Wednesday, January 5, 2011

sore di pinggir peradaban


Langit sore ini mulai mendung, angin semilir yang biasanya ramah membawa hawa dingin yang menusuk tulang. Dan benar saja tak lama kemudian rintik hujan mulai membasahi dedaunan yang tersebar di setiap rimbunan pohon yang ada di pinggir kampus konservasi ini.

Berbeda dengan yang lainnya yang memilih untuk merapat ke pinggir gedung supaya yang terpercik hujan. Ada seorang gadis malah sibuk melirik hujanyan memainkan tangannya untuk merasakan dinginnya anugrah Nya itu. Gadis itu tak tahu bahwa sedari tadi tingkahnya di pandangi oleh seseorang yang merasa terusik oleh kehadirannya. Seseorang yang yang pernah lepas memperhatikannya. Ia tersernyum dan mencoba mendekati gadis itu.

“kagak ujan-ujanan sekalian ,na?” ucap Rian sebari menempatkan diri di sisi kanan Dina

“nggak, masih ada kuliah,tapi asik kali ya?” jawab Dina di iringi tawa kecil yang membuat Rian kembali tersenyum.

hujan enggan menepi dan membuat pinggiran gedung yang tadinya sepi,kini di penuhi banyak orang. Sedangkan Rian dan Dina tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Tak menanggapi bisikan orang dan juga tak sempat teringat bahwa keduanya harus kembali mengikuti perkuliahan.

“kapan balik Magelang?” tanya Rian memecah kebungkaman.

Dina agak mendelik, ia mengarahkan pandangannya ke lelaki yang memberikan pertanyaan itu. Lelaki itu tengah ikut menikmati hujan dengan gemericiknya.

“hmmm....tak tahu’ jawab Dina sebari mengambil tangan dan menyalipkannya di balik jaket. Pandangannya kembali ke sosok yang tadi menanyainya.

“abang , nggak pulang?” tanyanya singkat yang dijawab gelengan oleh si pria yang kini tengah ikut manikmati gemericik air hujan.

Sore itu seakan lengkap ada hujan asa bayangan masa lalunya bersama rintiknya dan ada masa depannya,Rian. Ria sadar dari kediamannya.

“saat nanti abang bilang mau nggak jadi pacar abang , jawabnya iya yah!” ucap Rian

Dina tersingkap, “apa?”

Jawaban dan sorot mata Dina yang memancarkan kebingungan membuat Rian tergelitik untuk tersenyum, tangannya mengacak” rambut Dina dan melangkah pergi.

Dina hanya terdiam mencoba mengingat kembali kata-kata Rian yang terucap tadi. Pandangannya mengantarkan Rian hingga ujung gedung C3 hingga hilang ke arah PKM.

‘maksudnya?’ gumam Dina bersamaan hpnya bergetar.sms masuk

‘heh..kuliah dasos nggak?

Bu anin dah masuk ,bocah

..Lulu..’

Satu sms membuat Dina bergegas berlari menuju ke ruang kelasnya. Ia tak tahu ada sepasang mata dan seulas tersenyum melihatnya di ujung gedung C3, mata Rian.

No comments:

Post a Comment