Monday, June 4, 2012

Seruni

Seorang perempuan tengah duduk di tepi bukit dengan sebuah buku di tangannya. tak lupa dengan headset di telinga dan senyuman yang kerap kali harus di lakukannya walaupun iya tak ingin tersenyum. Namun kali ini ada yang berbeda. Matanya terpejam menikmati setiap hembusan angin yang mengiringi serpihan kenangan yang menempati arah berbeda dari hidupnya. Seakan ingin menyandingkan kemarin hari ini dan esok hari, perempuan itu tak ingin menodai keheningan ini dengan siluet kekhawatiran masa depan.



 Dalam sekejap hidupnya seakan berhenti. Lantunan syair mimpi dan ketakwaan bersanding dalam alam. Menyatukan keanggunan dan pengertian sebuah doa yang penuh melodi tak terbantahkan. Masa lalu yang indah.

Pertemuan yang manis di sudut kampus serta pemahaman yang di temukan serta banyak mimpi yang tertuliskan di dinding kamar. Semua itu di hapusnya satu per satu untuk tujuan mulia. LILLAH.

 Dia lupa ada yang lebih berhak atasnya. Ada yang lebih tau mana yang terbaik untuk dirinya bukan yang dia inginkan untuk di capainya . namun takdir indah yang harus di syukurinya. Kini menemukan dan memahami menjadi banyak hal yang perlu di sadarinya.

Sekiranya harus dia melepaskan satu hal penting dalam hidup yang tak mungkin dapat di belinya. Namun apakah itu menjadi soal saat dia menemukan hal lain yang lebih indah. TakdirNya tak akan pernah salah. bingkisanNya tak akan pernah tertukar. Dan ketika dia membuka mata.

Perempuan itu tau ada orang lain di sampingnya. Tengah memandang perempuan itu dengan sejuta kesan yang tersirat. Memandang seseorang yang di temuinya beberapa tahun yang lalu. Yang harus di pendamnya sejuta gejolak yang hampir saja padam karena sikap tak bersahaja dan cuek yang di dapatkannya dari perempuan itu.

 Seseorang yang ada di samping perempuan itu tersenyum. Di hadiahkannya bukan hanya sekedar cinta namun juga keiklasan untuk selalu menjadi mata untuk melihat perempuan itu memejamkan mata, tangan untuk menggengam tangan perempuan itu dan kaki untuk melangkah kemanapun perginya.

 Dan perempuan itu tersenyum. Senyumnya mengembang bersamaan dengan ketukan tepat di dahinya.

Dan orang yang sedar tadi menggerutu itu kemudian memangginya hangat.

 “seruni..”

 Perempuan itu membuka matanya.

Dan di dapatinya seseorang tengah berada di depannya sebari kemudian mengambil tangannya.

 “seruni.. ayo pulang.. ada yang mau abang ceritakan tentang kehidupan”

 Perempuan itu tersenyum. seraya tangannya kemudian memutar arah duduknya dan membuka sebuah alat yang ada di belah kanannya. Bukan hape bukan pula tas atau semacamnya. Namun kunci berharga yang menghentikan langkahnya.

 Kunci kursi roda. (arma unnes)

No comments:

Post a Comment