Wednesday, March 9, 2011

Pembelajaran Hidup

“Pembelajaran hidup bukan dimulai dari ketika kita mendapat masalah dan menyelesaikannya, namun lebih jauh. Hidup adalah pilihan. Bahkan ketika kita belajar menerima senyuman dan mengabadikannya lewat penjagaan hari dan memaknainya.”

Entah dari mana.. aku pernah beranggapan bahwa hidup ini hanya sekedar rangkaian kejadian. Berawal dan berakhir dengan semestinya. Hanya sebuah cerita yang telah tertulis dalam takdir. Dan tak seharusnya menjadi pemikiran. Tinggal kita saja yang melaksanakannya. Jalani saja. Ya seperti itu hari berganti.
dan kita?
Ya, saat itu menurutku kita hanya seorang aktor dan aktris kehidupan. Yang telah tersiapkan di dalam akal bahwa kita harus bertindak dan berarah sesuai dengan skenario Yang Kuasa. Dan dulu, entah dari mana asalnya aku selalu mempunyai keluh itu. Bukan hal yang menyenangkan lho saat harus mengeluh tentang kehidupan kita sendiri. Nampak tak bersyukur dan tak bisa mengabadikan apa yang akan ada dengan lebih baik.
Karena dulu aku tak seperti sekarang , kawan..
Karena dulu aku bukan arma yang memandang segalanya lewat kacamata keoptimisan dengan sejuta impian dan cita seperti saat ini. Karena arma dulu bukan orang yang bebas berpikir dan berkarya seperti saat ini. Karena arma yang dulu bukan seorang yang idealis dan memikili prinsip dan pandangan Islam dengan sesungguhnya seperti saat ini.
Ya.. semuanya adalah proses . dan proses itu rasanya menyeluruh hingga meninggalkan berbagai angan dan berjuta coretan pena kenangan yang mengalun pelan seperti simfoni alam di pagi hari.
Dan entah kapan aku memiliki dan mendapatkan jati diri seperti ini. Sehingga berbagai kata dapat terangkai dengan sendirinya. Sehingga angan mengadakan berbagai perbincangan dan diskusi tentang masa depan. Sehingga cita dan impian terangkayi dalam bait bait puisi yang ku lantunkan di sepertiga malam terakhirku.
Seringkali menjadikanku lebih mengerti akan hal yang tertulis dan terangkai dalam siklus alam yang bernama belajar. Ya belajar tentang hidup. Mengajari diri tentang menerima dan memaknai hati tentang sebuah keputusan.
Ternyata hidup yang serumit ketika kita mengajukan pertanyaan matematika pada anak FBS atau hidup yang seperti kita mendiskusikan filsafat dengan anak Tehnik. Karena hidup punya cara sendiri dalam mengajari kita tentang makna hidup. Aku pun begitu , tak dalam sekejap aku bisa menemukan rangkaian kejadian dan maknanya.
Namun kini bahkan dalam sendiri aku bisa berdebat dengan nurani, memperbincangkan tentang tantangan hidup dan keinginan hati, seperti itulah sebenarnya atau seperti ini seharusnya.
Dan dalam malam aku menemukan diriku, dalam petang aku menyanggupi keputusannku. Ada kesan tersendiri ketika bisa membiaskan tulisan lewat nada dan alunan cerita itu sendiri.
Aku memimpikan hal yang tak terpikirkan dari mula tentang diriku, keluarga, masadepam, hingga dunia.
Entah kenapa dulu sering aku merasa bentrok dengan anganku sendiri. Siapa sih aku sehingga bisa bisanya memikirkan dunia? Siapa sih seorang arma yang ingin memberikan sedikit alasan dan jalan penengah untuk pemerintah? Dan siapa sih arma sehingga berani mengkritik dunia?
Namun ada banyak kedewasaan yang dulu aku ancam untuk bungkam namun kini ku syukuri. Memang sejujurnya sikap dan pemikiran kritis ini terkadang menjadikanku berbeda, bukan.. aku memang berbeda.
Sedari dulu terlalu banyak pemikiranku yang tidak terakomodasi mungkin. Atau karena aku lahir di keluarga yang membinaku dengan banyak masalah dan membuatku kewasa sebelum waktunya?
Aku iyakan saat sebagian besar berkata masalah mendewasakan. Aku telah belajar jujur dengan diri dan hidupku sejak awal hidup. Aku terbiasa mendengar nyata dunia yang berbanding terbalik dengan cerita cinderella. Aku terlalu banyak mendengar kisah masa lalu dengan perjuangan dibanding terbalik dari cerita ber ending bahagia selamanya di jemput pangeran.
Banyak sebab yang membuat ku menjadi seperti sekarang. Mungkin karena itu juga aku belajar agama dengan caraku. Aku mengerti dan memaknai Islam dengan caraku. Aku menemukan Allah dan kehidupan yang layak dengan ketergantungan diri pada doa dan ikhtiar juga dengan caraku sendiri.
Aku mendapatkan sejuk dan redam memerah pipi hingga tetes air mata dalam sholat juga dalam pemikiranku. Aku mengabadikan jilbab dalam tubuhku bukan karena pemikiran satu dua jam. Abu berbeda. Itu yang aku tau . itu yang ku rasa dan itu yang membuatku terkadang berpikir jauh dari apa yang diprkirkan teman sebayaku.
Maka dari itu aku dekat dengan sosok ibu dan bapak. Hingga keseluruhan baik dan buruk mereka. Dan begitu pula denganku. Sering kali aku tertegun dan merasa begitu berbeda ketika sebagian dari banyak temanku mengabadikan masa remaja dengan berpacaran dan bermain dengan teman . sedangkan aku?
Ya.. aku mengabadikan masa ku lewat buku, diskusi dengan bapak dan ibu, mengunjungi banyak tempat dan pengetahuan. Mengunjungi perpustakaan setiap minggu dan mengenali banyak hal termasuk cerita cinta lewat itu.
Ya.. menggelikan memang, namun itulah hidup. Aku bahkan tahu bahwa aku bukan seorang pemenang . karena teori logika pintar adalah seseorang yang mendapatkan nilai 10 di matematika? Sedangkan aku tak ahli dibidang itu namun bahasa, namun aplikasi namun berkawan dengan diskusi disanalah aku berkembang sebagai remaja tangguh dan tak terkontaminasi dengan hal yang tak berguna semacam patah hati walau tahu tentang hal –hal itu.
Dan hidup menurutku ya seperti saat ini. Hidup adalah pilihan. Karena kita semua adalah dalam proses pendewasaan diri. Menerima dan memaknai setiap kejadian dengan cara kita sendiri. Menentukan langkah dengan pemikiran kita dan mengabadikannya dengan keputusan kita.
Beberapa orang sering beranggapan sepertiku dulu. Mengapa kita berbeda , mengapa kita ‘terlihat’ gagal , mengapa, mengapa oh mengapa..
Namun tidak, kawan..
Ini bukan karena takdir. Ini karena pilihan. Bagaimana Allah atau Tuhan sudah sangat adil. Kita semua memiliki 24 jam yang sama dalam sehari dan memiliki 7 hari dalam seminggu, sama memiliki 7 hari seminggu dan memiliki 12 bulan dalam setahun. Hanya saja yang membedakan itu semua adalah bagaimana kita mengabadikan semua itu. Bagaimana kita memperlakukan semua itu bagaimana bisa menghasilkan kenangan dan karya lewat hidup yang kita miliki itu.
Tak semudah hidup lewat dirimu yang dulu. Tak seperti menerima hal yang sama dengan angan yang sama. Karena hidup adalah sebuah pilihan , bagaimana Allah bisa menolong kita bila kita tidak bergerakk dan berikhtiar. Bagaimana kita ingin dibantu kalao kita tidak meraih tangan yang akan membantu kita untuk berdiri. Saat ini adalah space hidup yang ingin mengabadikan karyamu.
Dunia menantimu kawan,
tak ada yang tak mungkin.
Setiap dari kita adalah pembaharu di lingkungannya.

No comments:

Post a Comment