Saturday, January 15, 2011

senja di depan MUA..


Sambil lalu aku berjlan di sekitar. Namun kali ini tanpa otakku. Aku hanya sebentar membawa hatiku dan ku letakkan di tempatnya. Sedetik memandang kehidupan yang senyatanya. Kini aku ditengah keramaian yang membuatku tersadar akan arti yang seharusnya tak diabaikan.2 meter di depanku, ada seorang bapak. Setengah baya. Nampaknya ia sedang pulang dari kantor dengan kemeja dan tas kerja di sampingnya. Namun ada aneh,wajahnya nampak muram.
Kemejanya nampak basah di lengan nampaknya tak beda jauh denganku . ia baru saja menyelesaikan ‘curhatan’nya dengan Tuhan melalui 10 menit hening dalam sholat. Wajahnya menampakkan kelelahan.
Coba ku terka ia adalah seorang ayah dari 3 anak yang masih kecil. Yang pertama masih ada di pendidikan tingkat atas kelas 2, yang tadi pagi anak gadisnya yang beranjak remaja itu merengek meminta sepeda motor. Sebagai seorang bapak yang di inginkan hanya membahagiakan anaknya. Bapak itu hanya tersenyum dan menggangguk, jawaban itu seketika membuat senyuman di wajah anak gadisnya. Anak yang ke dua adalah seorang laki-laki yang beranjak remaja. Anak yang dahulu di panggulnya di bahu dan di lemparkannya diatas awan. Kini semakin sering pulang kerumah , ia sudah terlalu betah dengan ‘rumah game’ dan warnet. Mereka hanya bertemu setiap malam itupun saat sholat isya’ yang menjadi kebiasaan rutin untuk berjama’ah.
Sedangkan si kecil , gadis kecilnya ini yang membuat hatinya luruh dan tersenyum. Setiap sore saat pulang bekerja si kecil ini dengan menggemaskan berlari menyambutnya, minta digendong.
Suara riuh si kecil membuat hati se bapak ikut bersama senyumannya melupakan beban hidup. Melupaan makian bos dan melupakan kebutuhan yang semakin lama semakin mencekik dirinya sebagai penanggung jawab keluarganya.
Namun begitu tenang hatinya melihat istri , yang begitu dicintainya selalu berulaskan senyuman. Menghampiri dan mengecup punggung tangannya. Semua yang membebaninya seketika itu hilang, hanya ada rasa syukur pada Nya.
Bahwa kesempurnaan hidup bukan berasal dari apa yang kita miliki untuk bisa tertawadan berbahagia . namun makna hidup sebenarnya adlah kita bisa menjalani hari kemarin yang menghasilkan hari ini dan berpikir, bertindak dan beramal sebail mungkin untuk penantian hari depan.
Bapak itu memasrahkan segalanya pada Allah, niatnya bulat ingin menjadikan hidupnya adalah sebuah jalan ‘jihad’nya dijalannya. Dan ia yakin bahwa niat yang baik akan menghasilkan perbuatan dan hasil yang baik pula.
Tiba-tiba aku tersadar dari lamunanku. Siapa aku berani menerka kehidupan orang dan membayangkan begitu jelas apa yang menjadi problemanya.
Segera kupakai sepatu dan beranjak dari tempat itu. Di pojok masjid sebelum berbelok aku menengok ke belakang . Bapak itu sedang tersenyum. Dipangkuannya ada anak gadis yang lucu. Dan 2 orang anak lagi, laki-laki dan perembuan. Dan ada seorang perempuan lagi tengah membereskan mukenanya.
NB : the real story, di Masjid Ulul Albab.
Awal januari 2011..

No comments:

Post a Comment