Tuesday, March 15, 2011

Pejuang Jannah

Sekilas malam mengisahkan sejuta pengertian . bertabur mimpi yang membuat setiap orang enggan melewatkan waktu lelapnya. Beranjak dari segala aktivitas dan melepas penat dengan kesenjangan. Seakan mengapdikan diri dengan kelelahan ,berpasrah dengan kebiasan diri dan kemudian terlelap diantara tidurnya yang menantikan ketenangan.

Namun tak semua seperti itu. Ternyata sosoknya berbeda. Tak ada tidur lelap. Tak ada hari tenang. Tak ada takluk pada kelelahan. Wajahnya tang teduh itu disibukan dengan bacaan dan pemikiran tentang umat. Apa yang dibutuhkan umat? Apa yang salah? Bagaimana yang benar? Apa yang umat akan lakukan kedepan. Dia terdiam dibalik bilik kecilnya dan bersenda gurau dengan kelincahan pikirannya sendiri.

Sesekali aku hanya terdiam, saat ia terbungkam dengan doanya. Aku melihat keiklasan luar biasa tentang apa dan bagaimana menjalani hidup. Bagaimana ia bisa membagi dirinya menjadi bagian kecil untuk memikirkan hal lain yang luar biasa. Dalam keadaan letihpun seakan ada satu nama yang membingkai segalanya. Allah.

Coba kau singgah di bilik kecilnya. Ada sedikit yang berbeda dari kamar lainnya. Dari pertama melihatnya. Kau takkan percaya, bahwa pandangan pertama saat melihat pintu kamarnya saja itu berbeda. Ada banyak catatan kecil yang tertempel disana. Sengaja , ia menaruh pulpen dan cataan kecil yang ia beri perekat.

‘akh, 3 kali saya kesini namun tak pernah ketemu,bisa ngisi pelatihan hari minggu, mohon hubungi saya di 08-- - . saya tunggu, sukron. Ridwan’

‘akh, ada yang minta bantuan ngisi kajian, bisa bantu nggak? Rio’

Yah seperti itu pesan yang tertempel disana yang lainpun tak jauh berbeda, seputar kegiatanlain. Namun akhirnya senyummu benar” akan ikut terukir saat melihat satu pesan.

‘akh, kemaren yang masak nasi ditinggal ya? Haduh.. bilang” akh..gosong. keburu kemana sih hehehe”

Kau boleh sesekali mencoba mengetuk kamarnya, walau terkadang harus menelan kecewa . karena penghuninya lebih sering menghabiskan waktu di luar dengan kegiatan yang beragam dan kesempatan hidup yang enggan ia siakan. Namun jangan enggan tetap menunggu. Karena beberapa kawannya siap menyambutmu dan mempersilahkan mu masuk kesana. Yah.. kamar itu memang sengaja tidak dikunci. Kuncinya telah terpasung diatas pintu . kebiasaannya sejak semester awal disini. Bahwa itu memang bukan sepenuhnya kamarnya. Siapapun boleh masuk asal bisa bermanfaat.

Hanya saja tetaplah tinggal untuk sekedar berbincang karena nantinya kau akan melihat takjup kamar rapi dengan ornamen aktivis disana. Banyak hal yang bisa kau cerna. Ada berbagai poster, namun tebak siapa yang menjadi arah hidup nya. 2 poster tulisan yang terpasang tepat di tembol di depan tempat tidurnya.tebaak siapa? Band ? bukan. Artis ? bukan, kawan. Pahlawan? Ya. Pahlawan hidup yang jadi kagumannya hingga ke sujud malamnya.

Tertulis ALLAH DAN MUHAMMAD dengan tulisan arap disana.tepat didepan tempat tidur. Hingga dalam bangun dan menjelang tidur, kau dapat mengetahui apa yang berawal dan berakhir pikirnya.

Ya setiap pengunjung pun tersenyum seperti itu. Seperti yang kini kau lakukan kawan. Kamar ini tak begitu lapang, namun juga tak sempit. Kau tak akan melihat hal yang berlebihan , namun juga tak kekurangan. Satu almari. 1 tempat tidur , dan satu tivi hinggan 3 rak buku. Semuanya tertata dengan sempurna dan elegan. Tak lupa karpet coklat yang selalu digunakannya untuk menerima tamu hingga diskusi.

Ada kedekatan tersendiri, ketika kau melihat kamar itu ada beberapa poster kegiatan dari yang telah berlalu hingga yang akan datang. Ada namanya terselip di beberapa poster hingga ada beberapa plakat hingga penghargaan. Namun susunan buku yang ada disana yang akan membuatmu tersingkap malu. Bagaimana bisa ditengah kesibukannnya ia masih bisa membaca dan mengumpulkan buku demi buku. Mungkin temannya yang tadi menemanimu akan bercerita banyak tentangnya. Tentang kamar ini yang memang diperkenankan untuk disinggahi , untuk baca buku untuk nonton tivi yang bermanfaat , dan untuk berdiskusi.

Dan senyummu tak akan berhenti sampai disana saat melihat satu sajadah agak kusam di sudut ruangan. Tergelar sajadah coklat yang memang agak tua disana. Kawan, sajadah itu adalah sajadah dari ayahnya. Itu bagai sebagai bekal untuk selalu mengingat Allah dan keluarganya di perantauan. Dan saat kau menoleh kekanan kau akan melihat 4 foto disana. Yang pertama adalah foto satu keluarga, foto ibu, foto ibu dan ayahnya, dan fotonya bersama saudaranya.

Ada hal yang tak akan dilupakannya. Bahwa ia tak tinggal sendiri di dunia. Ia masih punya keluarga dan masih memiliki adik untuk dibimbing.

Dan ketika itu , kamar adalah wujud sang pemiliknya. Kau akan mengenalnya lebih jauh. Tumpukan buku itu akan bercerita banyak tentang pengetahuan luasnya. Sajadah yang kusam itu seakan mengutarakan dirinya yang enggan meninggalkan malam untuk terlelap panjang.

Dan senja akan mengantarkanmu untuk menemukannya di musola dekat kos-kosan . ia tengah melepas lelah ditengah teduh hari dengan Al-Quran ditanganya. Coba lihat wajah itu. Coba dengan suara nan menyentuh itu. Coba perhatikan lafal itu. Kau akan mengenalnya tanpa berkenalan.

Kawan, tak perlu mengenalnya . tak perlu berbincang banyak dengannya. Hanya sapa ramah sekenanya yang membuatku tau tentangnya. Namun banyak yang kau pelajari tentangnya. Karena laku dan akhlaknya telah banyak mengajari sesuatu yang membuat banyak cerita tertoreh dibanyak tempat. Jejak yang ditinggalkannya. Dan kebajikannya yang tak terlupa.

Dan saat ada keengganan untuk menggangu waktunya ada selembar kertas tulisannya yang akan kau lihat di mading musola yang akan membuatmu bertambah kagum akan sosoknya.

“dakwah yang sesungguhnya berawal dari diri sendiri

Perbaikan diri dan pembelajaran hidup

Saat melangkah dengan Allah dan iklas akan takdirNya

Tak akan ada kecewa ketika gagal

Tak akan ada sombong dan angkuh ketika menang

Tak ada gelisah ketika berada di kebimbangan

Allah pengatur dan pembentuk segalanya yang paling indah

Maka azzamkan segalanya dijalanNya

Maka kau akan temukan jalanmu..

Menuju jannah”

Arma setyo nugrahani,~

12 maret 2011

01.38 am

No comments:

Post a Comment