Monday, January 10, 2011

rahasia besar seorang arma..




Sedikit ingin lebay *hihi* .. bercerita tentang diriku sendiri, biasanya juga cuma jujur ini lebih kompleks lagi, ayo kenali aku lebih dalam..
Mungkin aku belom sempet cerita tentangku yang serba pertama,-
‘arma setyo nugrahani’ adalah nama terindah yang aku miliki, walaupun sejuta alasan yang membuatku tersenyum akan itu dari mulai dikira cowok hingga yang lainnya. Lahir di kota nan sejuk di siang di bulan penuh suka cita. 10 agustus 1992. Dihari itu semua menunggu kehadiranku selain ayah, karena beliau harus kerja. Namun disitu ada ibu (yaiyalahh) ,mbah uti, kakung dan bulek”ku..
Sebelumnya aku ingin kalian tahu, klo kakek dan nenekku adalah anak pertama dari keluarganya, dan ayah dan ibu pun adalah anak pertama, entah apa dikata namun itu adalah kesengajaan yang indah yang membuatku familiar dengan kata pertama.
Sebuah cerita indah bisa lahir di keluarga kecil yang dibangun 2 tahun sebelum aku lahir. Dari Imam Setyo Hadi dan Nining Suryani..nama kedua orang tua yang begitu aku hormati dan sayangi. Dan dari cerita ibu tiap malam sebelum kami terlelap aku sering mendengar berbahagi cerita perjuangan tentang ibu yang seorang guru dan ayah yang dulu kerja di Arm*d* (hihi)
Selang 5 tahun setelah aku beranjak TK, aku punya saudara kecil pelengkap bahagia. Seorang muslim kecil yang diberi nama Bima Ardianza. Dia adalah adikku.
namun yang berbeda ada yang membuatku masih tak bisa mengerti. Mengapa dulu aku bersama kakung dan mbah uti. Tak pernah aku menyesali karena waktu begitu menempaku dengan banyak hal.
Disana gadis cilik ini belajar banyak hal, pergi ke sekolah sendirian, hingga menemui kakungku di pemancingan sesaat setelah pulang sekolah, bermain dengan umpan yang lucu dan menerik perhatianku. Hingga tertidur di tepi kolah hingga suatu ketika dibangunkan mbah uti dan dibawa pulang.
Ada cerita menarik yang hinggakini yak bisa terlepas dari ingatanku, sampai kapanpun itu.
Yaitu saat aku masih Tk. Dulu kakung adalah pensiunan tentara, namun beliau memiliki hobby memancing, jadi jarang di rumah, dan mbah uti serta bulekku ke pasar berjualan segala macam sembako dan bakso. Ada waktu dimana aku harus terbangun sendirian dirumah. Masih teringat benar, aku mandi dan pakaian seragam sudah di setrika oleh bulek ku. Dan ada selembar kertas di atas televisi bertuliskan ‘buat arma’ , bergambar monyet dan warnanya hijau.
Dan coba tebak apa yang dilakukan gadis kecil dengan uang jajan itu?
Jajan?mainan?pernak pernik rambut? Tidak.
250 rupiah aku belikan sarapan di samping rumah, sepiring bubur dengan kuah dan 2 potong tahu. Rasanya aku masih merasakan gurih bubur itu sekarang. Hihi . dan 250 rupian untuk makan siangku sepulang sekolah. Begitulah sku menjalani hari di tempat yang jauh dari orang tua.
Hanya 2 hari pertemuanku dengan kedua orang tuaku, sabtu dan minggu. Masih teringat pula disana aku digendong bapak tepat di pundaknya dan kami naik angkot saat waktu beranjak senja. Kami berdua harus berdesakan dengan pedagang pasar. dan terkadang tak kebagian tempat, hanya bapak yang ada di pintu dan aku yang dititipkan untuk dipangku orang. Aku tak pernah sadar akan itu, yang kupikir hanya akan bertemu ibu dan adik kecilku serta mencium bau minyak telon di sekeliling rumah (makanya ampek sekarang aku suka bau bayi) hihi
Gadis kecil itu tumbuh di dalam banyak sekali kejadian. Hidupku rasanya cukup memiliki banyak cerita untuk ku tuliskan dan berbagi disini, karena hidup menempaku dengan berbagai pengalaman yang membuatku makin bijak dan mengerti akan arti sebuah peristiwa. Dan alam pun memberikanku banyak ilham yang membuatku bersyukur bahwa Allah selalu ‘memeluk’ ku dalam berbagai kesempatan lewat masalah dan air mata. Sehingga selalu-selalu dan akan selalu berada dalam dekapanNya.

No comments:

Post a Comment