Wednesday, March 14, 2012

BBM dan Kegalauan rakyat


Senja bersama mendung mengantarkan kami menuju kegelisahan yang sama. Kenaikan BBM bukan hanya masalah harga, namun lebih dari itu. Itu simbol ketidak adilan tersembunyi atas apa yang dimanahkan negara tentang sumbersaya alam yang secara merdeka harus mampu dinikmati rakyat dan mensejahterakan rakyat yang tersenyum di negara yang serba gemah ripah ini.

Kia kerap kali lupa pada perjumpaan ini. yang mengajak kita menjadi intelektual muda yang bukan hanya canggih di belakang meja namun juga piawai dalam membaca dunia. Namun banyak cara untuk membumikannya kembali. Termasuk ketika kita berbicara tentang rakyat. BBM sebagai sumber operasional yang mencangkup segala sisi garis kehidupan di Indonesia membuat banyak pihak yang ‘mengutuk’ kenaikannya.

Pemerintah yang berasumsi bahwa kenaikan BBM ini sebagai salah satu cara agar pemberian subsidi BBM dan listrik tepat sasaran kepada masyarakat kalangan menengah ke bawah menjadi tanda tanya besar. Pada sadarnya amanah konstitusi tentang adanya kesejahteraan untuk hajat hidup orang banyak tidak pernah membedakan miskin atau kaya. Namun hal ini menjadi berbeda ketika kita hanya berkehendak hain untuk membantu rakyat miskin secara lebih spesifik.

Ketetapan pemerintah untuk menaikan harga BBM pada tanggal 1 april mendatang tetap menjadi sebuah polemik bukan hanya dalam jangka pendek namun juga jangka panjang. Apakah sebegitu kekurangannya pemerintah kita ketika mereka yang telah banyak ;melukai’ dengan janji tak terlaksana dan permasalahan korupsi yang mereja serta banyaknya hal lain yang cenderung hanya simbolisasi ketidak adilan di negeri ini. mungkinkah pemerintah juga tega melenyapkan satu satunya hal rakyat yang begitu dekat dan tak ingin di lepaskan.

Bukan hanya sekedar BBM karena nantinya akan berdampak secara keseluruhan. Maka kita pun harus melihat Indonesia secara utuh pula. Bagaimana sebagai suatu negara kesatuan yang utuh membutuhkan lebih banyak hal yang harus di pertimbangkan. Berbagai potensi yang belum tersentuh atau belum di maksimalkan tidakkah ada minat pemerintah kita sedikit melihat dengan peka dan keadaan yang jelas tentang kebanggaan dan kesempatan Indonesia yang kaya ini.

Lambang cinta negara pada rakyatnya yang terakhir ini bukan hanya sekedar simbolisasi keberpihakana rakyat masih di sisi rakyatnya. Namun lebih dari ini merupakan sebuah perwujudan janji untuk tidak membebani rakyat yang sudah sulit menjadi semakin menjerit. (arma-unnes)

No comments:

Post a Comment