Thursday, December 2, 2010

Sekolah Kader Bangsa (SKB) **



Ketika banyak orang mengakui keberadaan kita,bagaimana seharusnya kita menyikapinya?
Hal ini mengusikku akhir-akhir ini. Apalagi ketika berulang kali mbak dan mas anak” merbabu tak bosan mengingatkan kami (skb) dilarang keras untuk bersikap berbeda dari anak lain (red: sombong dan angkuh) dan bangga akan gelar ‘skb’ yang sejogjanya malah memberikan tauladan yang baik serta dapat inkut berbaur dam membawa perubahan. Namun faktanya?
Agak tak enak di dengar. Ketika hal itu kembali mengudara di sekitar pendengaranku. Kami (anak fe) sepertinya cukup berbaur. Ya hanya memang pada satu waktu ku akui, kami banyak membuat komunitas sendiri di area joglo,namun apa itu salah?
Banyak yang aku dapatkan dari keikut sertaanku di SKB yang ingin aku bagikan ke anak” lain. Namun setelah mendengar banyak obrolan miring, kini mulai enggan terlalu menyebutkan SKB di forum diskusi dengan anak”. Mengapa kami dianggap ‘pamer’? mengapa kami dianggap ‘sok’? apa yang salah jika kami sedikit bangga?
Aku ingat ketika obrolan di forum terbuka bersama ambar,nicky,galang,bekti dan lintang di ‘warung bu isah’ bulan lalu..bahwa teman” mulai bersikap berbeda setelah tau tentang adanya SEKOLAH KADER BANGSA (SKB).
Jelas, mendengai itu aku malah mengangggap sebagai hal yang aneh. Karena pada dasarnya setiap anak yang kuliah du UNNES pada tahun ajaran 2010 punya kesempatan yang sama dengan kami. Hanya hal yang membedakan adalah kami mengambil kesempatan itu dan mereka tidak. Apa itu sebuah kesalahan?
Hal yang lebih miris lagi ketika kami harus menerima semacam penerimaan anggota baru. Pada kloter dua yang begitu di banggakan oleh kepala sekolah kami sebagai mahasiswa yang terpilih. Dan itu agaknya menjadikan kami sedikit merasa di bedakan?
Ternyata memang benar. Sebuah organisasi atau lebih tepatnya keompok orang yang punya tujuan dan orientasi yang sama menjadi lebih baik itu tak selalu memiliki jalan yang lurus dan dapat di tempuh dengan mudah.
Ini baru sebagian kecil dari intrik kehidupan. Belum lagi masalah intern panitia dan masalah antar pribadi di dalamnya. Tak ubahwa seorang ali arto yang bertanya “apakan kita benar-benar keluarga?”
Apakah sebutan itu masih bisa kita junjung selagi banyak masalah belum kita selesaikan? Ketika diantara kita masih belum saling mengenal semuanya? Ketika berbagai permasalahan tak jua terselesaikan?
Perenungan harus kita lakukan. Masih ada 3 minggu sebelum pengukuhan dilaksanakan. Sekali lagi kita pastikan apa kita seorang ‘rajawali’ yang akan mengembangkan sayap dan jadi pemimpin di komunitas kita?
Apa kita pantas bergelar SKB?

No comments:

Post a Comment