Monday, June 18, 2012

bertahan atau tenggelam


“apakah ini sudah rumah?”
Begitulah sesekali aku harus bergumam sendiri di sudut kecil dari tempat kumpulnya mahasiswa. Bagaimana ada berbagai pikiran yang berkecamuk yang tak lain adalah soal kami. Kami? Atau aku saja ya? Namun sekali lagi dan sekali lagi. Apa yang sudah aku lakukan? Apa yang sudah aku persembahkan untuk punya ruang untuk menilai? Bagaimana aku dapat menilai sebuah rumah ketika tinggal disana atau lebih jauh apa yang sudah aku berikan untuk mewarnainya?
Itulah yang sekian lama kian menghinggapi dalam pikiranku. Banyak hal yang butuh terbaikan yang mendalam ke akarnya. Namun sampai saat ini hanya sampai dalam taham analisis. Untuk lembaga kemahasiswaan yang baru di bentuk. Ini bukan hal yang baru untuk kami. Lebih banyak ruang yang sebenarnya dapat kami jamah. Bahkan terkadang aku harus gerak tersendiri.
Ada punya banyak pengelolaan pemikiran yang terkondisikan dengan hal yang mememang sudang mengondisikan dari awal. Mungkin inikan kenapa sulit melakukan gerakan. Semakin banyak yang dulunya ikut andil dalam pembentukannya, maka akan banyak tendensi yang berkecamuk di dalamnya.
Ketika sore ini mulai menempuh jam yang beranjak senja. Dan kemudian langkah awal baru kami lalui untuk keinginan perbaikan yang lebih baik. Maka seharusnya banyak yang akan kami lakukan di hari kedepan. Mulai dari adanya mahasiswa baru yang membutuhkan banyak advokasi sampai banyaknya komplain terkait beasiswa.
Menjelang senja ini aku kembali terdiam. Di samping gurau canda kawan kawan ada yang terlintas sedikit ketika kita memang harus membawa ruang cukup lebar untuk perbedaan maka kita harus memeberikan ruang besar pula untuk kesabaran dan toleransi. Namun keduanya punya batas untuk kembali di tata dalam aturan dan pola realita yang harus dan seharusnya di lakukan. Bukan hanya sekedar pemakluman. (arma-unnes)  

No comments:

Post a Comment