Tuesday, May 15, 2012

Peran Pendidik


Peran sebagai seorang pendidik menjadi sebuah tugas besar bagi sebagian orang. Mereka yang mengerti benar bagimana hakekatnya pendidikan merupakan sebuah kebutuhan yang mutlak dimiliki untuk dapat mendedikasikan hidup ini lebih bermakna dan nantinya bermanfaat untuk orang lain.
Sebagai konsekuensi atas itu banyak hal yang seharusnya mampu kita nyatakan dan lakukan. Dalam internal maupun external kapasitas dan kemampuan yang bukan hanya di nilai dari sekedar pembulatan atas pemindaian pemikiran namun bagaimana menempatkan pemikiran itu agar teraplikasi secara efektif untuk lebih proporsional dan lebih real dirasakan oleh orang yang ada di sekitarnya.
Termasuk bagaimana guru atau pendidik mampu menempatkan dimana belajar mengajar atau sebuah pembelajaran dapat berlangsung dan menempati posisi yang strategis dalam sebuah tatanan sebuah kelas dan kelangsungan pembelajaran. Sehingga dapat tercipta pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah di tentukan dan akan di capai.
Sehingga dapat di cantumkan beberapa pemikiran yang berkaitan tentang konsep belajar dan mengajar yang dirangkum pada sebuah siklus pembelajaran yang bertujuan tetap pada pendidikan yaitu memanusiakan manusia dan hakekatnya adalah menjadikan pendidikan sebagai proses kongkret dalam pertambahan nilai baik internak atau external individu.
Menurut Tabrani Rusyan dkk, terdapat berbagai masalah yang berhubungan dengan strategi belajar mengajar yang secara keseluruhan diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Konsep Dasar Strategi Belajar Mengajar
Konsep strategi belajar mengajar ini meliputi hal – hal:
a) menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku,
b) menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar,
 c) memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar,
d) menerapkan norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar

2. Sasaran Kegiatan Belajar Mengajar
Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat operasional dan konkret,yakni :
Tujuan Instruksional Khusus dan Tujuan Instruksional Umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional, sampai kepada tujuan yang bersifat universal.
Pada tingkat sasaran atau tujuan yang universal, manusia yang diidamkan tersebut harus memiliki kualifikasi:
a) Pengembangan bakat secara optimal
b) Hubungan antarmanusia
c) Efisien ekonomi
d) Tanggung jawab sebagai warga Negara

3. Belajar Mengajar Sebagai Suatu Sistem
Belajar mengajar selaku suatu sistem instruksional mengacu kepada pengertian sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku suatu sistem, belajar mengajar meliputi suatu komponen, antara lain tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi dan evaluasi.
Agar tujuan itu tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antarsesama komponen terjadi kerjasama. Karena itu guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen – komponen tertentu saja, tapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.
4. Hakikat Proses Belajar
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.
Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru.
Jadi, hakikat belajar adalah perubahan.

5. Entering Behavior Siswa
Menurut Abin Syamsuddin, entering behavior akan dapat diidentifikasi dengan cara:

a. Secara tradisional, telah lazim para guru mulai dengan pertanyaan mengenai bahan yang pernah diberikan sebelum menyajikan bahan baru.

b. Secara inovatif guru tertentu di berbagai lembaga pendidikan yang memiliki atau mampu mengembangkan instrumen pengukuran prestasi belajar dengan memenuhi syarat, mengadakan pre-tes sebelum mereka mulai mengikuti program belajar mengajar.

Gambaran tentang entering behavior, ialah siswa banyak menolong guru yang antara lain :

a. Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan individual siswa dalam taraf kesiapannya, kematangan , serta tingkat penguasaan pengetahuan dan keterampilan dasar bagi penyajian bahan baku

b. Diketahuinya disposisi perilaku siswa tersebut akan dapat dipertimbangankan dan dipilih bahan, prosedur metode, teknik serta alat bantu belajar mengajar yang sesuai

c. Dengan membandingkan nilai proses dengan nilai hasil pasca-tes, atau setelah menjalani program kegiatan belajar mengajar, guru akan mendapat petunjuk seberapa jauh dan seberapa banyak perubahan perilaku itu telah menjadi dalam diri siswa.
Perbedaan antara nilai pasca-tes dengan pre-tes, baik secara kelompok maupun individual, merupakan indikator prestasi atau hasil pencapaian yang nyata sebagai pengaruh dari proses belajar mengajar.

Ada tiga dimensi dari entering behavior yang perlu diketahui oleh guru
:
a. Batas – batas ruang lingkup materi pengetahuan yang telah dimiliki dan dikuasai oleh siswa
b. Tingkatan tahapan materi pengetahuan, terutama kawasan pola-pola sambutan atau kemampuan yang telah dimiliki siswa
c. Kesiapan dan kematangan fungsi-fungsi psikofisik
6. Pola – pola Belajar Siswa

Robert M.Gagne membedakan pola – pola belajar siswa kedalam delapan tipe, di mana yang satu merupakan prasyarat bagi lainnya yang lebih tinggi hierarkinya.

Delapan tipe belajar dimaksud adalah :

a. Signal Learning (belajar Isyarat)
b. Stimulus-Response Learning (belajar Stimulus-Respons)
c. Chaining (rantai atau Rangkaian)
d. Verbal Association (Asosiasi Verbal)
e. Discrimination Learning (belajar Diskriminasi)
f. Concept Learning (belajar konsep)
g. Rule Learning (Belajar Aturan)
h. Problem Solving (Pemecahan Masalah)
7. Memilih Sistem Belajar Mengajar

Para ahli teori belajar telah mencoba mengembangkan berbagai cara pendekatan atau sistem pengajaran atau proses belajar mengajar.
Berbagai sistem pengajaran yang menarik perhatian akhir-akhir ini adalah:

a. Enquiry-Discovery Learning
Enquiry-Discovery Learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam sistem belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah.

b. Ekspository Learning
Dalam sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematis, dan lengkap, sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur.

c. Mastery Learning
Dalam kegiatan mastery learning ini guru harus mengusahakan upaya-upaya yang dapat mengantarkan kegiatan anak didik ke arah tercapainya penguasaan penuh terhadap bahan pelajaran yang diberikan.

d. Humanistic Education
Dalam kenyataan tidak bisa disangkal bahwa kemampuan dasar kecerdasan para siswa sangat bervariasi secara individual.

e. Pengorganisasian Kelompok Belajar
Memperhatikan berbagai cara pendekatan atau sistem belajar mengajar seperti diuraikan sebelumnya disarankan pengorganisasian kelompok belajar anak didik

Sehingga dapat sedikit di simpulkan bahwa pendidikan memberikan sebuah nilai yang yang baik yang pada akhirnya bertujuan untuk adanya sebuah perubahan pada tingkah laku dan adanya sebuah pemikiran dan kesepakatan yang baru dan lebih mengedepankan dengan permainan dalam sebuah siklus pemikiran. Bagaimana pendidikan ini dapat menjadi sarana yang kongkret dan efektif dalam perkembangan individu maupun sebuah organisasi yang nantinya dapet bermanfaat untuk anggotanya dan masyarakat luas. (arma – unnes)


No comments:

Post a Comment