Kecanggihan teknologi, khususnya Artificial Intelligence (AI), telah memberikan banyak kemudahan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan. AI mampu memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan dengan cepat, efisien, dan akurat. Namun, sejauh apa pun perkembangan teknologi, AI tidak akan pernah bisa menggantikan peran seorang guru secara utuh.
Pertama, AI hanyalah alat bantu, bukan pengganti. Meskipun AI bisa menjelaskan materi pelajaran, ia tidak memiliki kemampuan untuk membimbing secara emosional, memotivasi, atau memahami kondisi psikologis peserta didik seperti yang dilakukan guru. Guru bukan hanya penyampai materi, tapi juga pembimbing, pendamping, dan penginspirasi.
Kedua, sekolah bukan sekadar tempat belajar teori, melainkan ruang penting untuk bersosialisasi, belajar berinteraksi, bekerja sama, dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan. AI tidak bisa menghadirkan nuansa kebersamaan, konflik sosial yang membentuk karakter, maupun suasana belajar yang menyenangkan seperti yang terjadi di lingkungan sekolah.
Ketiga, fungsi pemberdayaan guru tidak tergantikan. Guru melayani siswa secara nyata, memberikan perhatian individual, menyesuaikan pendekatan dengan karakter siswa, serta berperan aktif dalam menumbuhkan nilai, sikap, dan budi pekerti. Semua itu membutuhkan hati, empati, dan intuisi manusia—hal yang tidak dimiliki oleh mesin.
Oleh karena itu, AI sebaiknya diposisikan sebagai mitra guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, bukan sebagai pengganti. Guru tetap menjadi sosok utama dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk generasi yang berkarakter.

No comments:
Post a Comment