Tuesday, June 28, 2011

Tentang ...






“Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah.Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”
At-Taubah 41


Ayat ini tak lagi asing untukku. Entah berapa kali bingkisan Allah dari suatu kebetulan terbingkai dalam kejadian luar biasa di hidupku..
Menjadikan hal yang sungguh merupakan hadiah Allah dalam menunjukkan jalan mana yang layak di lalui.

Masih teringat jelas bahwa ayat ini juga yang menyadarkan dan memberikanku keyakinan seutuhnya tentang perjalananku menyusuri tanggal 19 hingga 21 oktober 2010 di tanah Jakarta ketika Aksi DI Istana Merdeka bersama BEM SI (Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia) menjadi hal yang berbeda dan memiliki pengaruh besar terhadap paradigmaku sebagai seseorang yang pada istirahnya baru mengenal dunia kemahasiswaan dan kampus.

Ketika itu mahasiswa yang tergabung dalam BEM SI , membuat 6 Tuntutan Rakyat :
 Menuntut SBY untuk mempertahankan ketahanan pangan dengan SD yang ada di Indonesia bukan mengimpor beras
 Mendesak pemerintah mengadakan pembangunan ekonomi secara merata
 Mendesak prnyelesaian permasalahan hukum (boikot Century) dan kriminalisasi pemimpin KPK
 Transparansi dalam pengelolaan energi dalam negeri
 Mewujudkan pendidikan yang merata dan terjangkau tanpa terkecuali
 Menuntut jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia

Sebuah gerakan yang mengesankan , ketika anak semester baru ikut dalam sebuah aksi hingga ke Jakarta dengan pemahaman yang mungkin belum sepenuhnya tertata. Namun hal itulah yang menyebabkan perbedaan besar dalam diri kami yang ikut disana. Awal dari diskusi meja bundar saat tak ada kuliah. Serta SKB yang mulai mengarah pada motif perjuangan yang bukan hanya mengemas suatu materi tentang skill tapi juga tentang suatu arah gerak dan bergerak sesegera mungkin.

Semua masih tersimpan rapi, dari file hingga karcis keberangkatan. Subhanallah. Ketika merindukan masa-masa menggelora dan emosi masih bergejolak itu rasanya kurang pantas ketika sekarang hanya sekedar beban dan amanah kok mengeluh dan malas untuk berkontribusi.

Ada sebuah kata dari seorang senior yang sempat berdiskusi saat itu bahwa “tidak ada perubahan di sebuah negeri jika negeri itu sulit ditemukan para pemuda idealis, karena pemuda adalah pematik, perencana, agen dan pembangun setelah perubahan itu sendiri”. Mungkin kalo diskusi itu terlampir saat ini antara aku dan senior itu, beliau akan menambahkan sesuatu yang penting disini yaitu pemuda islam yang tangguh dan konsisten di jalan dakwah yang melangkah dengan dasar Al-Quran dan Sunnah serta tak gentar dengan ujian dan derita dunia.

Hingga saat ini pergerakan mahasiswa masih menjadi hal yang menarik untukku. Saat terjun di kehidupan nyata rasanya banyak ketimpangan yang terjadi mulai dari lembaga kemahasiswaan yang sekedar semu. Lembaga kemahasiswaan yang seharusnya mengadvokasi dan memberikan kontribusi nyata untuk mahasiswa kini mungkin telah beralih fungsi menjadi EO (Even Organiser) yang hanya di gunahan birokrat untuk meramaikan fakultas atau universitas dengan acara.

Hingga lalai terhadap SPL yang melambung hingga kini turun drastis namun SPP naik drastis. Lupa akan beasiswa yang tidak tepat sasaran karena tak ingin kehilangan sumber dana. Sungguh miris dan ironi ya.

Semua mahasiswa memiliki kesempatan yang sama, namun yang membedakan adalah bagaimana memanfaatkan kesempatan yang ada dan menjadikannya efektif untuk di berdayakan.

Dan SKB (Sekolah Kader Bangsa ) adalah keputusan yang tepat untuk ketika awal masuk perkuliahan selain magang di BEM FE. Agenda bertaraf universitas sudah ku lewati dalam waktu belum ada semester satu. Dari mulai menjadi pemdamping Pak Andi malarangeng dan ngobrol langsung bersama beliau, Pendamping Bu Rita, KONI, dan Pak Rektor. Menjadi panitia pelantikan Lembaga kemahasiswaan dan LK se Unnes. Menjadi panitia Raker . menjadi sekertaris pemilu online pertama di Unnes hingga menggapai puncak ungaran bersama teman” SKB . mengesankan ketika semua itu di bingkai dengan kenangan dan gelora kesemangatan yang tak akan padam.

Namun tanpa meninggalkan kontribusi di BEM FE. Acara Problem Solving se Jawa-Bali pun terselesaikan dengan maksimal dimana saya sebagai sekretarisnya. Menjadi panitia pelantikan. Hingga LPJ BEM FE. Dan agenda luar biasa lain seperti PKMM-TD yang sangat mengesankan dengan keadaan hampir membeku di nglimut, kendal.
Menyenangkan bisa kembali merefresh otak yang terkadang menemui titik jenuh dalam kehidupan. Posisi itu adalah hal yang normal ketika seseorang membutuhkan sesuatu yang bisa memberikannya motivasi kembali. Dan ibu adalah tempat yang paling tak tergantikan. Karena setiap saat selalu ada ditengah kesibukan kami. Selalu ada waktu untuk sekedar sms hingga telepon.

Ada hal yang tak tergantikan ketika kita menjalani hari dengan ketulusan hati dan mengharap keridhoannya, hingga akhirnya aku mendapat bingkisan kecil dan kemantapan hati untuk membingkai diri dengan aura positif dari An Nur 31 dan mempertemukanku dengan lingkaran kecilku yang memberikan kesan tersendiri disetiap pertemuan mingguan bahkan setiap harinya bersama.

Hingga ayat At Taubah menemaniku lagi di Dauroh Marhalah (DM ) 1 KAMMI dan Training Kader Dakwah (TEKAD) 2. Dan kemudian bagaimana ayat itu menjadi sebuah kebetulan yang mengesankan ketika sehari sebelum keberangkatan ku ke Jakarta , Ku temukan ayat itu di sujudku. Kebetulah dan bingkisan yang indah ketika ku lampirkan ketenangan dan pemberian ijin dari orang tua walau pada hari kepulanganku ibu dan bapak ke semarang .  . sebuah pemandangan yang membuatku meneteskan air mata haru tersendiri ketika anak yang 2 bulan tidak pulang karena ada acara sekolah SKB tiba-tiba meminta ijin ikut Aksi.

Dan perjalanan ini bukan menjadi akhir namu awal. Dimana pemahaman dan kontribusiku bukan lagi menjadi keinginan namun tindakan kongkret untuk perubahan . apalah arti mimpi kalau tak tinggi,apa arti mimpi bila tak ada gerakan. Buang sekat kegalauan dan takut. Bergerak dan melangkahlah. Mengerti, paham maka sebarkanlah. Menjadi penting itu baik. Namun menjadi baik itu lebih penting kan?

Hidup ini adalah bingkisan Allah yang indah dan membawa kebaikan dan makna. Tak ada hal yang buruk ketika kita memaknai cobaan adalah suatu ujian kenaikan yang akan membuat kita semakin kuat dan menjadi tangguh dalam lini hidup kedepan. Tak ada yang sia sia ketika kita mau berusaha walau sulit dan peluh yang tak henti terkuras. Allah menjanjikan kepastian surga. Apalagi yang kita risaukan?

Ini Hidupmu, Keputusan adalah masa depanmu...

“Hasbiyallahu wa ni’mal wakil...”
Cukuplah Allah untukku, dan Ia sebaik-baiknya pelindung.. 

No comments:

Post a Comment