Monday, June 3, 2013

Tentang Hal

Ada satu hal yang harus di pelajari dalam kehidupan..
Yang membuat semua hal menjadi sebuah pembelajaran..
Yang membuat kebahagiaan adalah kesyukuran..
Yang membuat cobaan adalah pelajaran hidup
Yang membuat hidup makin berwarna..
Yang membuat kehidupan menjadi pelangi cerita..
Yang membuat hari menjadi langkah pasti
Hal yang membuat sekian banyak pandangan pada diri
Menjadi sebuah melodi
Yang di nikmati dengan indah..
Bukan dengan kecaman.

Hal itu adalah tentang.. KEIKLASAN..
Dimana kita belajar menerima..
Tentang sebuah kerelaaan.
Keiklasan ketika mimpi kita tuliskan dengan pensil harap..
Yang kemudian di hapus satu persatu olehNYA
Di sisihkan hal yang belum menjadi kehendakNYA..
Dan di gantinya dengan keajaiban..
Dengan cerita indah dan mempesona..

Itulah keiklasan..
Yang membuat sebagian dari kita mulai memilih  untuk makin melengkapi kehidupan..
Dengan seutas hal yang membuat kita tetap menjalani kehidupan ini
Walau terkadang tak lelah menemani.
Walau letih memdera...
Bahkan lumpuh menikam hati..

Namun disanalah kita kan dapati..
Pelangi kehidupan..
Mengajari kita ketulusan..
Seperti bunda membesarkan kita..
Seperti lailnya yang tak henti mendoakan kita..
Seperti pancaran matanya yang berkata lelah..
Tentang penopang cobaan hidup yang dasyat..

Tapi kawan..
Kita punya Allah..
Satu diatas segalanya..
Keiklasan mengantarkan cinta kita padaNYA,,

Hingga cinta ini.. menjadi purnama..

Dialog Hati Seorang Perempuan

Rasanya aku kembali pada melodi masa lalu. Kepulanganku yang mendadak kemarin membawa cerita berbeda. Seperti bergerilia di antara semak yang tak ku ketakui ujungnya. Rasanya aku pun tak punya nyali untuk sekedar mengungkap hari ini dan seterusnya.

Ku lihat bentangan sawah yang merambat menutupi sela bumi. Andaikan keserakahan manusia dapat di kendalikan. Mungkin masih ku nikmati pemandangan seperti ini di kota besar. Bukan malah tumpukan sampah dan gema hedonisme. 

Ah sudahlah..

Ku pikir apa yang salah dengan diriku. Sebagai perempuan khas jawa bukankah tugasku sudah jelas. Namun gara-gara emansipasi semua menjadi semakin runyam. Aku disiuruhnya jadi pintar cerdas dan berkelas. 

Namun dampaknya? Aku jadi pulang malam karena berkerja dan kaki membesar karena kebanyakan jalan kaki.

Namun aku bersyukur. Karena tanpa emansipasi mungkin aku tak bisa menulis seperti saat ini dan menikmati embun pagi. Karena sibuk dengan urusan dapur dan rumah tangga.

Sudahlah. 

Cukup rasanya mengenang emasipasi dengan kata-kata melankolis seperti memajukan wanita dan menyamakan hak di atara dua gender yang jelas berbeda. Karena faktanya perempuan menjadi komoditas eksploitasi akan segala hal yang tak sanggup di ungkapkan dengan kata-kata. Bukan karena baiknya namun karena rona menyakitkan di antara kata tersebut yang menyakitkan untuk di dengar.

Ibarat pinggir pantai yang menyajikan sajian keagungan dengan semesta. Seharusnya aku sudah berdiri dalam kekalutan karena ntah mampu mengiris luka pada hatiku sendiri. Apa bedanya ku pikir. Kita yang sama-sama berdiri dan mengiba dengan banyak pinta pada Tuhan. 

Yah Tuhan manapun lah sesuka kalian. 

Namun masih saja bacok bacokan dalam setiap tikungan ketaqwaan. Tak bisakah kita berdamai dengan agama kita masing-masing. Tanpa harus ketakutan karena mayoritas dan minritas. Ngurus agamanya sendiri saja belum beres kok buat konflik dengan agama lain.

 Geje.

Aku tahu siapapun yang bermata sayu saat ini adalah salah seorang dari yang membuat cerita dengan segala apapun yang ada di hidupnya. Tak begitu berkesan jika di cerna namun menjadi begitu masuk akal jika kita sadari keberadaannya.

Tenanglah. Aku lebih kebal untuk mengiklaskan banyak hal dari pada harus mengiba tentang pinta yang terlalu tinggi. Haduh.. harus ku apakan cita dan asaku ini, 

Cinta Pertama

Apa yang terlintas ketika seseorang berbicara tentang cinta pertama?
pandangan pertama?
atau..
slow motion ketika pertama kali bertemu?
angin yang menerbangkan jilbab ?
atau  dedaunan yang jatuh dengan rebah ala edisi korea?

cinta itu global. apalagi  bicara tentang laki-laki. rasanya begitu lekat mereka dengan kata 'playboy' atau semacamnya , tentunya dengan berbagai pertimbangan mengapa di llekatkan kata tersebut.

namun taukah bahwa cinta pertama seorang laki-laki adalah satu. IBU nya. figur yang sama melekat pada seorang perempuan. bagi perempuan bisa jadi Ayah adalah figur yang begitu kelat untuk di kagumi.

setiap orang tua pasti akan melakukan sesuatu yang terbaik untuk anaknya. mungkin ini yang namanya cinta pertama. kekaguman dan rasa nyaman itu akan membuat seorang anak melekatkan figur tersebut untuk menentukan pasangan yang akan mendampinginya.

apakah itu juga terjadi pada anda? apakah ayah atau ibu adalah figur yang membuat tolak ukur siapa yang sekarang ada di samping anda?

DOSA Emansipasi

Citra perempuan menjadi sebuah dilema. 

Sebagian menganggap perempuan baik adalah yang penurut, pendiam dan menerima. Namun yang saat ini tercitra adalah perempuan yang gesit, lincah dan mandiri. Demikian terjadi berbagai pandangan tentang perempuan. Hal itu pula dengan definisi yang berbeda di tiap daerah sesuai dengan adar dan budaya setempat.

Namun gaung emansipasi telah membawa perbedaan itu menjadi sebuah kesatuan. Bahwa perempuan berhak memilih apa yang dia inginkan. Menjadi siapapun yang dia dambakan. Dan menjadi bagaimanapun yang dia tauladani.

Hal itu tak menjadi masalah apabila hal tersebut di imbangi dengan pengetahuan dasar dan pengertian serta rute yang tepat pada apa yang seharusnya dilakukan.namun hal itu kini semakin jauh dengan realita.

Gaung emansipasi membuat perempuan berada pada posisi yang ‘waw’ . Perempuan berada pada titik yang membuat segalanya menjadi serba bebas. Apapun yang mereka kehendaki terlaksana. Seakan emansipasi menjadi sebuah sertifikat untuk menghalalkan segala keputusan.

Dapat disadari yang terjadi saat ini. kebudayaan yang dari dulu di pegang erat mulai luntur atas nama emansipasi. Menjadi sebuah tanda bahwa emansipasi telah bergulis tidak sesuai dengan rutenya. Bagaimana perempuan mulai menempatkan emansipasi di atas segala nya sehingga menjadi pembenaran atas yang di inginkannya.

Rok pendek yang di anggap sebagai luapan kreatifitas. Perhiasan yang bersimbah dianggap sebagai sebuah hak. Mengumbar segala kebiasaan yang tak sepantasnya menjadi sebuah kehidupan yang sah atas nama emansipasi.

Dan apakah itu menjadi kesalahan Kartini. Dosakah beliau membawa emansipasi di Indonesia? Salahkah beliau menjadikan segala hal yang nampak begitu nyata sebagai sebuah kerahasiaan da kehormatan seorang wanita. Namun kini menjadi ‘santapan’ khalayak umum?

Atau ini memang sebuah proses yang akan berujung? Namun dimana ujungnya? Kehancurankah?

Atau seperti Zin dan Zang, emansipasi memiliki 2 sisi yang berbeda. 

Kebaikan dan keburukan yang selalu mengiringinya. Termasuk pahala untuk Kartini yang membawa perempuan menjadi sosok ibu yang sempurna dengan pengetahuan dan pendidikan yang baik untuk menjadi madrasah pertama untuk anaknya kelak.

Namun..                                                  
Kenyataan yang terjadi saat ini.

Apakah menjadi dosa Emansipasi?