Monday, March 28, 2011

Anggrek malam ini,~


Aku tak tahu menahu akan apa yang dirasakan anggrek. Tiba-tiba ia menangis malam ini. Lamunannya ternggelam dalam layar notebook yang sedari tadi sore di hadapannya.
Memang sih dia tengah bebas tugas untuk menunaikan kewajibannya. Namun kali ini. Berbeda. Bukan lagu mahasiswa atau lagu asal barat yang di dengarnya namun di balik earphone itu terdengar lamat-lamat lagu nasyid yang memang menjadi nomor satu dibukanya saat membuka notebook merah di sudut kamarnya.
Namun itu berbeda selepas mahrib ini, iya membuka file lama yang di milikinya. Tak jelas apa. Hanya saja tiba-tiba ada senyuman di wajahnya. Senyuman yang sedari pagi ku rasa tak nampak walau tengah bercanda riang dengan pak andi malarangeng , sang menegpora.
Hal yang menjadikan aneh lainnya adalah hp yang biasanya tak pernah berada jauh darinya kini bersandar manis di meja belajar. Pemiliknya bahkan tak menengok saat beberapa kali hape itu menderingkan reff- mars mahasiswa tanda sms masuk dan lagu renung-nya awan sebagai nada ada telepon masuk. Sampai-sampai beberapa anak kos menengok ke pemilik kamar. Mengira kamar itu kosong. Namun yang di tengok malah enjawab santai.
“palingan undangan kajian besok selasa, ma rabu, kalo tak rapat. Soalnya ibu dah telepon tadi siang.”
Jawaban itu yang selalu diperdengarkan setiap kali ada yang mengingatkan hapenya , namun mereka hanya bisa menggelengkan kepala.
Anggrek sibuk dengan notebooknya. Mencoba menyusuri jejak seseorang yang kembali tiba di hadapannya dengan jelas hari ini. Bukan tak sengaja melihatnya di MUA atau malah menebak seseorang yang bersandar di embung sore kemarin. Namun untuk pertama kali kembali berpapasan langsung.
Anggrek bahkan sempat beberapa kali berpindah tempat dari tempatnya duduk saat tadi pagi. Mencoba tak menatap pemuda itu secara langsung. Takut hatinya yang ia sendiri tahu tengah limbung malah ambruk beneran.
Namun Allah memberi jawaban lain. Bahwa memang ini mungkin saatnya bertemu. Buku pemuda yang diniatkan untuk dibawanya untuk dikembalikan pun tak terbawa. Bagaimana bisa lepas dari perasaan terbebani ini.
Dia hanya mengangkat bahu. Mencoba menata hatinya sendiri. Mencoba kembali ke memori perjanjiannya pada Allah, bahwa akan mencinta hanya pada suaminya kelak.
Namun entah kenapa ia malah menangis, tak bersuara memang. Diatas karpet pink dan didepan notebook merah yang selalu menemaninya. Ternyata ia tengah menghapus foto. Beberapa editan foto yang memiliki satu nama. Entah apa maksudnya. Tetes air mata itu kini membasahi pipi yang tadi menyunggingkan senyum sekitar 15 menit yang lalu.
Semua tak menyapa. Hanya berbisik lirih. Karena mereka tahu bahwa anggrek perlu waktu sendiri untuk menangis. Hingga foto itu habis dan tulisannya tentang seseorang telah munah entah kemana.Jemarinya tak lepas dari keyboard notebook merahnya.
Tak lama selepas itu ia pergi. Dan kembali dengan ice cream coklat yang di makannya sendirian sambil melihat awan malam ini. Udara malam tak menghalangi diri untuk tenggelam dalam dirinya sendiri. Ia berharap hujan turun. Walau sepertinya tak mungkin. Namun setidaknya ice cream coklat itu pereda segalanya.
Aku hanya terdiam . mengikuti gerak dan langkah anggrek. Ku biarkan dia malam ini. Biarkan dia bergerak seadanya untuk melampiaskan segalanya. Karena esok ia pun akan kembali tersenyum. Muramnya hari ini akan lenyap dan hari baru akan disambutnya.
Anggrek,, jangan bandel yah... jadilah seseorang yang menjadi impianku. Jadilah seseorang yang dinanti masa depan. Masa depan bukan menanti gadis lemah karena cinta nafsu yang hanya melabuhkan hatimu pada sedih dan bermuram durja.
Namun cinta yang sesungguhnya akan di hiasi dengan ibadah dan kesucian di pernikahan kelak.
Anggrek.. anggrek.. kau ini ada-ada saja.. J
20.31 pm
Sabtu,26 maret 2011

No comments:

Post a Comment