Tuesday, September 4, 2012

Catatan 2 : Nuansa Tanpa Kata


Syair itu membentuk untaian kalimat indah yang menjelma dalam sebuah keiklasan yang tak terbentuk oleh nada. Satu tersatu angan menjelma dalam angin dan kesejukan. Namun sejenak kemudian aku tau. Seutuhnya ada nada yang ku temui dari langit.
Aku merindukan seseorang yang namanya terbingkai dalam nada. Aku merindukan seseorang yang hatinya terkait dengan sunyi. Aku merindukan seseorang yang matanya tertunduk menatap buku. Aku merindukan seseorang yang rimbun rindang matanya menjadikanku teduh dalam pandang. Aku merindukan seseorang yang tak tergantikan itu mendekatiku dan mengajakku bicara. Aku merindukan seseorang yang walau dalam tundukan mengijinkanku untuk mengertinya. Aku merindukan seseorang yang tak ku ketahui hatinya namun menyampaikannya walau tanpa kata. Aku merindukan seseorang namun tak tau siapa dirinya.
Tanpa memandangku. Tanpa isyarat. Tanpa kata. Hanya sebuah hampa yang terdiri dari kita. Tak ada yang ku mau. Bahkan untuk saat ini. diam begini begitu ku nikmati. Diam ini begitu indah rasanya.keheningan ini anugrah terindah. Dan ku rasa tak ada yang lain. Selagi ini. hanya kau cukup disana dan aku disini. Aku sudah bahagia. 

No comments:

Post a Comment