Monday, March 26, 2012

Sahabat kecilku.


Aku bukan mereka.
Merekapun bukan aku.
Seperti itu ketika aku mulai buram membaca keadaan dan kemudian sejenak lari. Menyisihkan diri dari peradaban dan mengijinkan aku menerka dunia dengan caraku sendiri. Mengijinkanku tenggelam dengan diri yang sendiri dan kemudian mengambil satu waktu untuk ku dan penghambaanku yang membentuk satu cinta yang hanya bisa ku miliki ketika berdua denganNya.

Namun kini aku tak sendiri. Kadang ada sosok yang mengisi senyumanku dan mengijinkanku berbagi doa dan kenangan bersama dalam lantunan syair syair lugu. Namanya Alif.

Tingkah lucu itu membuatku jatuh cinta. Saat pertama langkahnya berlari mendekat dan memintaku untuk menggendongku. Anak kecil itu tersenyum riang setiap kali aku menengoknya di tempat ibu dan ayahnya menanti riski dari yang kuasa.
Namanya Alif. Senyumnya mengijinkanku mengisi soreku yang kadang letih dengan semangat, tak ada keletihan yang tersirat bahkan ketika itu harus ku lalui debat keras di dalam kelas.

Namanya Alif. Yang mengijinkanku bergurau dengan nama-nama ikan dan bunga. Dan sejenak dia hanya ingin aku terus menyebutkan satu bunga. Bunga di ujung poster yang bertanda miliknya. Itu bunga tulip.
Namanya Alif. Senyumnya dan pilihannya pada bunga tulip membuatku teringat pada seseorang. Yang ingin ke Belanda. Yang ingin mempertemukan penyair dan pelukis yang lama di dambanya.

Namanya Alif. Dan ketika senja beranjak petang. Dia dan aku kembali berpisah. Menginjinkan dunia kembali ke sisi yang sebenarnya. Dan aku siap menanti hidup yang di takdirkannya..

Entah itu Alif atau seseorang yang ada jauh disana..

Entah dia masih ingin ke Belanda atau tidak..

Mereka sama .. Mengesankan..

#suatu senja di sudut perantauan ~

No comments:

Post a Comment