Saturday, December 17, 2011

KETAKUTAN DAN KEKALUTAN

Sepert biasa, ketakutanku terbukti benar. Dan seperti biasa juga, aku hanya berada di sudut ruangan melihat mereka ber eforia dengan kemenangan kemeriahan yang mereka katakan ‘demokrasi’. Demokrasi apanya? Saat mahasiswa itu hanya begitu saja memilih. Atau seketika semua berjalan lancar. Sangat lancar hingga mati rasa ketika tak ada hal yang membuat segalanya berwarna.

Ingin sebentar melibatkan hal lain dibalik yang ku bayangkan. Menyelinap diantara kepingan hari yang kunanti atau ku balikan segera. Sedemikian kesibukan kosong ini membuatku kembali terkapar untuk kesekian kalinya.

Kali ini ibu tak tega, kedatangannya dengan semburat kegelisahan itu membuatku tak enak hati untuk sekedar berkata ingin menyerah. Obat-obat itu kini jadi teman setia yang menyakitkan setiap kedekatannya.
Namun apa yang ku punya untuk menolak. Penolakanku hanya berakhir di rumah sakit. Bah.. tak lagi mau aku bertemu dokter GJ itu.

Dan mau tak mau obat itu kini mengikutiku bagaipenjara yang menjauhkanku dengan temanku yang lainnya. Tak boleh ada rujak. Tak boleh ada ice cream . tak boleh ini. tak boleh itu.. stop..kapan cukup aku memantau diri dengan kekangan tak terlihat seperti ini????

No comments:

Post a Comment