Monday, July 11, 2011

Bingkisan Allah yang Paling Indah


Terasa hangat dada ini saat mengingat kebersamaan dan ukhwah yang terjalin diantara kingkaran kecilku. Ada hal yang tak mungkin dijelaskan dengan kata-kata. Ada urai kisah yang tak bisa terlukiskan dalam paragraf-paragraf yang mengabadikan realita indah yang di bingkai dalam kenangan yang berarti besar untuk perbaikanku kedepan.

Gerimis mengiringi tahajudku malam ini. Tak terasa ada genangan tersendiri di sudut kamar ini, di mataku. Ada genangan air yang membuat aku luluh dan tak lagi bisa bersua dengan kesombongan. Ada hati yang memiliki sebuah kebutuhan akan penghambaan hakiki yang membuatku takluk dan tak bertawar akan keyakinanku akan kehadiranNya setiap saat dalam hidupku.

Syukur ini mengantarkanku melintasi masa demi masa. Membuai keadaaan yang ingin ku kabulkan dengan mencintaNya lebih dari hidup yang ku miliki. Kematian yang dekat dan didepan mata rasanya. Keadaan membuatku tahu akan keinginan diri untuk iklas akan apapun yang ku harap dan inginkan. Tak menjadi prioritas yang terlalu akan menyita diri dan ragaku yang terlambau terlambat akan kesadaran tentang segala hal yang seharusnya. Walau memang akhirnya tak ada kata terlambat dalam perbaikan diri.

Namun gerimis ini mengiringi sejuta angan dan keadaan yang membuatku berada disini. Menyingkap sisi hidup yang tak semua orang akan memilikinya dan bahkan mereka yang sebenarnya dapat memiliki tempat ini lebih dulu dariku. Aku hanya ingin memaksimalkan segalanya. Waktu, pikiran dan keadaan ini dengan manfaat, entah itu untuk umat atau untuk keluarga.

Keluarga? Seandainya bisa mungkin ibu akan mencegahku lebih lama dirumah. Menemaninya membuat kliping, bercerita tentang pengalaman hidup. Meniti tepi peradaban dan saling bertukar pendangan tentang segala sesuatu. Menyusuri kota jogja dan kemudian kembali ke kamar untuk membingkai kenangan dengan pengertian dan mengiklaskan segala cobaan dan masalah menjadi pengalaman berharga yang membuat kita lebih baik kedepannya.

Namun waktu berkata lain, ibu yang harus penataran di solo. Bapak yang akan terus sibuk dengan pekerjaannya. Adik kecilku yang kini beranjak remaja yang sibuk dengan kegiatan osisnya dan kepanitiaan mos .dan aku dengan segenap rutinitan civitas akademika yang bergelut dengan buku, laptop dan segala kegiatan aktivis mahasiswa dari mulai PPA hingga TKB Angkatan 3 . entah kenapa aku merasa canggung, terlalu kerdil untuk sekedar sombong padaNya. Menyatakan bahwa cobaan ini berat , namun aku? Belum apa-apa dari ibu yang tengah mengandung dan menawarkan nyawanya.aku belumlah apa-apa dari para pejuang ini. Atau mereka yang bekerja untuk keluarganya.

Menjelang subuh tadi.. ingatanku akan ramadhan membingkis lantunan ayat yang terkenang saat kemarin.. Al Baqarah 183-188 ...
ijinkan aku menemui bulan sejuta indahMu, Allah..
ijinkan aku menanti syurga dalam bulan penuh rahmatMu..
ijinkan aku berkontribusi oleh apapun yang bisa ku lakukan
untuk meniti langkah mendekat padaMu
dan jaga aku, Allah
jaga dari segala kelalaian diri akan batas atara makhlukMu..
ijinkan aku menjaga diri dari pikiran dan segala rasa yang belum tepat waktu ku miliki
ijinkan aku menjaga dan menepati janjiku
bahwa dunia dan akhirat hanya untuk yang pertama dan yang terakhirku..
ijinkan aku tetap istiqomah di jalanMu
tanpa gelisah dan ragu
tanpa tawar dan kesan tak percaya..
hanya Allah
hanya karena Allah
hanya untuk Allah,~

No comments:

Post a Comment