Sunday, April 6, 2025

Hanya agar, kau tetap bisa menjadikannya obat kesukaanku


Hanya agar, kau tetap bisa menjadikannya obat kesukaanku—aku menuliskannya pelan-pelan, seperti membalut luka yang sudah tak berdarah, tapi masih terasa perih saat disentuh. Ada hal-hal yang tak pernah bisa benar-benar diucapkan, bahkan dengan bahasa yang paling lembut sekalipun. Karena begitu diucapkan, mereka kehilangan makna, seperti kehilangan rasa asli dari sesuatu yang terlalu lama disimpan dalam botol tertutup. Jadi aku menyimpannya, bukan karena ingin, tapi karena tak ada cara lain yang lebih layak untuk menjaga semuanya tetap utuh.

Aku masih ingat sore itu, ketika hujan turun sebentar lalu reda tanpa peringatan, dan kau bilang bahwa bau tanah setelah hujan selalu mengingatkanmu pada rumah. Padahal, aku ingin sekali bilang bahwa kamu adalah rumahnya itu sendiri—tapi lidahku seperti tertambat, dan aku hanya tersenyum. Ada banyak sekali momen seperti itu. Diam-diam kita saling menyampaikan lewat hal-hal kecil: memilih bangku yang sama di taman, mengingatkan untuk membawa payung, atau sekadar menatap lebih lama dari yang seharusnya. Semuanya begitu sederhana, tapi justru karena kesederhanaannya, mereka menjadi abadi.

Kini semua itu tinggal memori. Tapi bukan memori yang lapuk, melainkan yang menggantung di dada seperti lampu kecil yang terus menyala. Kadang aku pikir, kenapa sesuatu yang tak pernah benar-benar kita miliki bisa meninggalkan bekas sedalam ini? Mungkin karena kita tidak membiarkannya tumbuh dengan liar, tapi justru merawatnya diam-diam, seperti menyirami bunga di dalam hati tanpa pernah memetiknya. Itu yang membuatnya sulit dilupakan—karena kita tidak pernah benar-benar selesai.

Ada kalanya aku berharap bisa kembali ke waktu itu, bukan untuk mengubah apa pun, tapi hanya untuk duduk sedikit lebih lama bersamamu di sudut itu. Menyerap semua tanpa tergesa, tanpa rasa takut akan akhir yang diam-diam menunggu. Tapi waktu tak pernah memberi kesempatan kedua untuk hal-hal yang terlalu tenang, terlalu sunyi. Ia hanya membiarkan kita menua bersama kenangan yang tak sempat diberi nama, dan menjadikannya cerita yang hanya kita yang tahu ujungnya.

Jadi, jika suatu hari kamu merasa kehilangan sesuatu tapi tak tahu apa, mungkin itu adalah potongan kecil dari kita yang pernah ada—tersembunyi dalam senyumanmu, atau mungkin dalam obat kesukaanmu itu. Dan aku? Aku akan tetap menyimpannya, bukan sebagai beban, tapi sebagai bukti bahwa pernah ada rasa yang terlalu besar untuk diucapkan, dan terlalu dalam untuk dilupakan.

No comments:

Post a Comment

bispar ^_^

ini awal..  dan ada kabar baik lagi di waktu yang akan datang pasti balik kesini lagi..  dengan cerita yang lebih menarik..  ^_^   yeayyy ~