua orang, namun dua keluarga.. dan keberlangsungan dakwah’ bisiknya dalam pelukan kami.

Sekali lagi di tariknya jilbabku ke bawah. 

Aku tersenyum. ‘ iya, biarkan semua yang ada saat ini , menjadi prosesku dan kenanganku.. hingga mampu punya cerita dan bekal yang kuat kelak’ ucapku mengahiri perbincangan hari itu.

Dan kami berpisah. Hmm.. sebenarnya.. raga kami yang berpisah.. tidak dengan doa dan persaudaraan kami. Hari itu ada satu waktu ketika kehidupan mengajariku tentang banyak hal. walau pun bukan lewat hidupku. Namun itu begitu berarti dan indah. 

Akhir Pekan (Series 1)


Berbincang dengan seseorang membuatmya kita belajar banyak hal. dan kali ini,perjalanan menemukan hal yang baru mengantarkanku bertemu salah seorang kawan lama. Seorang ibu muda yang tengah menggendong anak kecilnya yang begitu menggemaskan. 

Dan senyumnya serta jabat tangannya masih sama semangatnya seperti beberapa waktu yang lampau kami bersama.

Bahasan kami tak ubahnya seperti kawan lama yang sedang saling mengungkapkan diri masing-masing. Tak henti dia mulai membanggakan hidupnya yang begitu sempurna  jika menjadi seorang perempuan. Dan di bawanya aku kembali berpikir menjadi perempuan.

Berbeda dengan pertemuan terakhir kami yang membicarakan dengan kepentingan, pemerintahan dan negara. Dia masih saja tak henti untuk menyerutup segelas teh hangat teman berbincang kami sebari sesekali di ganggu buah hatinya yang mulai rewel.

Dan ketika si kecil sudah tertidur. Kami memulai berbicara sebagai seorang perempuan.

Senyumnya tak berubah. Itu membuatku tahu ia bahagia. Tata buku dan letak ruang di rumahnya pun tak mengesankan ia berbeda. Masih cerdas dengan buku-buku ideologi dan kamus bahasa asing kesukaannya. 

Dan novel islami yang tak henti ditawarkanya walau saat itu juga terkadang ku tolak. ‘sedang tak minat untuk melow’ jawabku pada pintanya.

bersambung..