Friday, July 1, 2011

gerakan KAMMI

Memprediksi Kondisi Bangsa Indonesia Masa Depan
Kami berpendapat bahwa makna prediksi tidak bisa disamakan dengan ramalan, meskipun keduanya bersifat mencoba membaca sesuatu yang akan terjadi (visi), namun keduanya memiliki ‘metodology’ yang berbeda sebagai pijakan. Kegiatan ramal meramal sudah dikenal manusia sejak zaman bahula, dalam bibel atau al qur’an juga dikisahkan tentang nabi Yusuf, yang piawai dalam meramal makna mimpi, karena kemampuan meramal inilah beliau akhirnya menemukan kemuliaan hidupnya. Kita juga mengenal Nostradomus (1503 – 1566) juga sangat diyakini sebagai peramal yang handal, banyak orang percaya bahwa Nostradomus mampu membaca kejadian2 besar dunia jauh kemasa depan, bahkan berani meramal kalau dunia akan berakhir th 3797.
Untuk memprediksi indonesia di masa yang akan datang, jelas bukan pekerjaan yang mudah, Untuk mempermudah memprediksi, kami akan membagi masa Indonesia setelah merdeka menjadi tiga fase :
1. Fase pertama, Masa Orde Lama
Orde lama berkuasa relatif lama, sekitar 16 tahun, fase ini adalah masa-masa yang paling berat bagi bangsa dan negara, masa transisi ini penuh dengan konflik, baik ditingkat elit maupun akar rumput, hal mana karena ekpekstasi yang berlebihan dari tiap-tiap individu setelah mereka memiliki negara sendiri, bisa mengelola kekayaan negeri sendiri dan mengira bahwa dengan modal kemerdekaan mereka bisa otomatis menjadi berkuasa dan kaya, mereka lupa bahwa mendirikan negara yang besar dengan latar belakang masyarakat, rakyat yang sedemikian majemuk, dengan kondisi geografis yang paling katastrof didunia (indonesia adalah negara kepulauan terbesar didunia), maka mengira modal kemerdekaan saja sudah cukup untuk menyongsong masa depan yang cerah malah berbalik menjadi bencana, kondisi perpolitikan terus memanas, banyak terjadi pemberontakan baik berdasar ideologi maupun rasa ketidakpuasan dari para sesama pejuang karena perbedaan cara pandang akan makna kemerdekaan dan cara mengisinya.
Kondisi politik suatu negara adalah acuan utama untuk melihat kemajuan negara yang bersangkutan. Pada masa ORLA, karena kondisi politik sedemikian panas, sementara militer masih terkotak-kotak dalam ideologi masing-masing, maka perang fisik bisa terjadi kapan saja, para pejuang kita lupa bahwa negara ini diidamkan dan didirikan oleh semua masyarakat indonesia terlepas dari apa ideologi mereka.
Karena pada masa itu pemerintah hanya sibuk mengurusi perpolitikan, maka sektor ekonomi menjadi terbengkalai, rakyat kecil yang dulu sangat berharap meningkat taraf kehidupan mereka meningkat pasca kolonialisme belanda (Hindia Belanda), ternyata nasib mereka bisa dikatakan sama atau malah lebih miskin dibanding masa penjajahan dulu.
2. Fase ke dua, masa Orde Baru
Kami yakin ORBA dibawah Soeharto akan tercatat dalam sejarah sebagai masa rezim berkuasa terlama dalam sejarah Indonesia sampai kapanpun. Konflik antar golongan karena faktor ideologi (agama) bisa diminimalis, faham komunis resmi dilarang, walaupun hal ini bertentantangan dengan hak azasi manusia, namun cara ini ternyata cukup efektif untuk meredam kengototan kaum kanan (islam garis keras) untuk menjadikan indonesia sebagai negara islam. Meskipun rezim ini bertahan lama dan seakan-akan negeri ini makmur, tapi kenyataannya rezim ini penuh banyak konspirasi dan hanya kemakmuran semu yang dicapai bangsa ini, kemakmuran yang didapat dari mengemis ke Negara lain dan korupsi yang sangat mengakar.
3. Fase ke tiga, era Reformasi.
Seharusnya, masa setelah ORBA ini kesempatan kita untuk maju lebih pesat bisa dicapai, karena kebebasan tiap-tiap individu lebih dihargai. Juga, pemerintah jauh lebih transparan, kehidupan demokratis bisa kita nikmati, lembaga legislatif yang notabene adalah bentuk pengejawantahan rakyat (yang kemudian menjadi bentuk pengejawantahan partai) memiliki kekuasaan yang benar-benar setara dengan lembaga eksekutif. Kenyataannya, masa reformasi tidak jauh berbeda dg masa ORBA, korupsi tetap marak, kemiskinan dan pengangguran tetap menjadi momok menakutkan, ditambah lagi, sikap lembek pemerintah terhadap garis keras islam, lahirnya OTDA malah menjadi semacam bumerang yang memukul balik negeri ini utk mundur beberapa langkah kebelakang.
Masyarakat Indonesia ini sangat majemuk, negeri ini terdiri dari ribuan pulau, ada puluhan aliran kepercayaan, banyak suku dan terdiri atas beberapa ras, dengan kenyataan seperti itu, adalah kurang tepat kalau kita ngotot untuk menjadikan hukum praktis sebagai dasar hukum verbal. Karena sikap ngotot ini, maka timbul sikap saling curiga dan waspada, kepercayaan antara sesama anak bangsa menjadi luntur, yang terburuk adalah di era reformasi ini adalah maraknya partai partai politik dan kebebasan demokrasi yang kebablasan dan tidak didasari pada pemahaman mendalam. Masa reformasi sudah memasuki tahun ke 12, namun ternyata keadaan negeri ini tidak membaik secara signifikan, baik disektor perekonomian maupun di sektor sosial politik.
Melihat kondisi realita pemerintahan Indonesia yang seperti ini, maka kita perlu mengetahui sebab-sebab yang ada. Kami menilai sebab-sebab itu antara lain :
a. Krisis kepemimpinan di Indonesia
Krisis kepemimpinan di Indonesia ini disebabkan karena karakter kepribadian masyarakat tidak dibangun secara matang. Melihat konsep pendidikan yang ada di Indonesia maka kita dapat menemukan masalah-masalah yang mendasar dalam sistem tersebut. Jati diri bangsa Indonesia masih belum jelas, mengekor pada kebudayaan lain, mengambil ideologi bangsa lain tanpa mengedepankan ideologi asli bangsa Indonesia.
Sangat langka menemukan pemimpin bangsa seperti Soekarno, Muhammad Natsir, Muhammad Hatta, dan lainnya. Mereka dengan integritas tinggi bekerja dengan totalitas dan loyalitas mampu membawa bangsa menjadi bangsa yang dihargai oleh bangsa di seluruh dunia.
Berbeda dengan pemimpin-pemimpin bangsa saat ini, sejak zaman orde baru dengan kepemimpinan Soeharto dan rezim yang dibangunnya, sampai presiden saat ini yaitu Susilo Bambang Yudhoyono dinilai belum bisa mengangkat kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Presiden berganti presiden, sejak era reformasi sampai saat ini pemerintah belum bisa mengatasi keterpurukan yang terjadi karena krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998. Hancurnya ekonomi Indonesia dan tingkat inflasi serta nilai tukar rupiah yang anjlok membuat Indonesia dilanda keterpurukan yang sangat parah. Hutang Negara yang berjumlah ribuan triliun rupiah menjdikan bangsa ini melarat di tengah sumber daya alam yang melimpah.
Kondisi Indonesia yang seperti ini menuntut sebuah harga mati yaitu pemimpin yang memiliki visi besar dalam membangun bangsa, integritas, kepemimpinan yang baik, dan berorientasi pada ibadah. Saat ini tidak ada pemimpin yang memiliki semua kemampuan di atas. Kebanyakan pemimpin saat ini hanyalah berorientasi pada hal-hal yang tidak esensional seperti politik menjaga nama baik, pencitraan, dan mengekor pada pengaruh Negara lain. Ini mengakibatkan pemerintah tidak peka pada kondisi rakyat yang ada di bawah, tidak memiliki visi besar dalam mengatasi permasalahan, hanya mengutamakan golongan dan partainya sendiri.
b. Kecerdasan berpolitik yang masih rendah
Setelah masa reformasi dan gejolak politik pada tahun 1998 membuat berbagai kelompok di masyarakat beramai-ramai mendirikan partai politik. Ada yang berhaluan politik demokrasi, Islam moderat, sampai berhaluan Islam yang katanya menyeluruh. Puluhan partai politik mengikuti pemilu pada tahun 1998. Awalnya sebelum masa Orde Baru runtuh, hanya ada tiga partai politik yang mengikuti pertarungan di negeri ini. Partai itu adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Pertai Demokrasi Indonesia (PDI), dan Partai Golkar. Dengan bermunculannya partai politik yang menjamur seperti ini membuat bangsa ini semakin terkotak-kotak dengan berbagai kepentingan antar golongan dan tidak mementingkan kepentingan rakyat.
Tingkat kepercayaan publik kepada pemerintah juga semakin menurun drastis. Bergantinya kepemimpinan presiden dari sejak turunnya presiden Soeharto dan digantikan oleh Habibie sampai masa kepemimpinan SBY saat ini banyak menimbulkan polemik dan rasa kekecewaan rakyat di tanah air. Hal ini bisa dilihat dari keikutsertaan masyarakat di Indonesia terhadap pemilihan umum yang diselenggarakan KPU maupun KPUD yang tersebar dalam pemilu legislatif, pemilu presiden, dan berbagai Pilkada yang dilakukan di seluruh tanah air. Tingkat pemilih yang tidak ikut serta dalam memilih bisa mencapai angka 50%. Ini sangat memprihatinkan kita semua. Dengan rendahnya tingkat keikutsertaan pemilu di tanah air, maka rendah pula tingkat kepercayaan rakyat kepada pejabat yang memerintah, baik itu presiden dan kebinetnya, serta pejabat legislative di pusat maupun daerah.
Menganalisa berbagai kondisi tersebut, maka KAMMI memposisikan diri sebagai organisasi pemuda dan mahasiswa yang tetap mengawal jalannya pemerintahan, tetap mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah, dan menjadi wadah pencerdasan politik bagi masyarakat.
c. Politik yang hanya mengandalkan figuritas
Melihat kemenangan presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2004 dan 2009 menunjukkan bahwa partai Demokrat sangat mengandalkan kepemimpinan tunggal yang melekat pada diri SBY. Meski kesatuan kadernya sangat renggang dan terjadi persaingan kekuasaan di dalamnya, SBY dengan kekuatan figuritasnya dapat mempersatukan seluruh elemen yang ada di bawah strukturnya.
Meskipun dengan cara mengandalkan figuritas namun cara ini terbukti ampuh untuk menarik perhatian dan kecintaan pada sosok SBY. Cara seperti ini sangatlah tidak baik dalam mengajarkan politik kepada masyarakat. Rakyat dibuat bodoh dengan politik sehingga mereka tidak bisa mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah yang merugikan mereka. Para pejabat hanya turun ke masyarakat ketika menjelang pemilu saja, kemudian mereka memberiikan berbagai macam janji palsu dan harapan ke masyarakat. Ditambah lagi dengan money politik yang membeli suara rakyat dengan harga murah. Cara-cara seperti inilah yang merusak iklim politik di Indonesia. Dengan figuritasnya saja tanpa diimbangi dengan kapabilitas sebagai seorang pemimpin, maka sama saja seperti menina bobokan rakyat dengan khayalan dan mimpi belaka. Setelah itu mereka para pemimpin hanya memikirkan gimana caranya agar uang kampanye dia bisa kembali. Menggunakan gaya hidup yang sangat tinggi dan tidak peka dengan kondisi rakyat yang memilihnya. Inilah watak pemimpin yang hanya menggunakan figuritas dan harta yang ia miliki untuk memperoleh kekuasaan.
Krisis kepemimpinan yang terjadi menimbulkan banyak sekali efek terhadap kondisi bangsa Indonesia. Kondisi ini seperti yang telah dijelaskan di bab permasalahan bangsa Indonesia telah kita lihat bahwa betapa parahnya kondisi bangsa ini. Krisis di segala bidang meliputi ekonomi, sosial, politik, budaya, dan bencana alam yang terjadi belakangan ini membuat bangsa Indonesia harus segera diselamatkan.
Untuk melihat ke masa depan, maka harus kita lihat kondisi bangsa saat ini. Berbagai realita yang kita hadapi dan banyak sekali permasalahan, maka kita bisa melihat bahwa kondisi seperti ini sangat sulit untuk diatasi kecuali dengan beberapa tahapan-tahapan yang sistematis. Tahapan-tahapan ini antara lain :
Menyiapkan pemimpin yang tangguh
Mencerdaskan masyarakat agar paham kondisi sosial
Menyiapkan kader-kader terbaik untuk ditempatkan tempat tertentu
Menguasai sektor perekonomian untuk membangun ekonomi kerakyatan
Bangsa Indonesia di masa yang akan datang akan menghadapi berbagai macam tantangan dari luar dan dalam. Tantangan dari luar yang paling utama adalah bagaimana Indonesia bisa mandiri dan lepas dari cengkraman bangsa lain, lalu tantangan utama dari dalam adalah bagaimana merapihkan pemerintahan dengan lembaga-lembaganya dan reformasi birokrasi di segala bidang yang dinilai sangat berbelit-belit.
Masa depan Indonesia ditentukan dari mimpi-mimpi para pemudanya saat ini. Kenyataan di masa yang akan datang itu dibangun dari mimpi-mimpi dan kerja nyata dari pemuda Bangsa saat ini. Masa depan bangsa Indonesia jika dibangun dari hal di atas.
2. Arah Gerak KAMMI dalam Berbagai Aspek
Sudah 12 tahun semenjak awal orde reformasi dan berdirinya KAMMi, banyak yang sudah KAMMI lakukan dan lebih banyak lagi PR besar KAMMI untuk bangsa ini. Sebagai wajihah dakwah dan wajihah pengkaderan, KAMMI memposisikan dirinya sebagai bagian penting yang tidak terpisahkan dari umat dan pemuda. Umat yang kondisinya sangat memprihatinkan ini menjadi perhatian kita. Pemuda yang menjadi bahan bakar gerakan kita juga sudah semestinya menjadi fokus kerja-kerja kita. Umat dan pemuda yang menjadi objek bagi kerja-kerja kita dapat dengan sekuat tenaga kita berdayakan.
Untuk menyelesaikan permasalahan bangsa Indonesia, meski mungkin tidak seluruhnya bisa KAMMI selesaikan, KAMMI memiliki tradisi perjuangan yang tercantum dalam prinsip gerakan KAMMI. Tradisi itu yakni adalah perbaikan. Perbaikan adalah tradisi perjuangan KAMMI. Maka dari itu KAMMI selalu menerapkan dalam setiap program kerjanya yakni adalah perbaikan. Masalah-masalah yang ada di masyarakat, umat, dan bangsa semaksimal mungkin kita adakan perbaikan-perbaikan. Permasalahan itu sudah kami jelaskan dalam pembahasan di atas. Adapun arah gerak KAMMI kedepan adalah :
Dalam Bidang Politik, antara lain
a) Mengawasi kerja pemerintah dan mengawal isu-isu dan keputusan yang dibuat
b) Memberi masukan kepada pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan
c) Mendesak pemerintah untuk menentukan sikapnya terhadap isu yang KAMMI tuntut
d) Memberikan pencerdasan politik kepada masyarakat
e) Mengawal proses pemilihan umum dan pilkada yang diselenggarakan KPU dan KPUD
Dalam bidang kemasyarakatan, antara lain
a) Memberikan pendidikan teknis kepada masyarakat yang membutuhkan
b) Membuat desa/wilayah binaan di setiap KAMMI Daerah di seluruh Indonesia untuk diberdayakan sesuai dengan potensi yang ada di desa itu sekaligus berdakwah
c) Mengadakan kegiatan pemberdayaan wanita dan penyadaran terhadap kewajiban
d) Bekerja sama dengan berbagai ormas dan LSM yang ada untuk bekerja sama dalam menjaga lingkungan
Untuk menjaga kemandirian gerakan dan memiliki kekuatan untuk berdiri di atas kaki sendiri, maka perlu bagi KAMMI untuk menggagas ide-ide dalam membangun ekonomi di wajihah dakwah ini. Hal ini ditujukan agar KAMMI memiliki izzah sebagai organisasi dan memiliki independensi yang tidak bisa diganggu oleh pihak luar. KAMMI sebagai wajihah dakwah dan pengkaderan yang memiliki jumlah kader sebanyak lebih dari 150.000 yang tersebar di tanah air harus memiliki basis ekonomi yang kuat dan dapat menunjang kegiatan-kegiatan yang ada di KAMMI.
Bisa dilihat dari struktur yang KAMMI buat terhadap distribusi kader pada masa yang akan datang. KAMMI menilai bahwa penyiapan kader pada masa sekarang ini ditujukan pada menyiapkan para pemimpin masa depan. Berbagai macam bidang keahlian seperti eksekutif, legislative, yudikatif, serta sektor usaha swasta yang masih kita anggap remeh. Oleh karena itu perlu persiapan penting dalam membina karakter sesuai dengan bidang keahliannya. Sebagai Muslim Negarawan, maka sudah saatnya kita bergerak ekspansi dakwah kita dalam arah vertikal dan horizontnal. Adapun fokus kita adalah :
a) Dakwah Vertikal
Dalam dakwah vertikal yang kami maksud di sini adalah. Kita harus bisa menempatkan kader-kader terbaik kita untuk mengisi pos-pos yang ada pada lembaga pemerintahan yang ada di Indonesia.
Contohnya adalah kita haru mampu mempersiapkan kader-kader yang memiliki kompetensi dalam memimpin bangsa dan telah belajar ilmu politik, hukum, dan ketatanegaraan.
b) Dakwah horizontal
Dakwah horizontal adalah dengan cara bagaimana interaksi kita kepada masyarakat bisa menjadikan mereka sebagai. Contohnyaakh luqman adalah menempatkan tenaga ahli dalam bidang riset dan ilmu pengetahuan sesuai dengan kompetensinya. Kita bisa berdakwah melalui bidang kita dengan memasuki bidang-bidang yang belum banyak dikuasai oleh orang lain, yakni sector ekonomi swasta.
Dengan ekonomi swasta yang mandiri, maka kita bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang yang belum memiliki pekerjaan, kita bisa mengurangi jumlah pengangguran dan yang paling terpenting lagi adalah bagaimana kita bisa mandiri dan dari ketergantungan dan campur tangan dari kepentingan goongan lain.
3. Untuk Ibu Pertiwi, Saksikanlah Bahwa Aku Seorang Muslim Negarawan
Negeri ini sudah terlalu lelah dalam kehancurannya. Rakyat Indonesia juga sudah terlalu bosan dalam keterpurukkannya. Pemuda bangsa juga sudah terlalu jauh dari jalan yang seharusnya mereka lewati. Dengan berpegang teguh kepada Al Qur’an dan Hadist, maka KAMMI kembali menegaskan dirinya sebagai gerakan pemuda Islam di Indonesia yang perhatian kepada perbaikan bangsa Indonesia. KAMMI dengan keterbatasannya masih tetap melangkah selama langit belum runtuh dan selama bumi ini masih mampu menjadi tempat KAMMI berpijak.
Sudah terlalu banyak sejarah kelam bangsa ini yang seharusnya tidak terjadi, karena negeri ini kaya, amat sangat kaya bahkan. Sehingga kami yakin bahwa negeri ini bisa bangkit dalam berbagai keterbatasan yang melandanya. Kami yakin bahwa kejadian kelam di masa lalu hanya menjadi bayangan yang akan bersama bangsa ini kemana pun bangsa ini pergi.
Kejadian di masa lalu bisa menjadi gambaran bagaimana negeri ini amat diminati oleh bangsa lain sehingga bangsa ini selalu dijajah oleh bangsa lain. Sampai detik ini pun bangsa Indonesia masih belum lepas dari keterpurukannya. Bangsa ini bahkan belum menemukan jati dirinya. KAMMI, sebagai gerakan pemuda Islam yang mencintai umat dan bangsa ini, tidak akan pergi meninggalkan negeri ini. Jiwa dan raga akan kami berikan untuk negeri ini. Itu semua karena cinta kami padamu, wahai ibu pertiwi.
-Bunga Rampai Kelompok 3-
Dauroh Marhalah III KAMMI Wilayah Jawa Barat & Megapolitan


http://irfanmaulanabasya33.wordpress.com/2011/02/18/transformasi-gerakan-kammi-masa-depan/

No comments:

Post a Comment