Sunday, February 13, 2011

Who am i ??


kadang aku begitu menyukai saat-saat duduk didalam bis, bahkan terkadang pula merindukannya. Banyak hal yang terpikir disitu. Apa benar kita masih berada pada satu kategori tertentu yang menyebabkan kita seperti halnya orang yang ada didalam bis. Ya.. duduk diam pada suatu kendaraan yang akan mengantarkan kita pada suatu tempat. Dan berbeda hal nya dengan yang lain yang memilih memiliki kendaraan sendiri tanpa disupiri orang lain. Hal ini sesungguhnya nampak mengesankan ,seakan hidup bisa dilihat dari berbagai sudut pandang yang terjadi di antara kita. Hal yang sepele dan dianggap tidak bermakna. Sesungguhnya memiliki proses yang jelas, dimana hal yang positif itu dipenuhi sengan kebaikan dan negatif itu jahat. Seperti itu pula dunia,iya bukan?.

Hal yang lebih lanjut dianalisa dengan berada di bis adalah pemandangan yang ada diluar jendela. Aku lebih siap untuk menikmatinya sendirian. Saat melihat hamparan sawah dan rerumputan. Serta berbagai lukisan alam yang membuatku terpesona hingga berbisik “Subhanallah..” . sungguh luar biasa ciptaan Ilahi.

Karena di bis, aku belajar banyak hal. Melihat karakter orang dengan berbagai sudut pandang. Seperti itu pula cerita yang sering aku lihat dan dengar, perbincangan dengan banyak orang yang berbeda membuatku belajar menganalisis masalah dengan lebih bijak. Wejangan ibu dan bapak serta nasehat kongkret dari eyang dan keluarga lainnya , sesunguhnya membuah aku sadar bahwa aku berbeda. Seandainya bisa dilukiskan aku adalah seorang anak yang begitu dinanti 2 keluarga. Bukan hal yang buruk namun juga tidak sepenuhnya membahagiakan. Ada tanggung jawab tersendiri ketika harus menjadi yang Ter- saat dijadikan contoh serta hasus rela sedikit bergurat tak nyaman saat dibandingkan dengan yang lain.

Ada banyak hal yang membuat aku percaya bahwa suatu hari akan ada hal yang indah di cerita hidupku. Paling tidak hal itu yang membuatku bisa bertahan hingga kini. Masih teringat jelas saat dulu aku begitu dimusuhi oleh teman-temanku. Entah mengapa, aku sedikit di kucilkan. Mungkin karena aku jarang bermain dengan mereka. Atau mereka menyadari bahwa aku berbeda?

Dari kecil hingga Sekolah Dasar (SD) aku tinggal dengan eyang dan bulek” ku. Hal itu yang membuatku sedikit berbeda pula. Aku yang sepulang sekolah harus sendirian dengan eyang kakung. Pulang dari sekolah dengan jalan kaki dan harus disebrangkan oleh tukang becak saat melewati jalan raya. Serta ikut eyang kakung mancing sambil bermain air hingga pulang dengan baju terkena tanah. Segalanya masih tergambar jelas, bahkan ketika aku harus berada di tepi jendela dengan segelas susu coklat dan baju hangat di pinggir jendela sedangkan mataku tak lepas dari gelak tawa beberapa teman sebaya yang asik bermain hujan-hujanan. Mana boleh aku ikut bergegas bersama mereka ditengah badan rapuh dan gampang sakit ini.

Secara tak langsung hidupku seperti memiliki batas jendela dengan kehidupan diluar. Makanya aku begitu menikmati rintik hujan di kala sedang berada di pinggir jendela. Apalagi ketika berada di rumah sakit. Saat aku ditinggal oleh keluarga karena harus bekerja dan yang lainnya harus melanjutkan hidup dengan waktunya. Aku hanya sendirian bermain hujan dipinggir jendela dengan infus di kaki gara” aku meronta tak mau kembali berada di rumah sakit. Seakan seperti narapidana. Kakiku diberi sanggahan utntuk tidak berberak bebas karena ada infus di sana.

Disana aku menikmati kesendirian. Disana aku mulai berfikir tentang banyak hal. Tentang mengapa ayah dan ibu tidak membawaku bersama mereka? Mengapa aku tinggal bersama eyang? Mengapa aku setiap bulan harus berada di rumah sakit karena berbagai alasan? Dan sejak itu aku berteman dengan hujan, serta memutuskan biarkan waktu yang menyelesaikan semua permasalahan. Dan aku kembali terbaring karena pengaruh obat.

Dan banyak hal yang bisa aku bagi disini. Kehidupanku adalah siluet hidup yang memiliki berjuta cerita yang terukir indah dalam kenangan dan kisah yang menyenangkan, sedih, gundah dan tak menentu. Begitu pula tentang banyak cerita yang tak sadar telah ikut mewarnai hidupku. Tentang kehidupan orang-orang disekitarku yang memiliki banyak makna. Sungguh syukurku tak pernah habis metika memiliki banyak orang yang menyayangiku.

Dan hidup memiliki masa, Sekolah Menengah Pertama adalah titik tolak dimana aku belajar banyak hal yang berbeda. Ketika aku kembali ke pelukan kedua orang tuaku. Ketika aku kembali tinggal bersama ayah , ibu dan adik kecilku , Bima Ardianza.

Dan sebenarnya hidup memiliki banyak cara membuat kita belajar sesuatu . karena aku menikmati alam dan kesendirian. Entah kapan singgahlah ke Magelang, lebih tepatnya coba singgah di kota tercintaku ini. Hidup aroma kesejukan dipagi hari dan coba rasakan sentuhan embun saat matahari masih malu-malu berada dibalik cakrawala.nikmati segelas teh hangat menyambut padi yang mulai menguning, kehidupan dimulai saat ayam mulai berkokok dan memberi tanpa agar segera bergegas ke mushola dan masjid setempat.

Namun di sudut kota ini aku memiliki sebuah cerita yang tak akan tergantikan. Coba tinggal sejenak di rumahku. Akan ku bawa dirimu berkeliling, melintasi rimbunan pinus dan bersanding dengan kebun tebu yang selalu siap menjadi tempat keisengan anak” saat jalan-jalan pagi. Akan ku bawa dirimu melintasi jalan panjang yang dihiasi dengan dedaunan kering yang sesekali disapu angin dengan lembut dan mengantarkan buah-buah kering cemara dan bunga kekuningannya bertaburan.

Dan coba rasakan hujan yang turun disana. Dengar gemericik suaranya yang terkadang ditelan hembusan angin dingin yang mengantarkan senyuman untuk kembali dan tak henti bersyukur pada Allah.

Dan faktanya itulah yang aku nik mati selama 6 tahun di SMP dan SMA.. bersekolah si kawasan akmil. Membuatku betah jalan kaki dari sekolah hingga ke rumah. Dan saat itu hidup memperkenalkanku lebih jauh pada buku. Sebagai pelengkap kesendirian yang menemaniku melewati tikungan demi tikungan jalan yang bertujuan untuk mencari sepercik ilmu disana.

Dan di jalan itu pula aku mengenal banyak teman yang silih berganti datang dan pergi di kehidupan. Mengenal banyak hati yang jatuh hati hingga berurai air mata karena putus cinta, sedangkan aku hanya menjadi penasehat ahli, sebagai penonton dan sebagai penikmat sandiwara kehidupan realita remaja yang terkadang membingungkan. Seakan alam ingin mengantarkanku hanya untuk yang terakhir nanti.

Namun hidup bukan hanya kesendirian, tawa dan canda datang jua padaku. Saat kami saling beradu cerita di kamar teman dan tertawa terbahak menonton film komedi di rumah teman sampai berkeliling kota mencari kaset senam karena esok hari ada ujian senam.

Yang tak kalah penting , mulai dari Sd aku memang tidak pernah lepas dari kesibukan dibangku sekolah. SD aku sudah terlibat aktif sebagai salah satu staff ahli di karawitan, kadang jadi sinden atau jadi pemain gameran serta juga tim cekikikan di sudut ruangan mengomentari guru dan permainan teman-teman.selain karawitan aku juga sudah mengenal komputer dan ikut andil di beberapa pembantu lap komputer, tak lupa aku adalah seorang yang menggemari pramuka. Walau akhirnya harus kandas di bangku kelas 2 SMA.

SMP sejujurnya juga titik tolakku mengenal dunia lebih luas, kehidupanku bukan hanya soal buku, sekolah dan rumah namun lebih jauh aku mengenal teman dan sedikit kebebasan. Menjadi seorang pemain Blira inti di Drum Band sekolah adalah caraku menjadi seseorang yang lebih dari yang dulu.mengenal seni lebih jauh dan alunan suara serta harmonisasi gerakan. Selain itu ada 2 kegiatan yang juga menguras waktuku, pramuka dan basket. Keduanya sama pentingnya sehingga aku harus rela menolak tawaran menjadi OSIS. dan tak jauh dari segalanya aku lebih memperdalam buku, lebih sering begadang dan bermain keyboard dan pergi ke perpustakaan.

SMA adalah saat yang indah menurutku. Hal yang mendebarkan dan sekaligus penyambung bakat yang tak akan aku lupakan. Saat aku diterima menjadi salah satu anggota Teater Kurusetra. Dimana diajarkan banyak hal tentang akting dan pendalaman karakter. Hal yang lebih berbeda dan menengangkan dari sekedar bermusik dan yang lain. Rasanya lengkap saat memilih menjadi salah satu anggota PMR di sekolah . hal itu persis menjadi salah satu alasan mengapa aku tak melanjutkan pramuka. Banyak hal namun basket tetap jalan walau aku tak ikut serta di kegiatannya.

Menarik saat SMA ya teater.. tak akan pernah ada yang tahu debar hati saat harus berada diatas panggung, lampu yang menyorot dan make up panggung yang serba tak jelas.musik yang mengalum membangkitkan suasana dan perasaan yang ingin dibangun. Dan teater pula yang membuatku menginjakkan kaki ke Institut Seni Indonesia di Yokyakarta. Sebagai seorang pemain dan sutradara.

Ada banyak hal yang tak bisa diungkapkan saat kita berhasil memerankan sebuah peran diatas panggung namun lebih menyenangkan saat menjadi orang yang secara tidak langsung menjadi tim suksesnya yang memiliki peran pula di sana. Dan seorang sutradara faktanya bukan hanya pengatur gerakan. Namun juga harus bisa memperdalam emosi bahakan bukan hanya satu karakter sebagai pemain tapi semua peran dan itu begitu mengesankan.

Rasanya belum lama melihat luas panggung disana dan meraskan debar tak menentu. Rasanya belum bisa terbayangkan menjadi sutradara dari penampilan teater terbaik ke 2 se jateng- diy. Dan belum lama kami semua harus begadang untuk mendapatkan setting yang sempurna dan rela langsung tampil hanya berselang sehari setelah study banding ke Bali.

SMA pula yang mengantarkan banyak tawa padaku, teman dan sahabat ke hariku sebagai melebur gundah saat ujian sekolah didepan mata.dan hujan menjadi pengambil peran saat kami sekelas di sidang di ruang BK karena hujan” nan selepas try out terakhir dan kami masih terbahak di luar kelas ketika satu persatu dari kami saling menerka masa depan dan guyonan khas ABG tentang ejekan dan saling suka dan komentar ringan tentang kakak kelas yang sedikit lebih lumayan dari yang lainnya.

No comments:

Post a Comment