Tuesday, January 18, 2011

Rasulullah saw yang Jujur

Kejujuran Rasulullah dalam Bisnis

Kesuksesan Rasulullah SAW dalam menyebarkan Islam sudah banyak dibahas dan diulas oleh para ahli sejarah Islam maupun Barat. Namun ada salah satu sisi Muhammad SAW ternyata jarang dibahas dan kurang mendapat perhatian oleh para ahli sejarah maupun agama yaitu sisinya sebagai seorang pebisnis ulung.

Kejujuran itulah telah diakui oleh penduduk Makkah sehingga beliau digelari Al Amin. Selain itu, Muhammad SAW juga dikenal sangat teguh memegang kepercayaan (amanah) dan tidak pernah sekali-kali mengkhianati kepercayaan itu. Beliau SAW selalu menepati janji dan melaksanakanya dengan baik.

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abil Hamsa, ia berkata, ”Aku menjual sesuatu kepada Nabi SAW sebelum beliau diutus sebagai Nabi; Maka aku bejanji kepadanya untuk membawakan barang itu di tempat beliau. Namun aku terlupa, kemudian aku teringat setelah tiga jam. Saat aku datang, ternyata beliau tetap berada ditempatnya. Maka beliau berkata, ”Hai anak muda, engkau telah memberatkan aku. Aku menunggumu di sini selama tiga jam.”

____________________________

Mendapat gelar AL-AMIN (dapat dipercaya)

Pada waktu usia beliau 35 tahun. kaum Quraisy sepakat memugar bangunan Kakbah yang sudah lapuk karena termakan usia. Karena kedudukan Kakbah yang Sangat agung di mata mereka, maka mereka sepakat memugar Kakbah secara gotong royong. Para penduduk Makkah membantu pekerjaan itu dengan sukarela.

Tetapi pada saat terakhir, ketika pekerjaan tinggal mengangkat dan meletakkan hajar aswad di tempatnya semula, timbul perselisihan. Setiap suku merasa berhak melakukan tugas terakhir dan terhormat itu. Perselisihan semakin memuncak, hingga nyaris terjadi pertumpahan darah di masjidil Haram.

Namun akhimya para pemimpin Quraisy sepakat atas usulan yang disampaikan oleh Abu Umayyah bin Mughirah Al-Makhzumi bahwa orang yang pertama masuk ke Ka’bah melalui pintu Bani Syaibah, akan dijadikan hakim untuk memutuskan perkara ini.

Atas kehendak Allah, Ternyata orang yang pertama masuk itu adalah beliau. Segera mereka berseru, " Itu al-Amin, kami rela dia yang memutuskan, dia adalah Muhammad ". Lantas Muhammad membentangkan kain dan meletakkan hajar aswad di tengah-tengah, lalu meminta seluruh kepala suku memegang tepi kain itu dan mengangkatnya bersama-sama. Setelah sampai di dekat asal batu itu, beliau kemudian meletakkan batu itu pada tempatnya semula. Dengan demikian, perselisihan dapat diselesaikan dengan bijaksana, dan semua kepala suku merasa puas dengan cara penyelesaian seperti itu.

No comments:

Post a Comment