Thursday, October 18, 2012

Lebih Tinggi ?


"mbak arm, nggak kebayang deh seberapa tinggi suami mbak nanti kalo mbak masih suka banget pakek high heel" tanya salah seorang adik kos
" yang pasti harus lebih tinggi ilmunya" jawabku santai kemudian beranjak meninggalkan ruang tamu kos-kosan.

Wednesday, October 17, 2012

IDEAL - Is - Me ??


IDEALISME Nampak begitu renyah untuk di nikmati. Satu dua kali seperti mereka yang sudah mengenak dengan kata yang di sebuah ‘gerakan’. Mereka yang mulai santun berbisik tentang persuasif a la cloning yang Nampak begitu segar untuk di tawarkan kepada mereka yang buta pada keadaan. Menghasut dan memberikan sepucuk harapan akan sebuah keinginan. Sebuah ruang baru untuk di tempat segera di tinggali. Karena kalo tidak, maka bersiaplah untuk sendirian menjalani hari. Berteman pandangan sinis dan gunjingan di kanan kiri.
Apalagi  di posisi mahasiswa. Begitu nikmatnya para MLM yang terus bekerja dengan siklusnya. Walau satu dua tak akan mengakui. Namun apakah itu sama dengan tidak menyadari? Hanya saja orang yang polos seperti anak-anak yang baru lahir dari dunia keluarga dan lingkungan di posisinya, ketika di kenalkan dengan harapan ya pasti ikut.
Saat kita kembali untuk menempatkan kehidupan ini dengan sebuah analisis yang lebih tangkas. Maka mari berpikir lebih jernih untuk menyadarkan hati. Idealisme abadi itu hanya bisa di kembangkan dalam hati mereka yang tangguh. Dan faktanya yang tangguh tak setiap orang memilikinya. Tak setiap diri mampu mengelola kehidupan sesuai dengan idealisme yang di milikinya.
Dan yang tergadai pastilah lebih banyak. Idealisme itu bicara tentang bagaimana tangguhnya seseorang. Apakah itu jadi ukuran real seseorang. Menurut saya tidak? Karena tak sedikit pula yang rela untuk mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk tetap pada idealismenya dan mati syahid dengan kejutan syurga yang faktanya jadi tujuan linier bagi manusia yang sudah terpikir mati akhirnya.
Tak mampu untuk jadi yang terbaik adalah alasan yang lebih kurang tentang kenyataan bahwa keadaan  kadang melumpuhkan segalanya. Idealism, keinginan, harapan bahkan setiap diri sudah tumbang dulu oleh keadaan. Dan apa itu salah? Jawabannya bukan pada saya atau anda. Jawabannya hanya pada setiap pembaca. Coba tanyakan pada diri anda. Apakah anda hidup dengan atau tanpa idealisme anda? Atau jangan jangan malah tak punya idealisme?

Bakat ngelawak a la politisi

Hanya tak habis piker pada mereka yang ‘di atas’. Begitu masih enggan terbuka padahal sudah di ujung tanduk. Menangis tersedu di persidangan sampai berpakaian modis saat di tetapkan jadi tersangka. Nampaknya dunia mulai di penuhi dengan lawakan lawakan a la ‘politisi tinggian’ yang memang kehilangan urat malunya sudah terlampau lama. Dan masyarakat sudah terlanjut dongkol lagi ‘bete banget’ untuk memikirkan mereka.

Tak usai masalah yang satu malah berlanjut ke masalah yang lain. Tak hanya satu dua masalah yang hanya tinggal sebu dan wacana kosong sudah terlewati. Tanpa ketok palu yang terdengar apalagi sangsi kongkret pada yang bersangkutan. Politisi bukan orang yang bodoh , kebanyakan S2 hingga S3 .. wahh.. itu sudah lebih dari cukup untuk sekedar ‘mengelingkan mata’ untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan dirinya. Bukan lagi mereka yang masih berada pada pusara kekuasaan yang baku di ‘atas’.

Sementara rakyat berada pada posisi sama untuk mengencangkan ikat pinggang .Sekian kali mengganti rupa agar tak malu berganti posisi ‘jabatan’ di jalanan. Mereka yang ada di ‘atas’ lebih suka duduk tertidur di kursi empuk ber ac dan di depan mereka terdapat snak yang harganya ratusan ribu.

Genap sudah semua ketika rakyat sudah makin tak perduli. Sama halnya dengan sikap dan keengganan untuk mengerti tentang ‘penyambung kasih’-nya di ‘atas’. Hanya sedikit banyak lebih memilih untuk terlibat dengan rutinitas mengambil satu dua alibi untuk mendapatkan sesuap nasi. Melanjutkan hidup dengan segala mimpi dan harapan yang ada.

Kadang terpikir, apa hokum sudah terlalu tumpul untuk menikam mereka yang tak memiliki hati mencekik rakyat secara perlahan. Atau hokum terlalu banyak bolong karenanya ikan ikan penjahat rakyat itu dengan bebasnya lepas dari jeratan. Dan kadang terpikir apa ini memang siklus kehidupan. Dan hukum rimba layak untuk di tegakkan??


Jalan Ini... :)


Jalan ini tak pernah mengijinkan siapapun yang telah masuk di dalamnya untuk terkurung dan tetap tinggal. Walaupun sejuta alasan untuk tetap disini terasa begitu indah untuk di lantunkan dalam nyata dan fakta yang ada. Walau terkesan mengada-ada dan terlampau jauh. namun sejatinya jalan ini memberikan paling tidak satu atau dua kemungkinan yang tak akan pernah di tinggalkan untuk mereka yang telah menapaki tangga cinta dan enggan untuk menduakanNya.
Dan kali ini aku tengah di uji mungkin. Sejatinya ujian adalah agar kita naik tingkat bukan? Dan mungkin ini semua adalah salah satunya. Mengapa begitu terasa berat untuk tetap bertahan diam ketika yang lain mulai berbicara dengan lantang. Aku bukan mereka yang siap mengerkam kalian yang sesungguhnya sikap itu tak mampu ku diamkan. Namun apa yang ku lakukan adalah satu. Mungkin alasan ini pula yang di pilih banyak senior untuk membiarkan kalian mengerti arti menemukan. Diam dan sejenak melihat dari kejauhan.
Terkesan tak perduli dan acuh tak membuatku tumpul hati untuk mengenali setiap langkah dan gerik kalian. Aku yang nampak tak berkutat dengan keadaan bukannya ingin meninggalkan peradaban. Hanya sedang sedemikian muak dengan sikap lugu yang sejatinya hanyalah sebuah simbol pencitraan semata. Pintar bersiasat malah di salah gunakan untuk bukan hanya kepentingan sendiri tapi itu namanya sudah memanfaatkan orang lain. Dan apa aku menganggap itu salah? Tidak juga . aku tahu. Karena itu membuat kalian hidup. Makanya aku tetap diam.
Sialnya aku hanya bisa mengigau dalam sebuah cerita dan sepenggal lirik lagu yang ku sendangkan sendirian. Karena walaupun aku berteriak di depan muka kalian itupun tak akan kalian anggapp sebagai pencerahan. Yang ada bukan mukaku makin tenang karena melepaskan amarah. Tapi makin menjadi karena wajah lugu yang sok suci dengan sepenggal intuisi tanpa balas budi.
Memejamkan mata dan bersujud adalah langkah yang tepat menurutku saat ini. menyimpulkan bahwa kalian tak ubahnya tetap seorang manusia dengan hati yang masih tetap dimilikiNya. Mengapa aku tak meminta Pemilik Alam untuk mengejakan arti alasan untuk kalian kembali ke jalan yang benar. Atau menginginkan kalian menjadi jinak dan tak berbekas. Walau sulit namun bukan sebuah kemustahilan.

Wednesday, October 3, 2012

senyumanku


depan rumah yang begitu mempesona..
tak akan terganti deh :)


lebaran adalah saat yang di tunggu..
roti lebaran buatan ibu..
bukubaru.
senyuman..
tamuu..


yang asik saat lebaran tiba...
segalanya tak akan pernah terulang..


senyuman idul fitri..


tamu kecilku..
adek adek yang special dateng dan bawain buah..
so sweet bisa sebulan di masjid kecil bersama mereka..
senyuman dan kenangan tak akan terlupakan..

Slow Motion


Serasa agak berbeda, ingin rasanya kembali dimana masih menjadi orang yang tak taahu apa apa. Bercanda.. seorang arma begitumenikmati hari demi hari kok. Ritmenya selalu mengesankan untuk di ceritakan dengan ibu di akhir pekan sampai sehari hari di sms dan telepon ria.

Namun malam ini, ketika semuanya tengah di sebukkan dengan kesibukan masing-masing mulai dari tugas, tabel, nonton film, video korea sampai apapun yang mereka ceritakan di kamar paling pojok. Tak berberbeda dari mereka yang mencoba sejenak melepaskan penat atas apa yang tengah menghimpit mungkin.

Ketika ruang untuk sendirian menjadi semakin sedikit. Ketika target baca bukan hanya sekedar menurun bahkan sangat merosot tajam. Ketika langkah ke manapun jadi hendak di pertegas dan butuh alasan satu dua dan tiga. Ada hal yang mulai ku hilangkan nampaknya.

Serasa hidup ini begitu cepat. Dan seorang arma kini kangen pada gerak slow motion yang ku hampiri beberapa pekan yang lalu. Ketika jogja masih di dekat sekali. Ketika pagi di rumah dan menjadi seorang anak dan kakak di rumah.

Pagi di rumah yang mulai berisik karena penghuninya yang dinamis dan serba ada ada saja. berpikir mau masak apa dan kemana. Mau baca buku apa di perpustakaan. Mau buat apa untuk murid-muridnya ibu. Mau berbagi apa dengan adik adik di perpustakaan. Mau ngapain untuk tulisan selanjutnya. Mau moto apa ya di event berikutnya.

Ketika kegiatan, kegiatan dan kegiatan beruntut tak henti. Ada beberapa orang yang dengan seenaknya pergi dan menonaktifkan no nya. Aku mengerti sekarang. Mungkin itu yang aku lakukan nanti. Sesekali kabur dari semua ini adalah langkah agar satu yang penting. Aku tak bosan dan kehilangan cinta untuk melakukan semua ini.

Sejujurnya aku bukan boneka yang iya dan tidak se-enaknya. Oleh karena ini itu aku mengubah beberapa pemikiran bahwa apa yang ku tuju sekarang dan lebih penting utnuk memberi prioritas lebih dulu.

Semoga ada waktu untukku sendirian sebentar. Walau dalam lail-ku tak tersingkir apapun. Walau dalam lail-ku dan seluruh nafas hanya DIA pemiliknya. Namun kali ini aku benar benar inginwaktu yang lebih real dna kongkrit saja. semoga aku menemukannya. Walau entah kapan nanti.

Langit


Langit

Perbolehkan aku mengajakmu berdansa kali ini. biarkan segala macam kesakitan ini melambung dan tak bertapi. Dan biarkan aku tersenyum dan tak ingin berdiam lagi.

Langit

Sampaikan pada sipapaun yang ada di sana. bahwa ini hidupku. Takkan mereka mengerti untuk tak setiap saat mengiba padaku. Tak setiap saat meminta aku begini begitu. Dan membiarkanku sebentar saja tak terusik oleh waktu.

Langit

Takkan mereka mengerti bahwa pinta yang mereka sampaikan apa yang mereka inginkan adalah bagaimana menjadi orang yang berbeda pada satu waktu namun juga tak menjadi orang yang sama pada waktu seterusnya.

Langit

Aku Cuma ingin pulang..

Waktu


Aku pernah berbincang dengan waktu. Mungkin bukan pernah lagi. Waktu telah menjadi kawan dekatku ketika aku membutuhkan jiwa akan sebuah kelonggaran agenda maupun musuh yang siap menikam ketika aku berada pada saat terjepit akan segala macam alasan.

Saat ini aku tengah bersanding pada waktu. Melalui segala macam kehidupan yang siap atau tidak siap berada pada hari yang kumiliki dengan kehadirannya. Waktu tengah mengijinkanku berada di sampingnya dan memperbolehkanku mengeja arti sebuah awal dan akhir. Awal yang mengesankan yang tak selalu berakhir dengan gelimang bahagia maupun tetes air mata.

Aku tak akan pernah berada di sisi ini jika aku berada di posisi kemarin dan menyerah. Mengenal waktu lebih dalam adalah bagaimana memanajemannya sebaik mungkin , walau itu tak akan pernah jadi yang terbaik.

Sadar atau tidak waktu mengubahku menjadi orang yang berbeda akhir akhir ini. menjadi sosok yang siap menerkam mereka yang mencoba mengusikku dengan agenda dadakan yang serba tak tentu karena tanpa koordinasi atau malah melegalkan sebuah pertemuan rutin untuk sebuah alasan yang tak penting yang sedemikian aku lepaskan.

Waktu .. waktu .. waktu..

Jika dapat aku menjeratmu dengan tali sepatu .. maka akan ku jerat itu pada saat aku bersama kedua orang tuaku dan adik kecilku. Membiarkan kami berempat pada satu waktu di tepi pantai dan bercengkrama tentang banyak hal. mengeja masa depan bukan hanya dengan mimpi namun juga dengan kesyukuran.

Jangan jadikan aku pengecut yang mengalahkan mu dengan tipu daya waktu.. aku ingin sadar untuk mengalahkanmu hingga nanti ketika aku dapat menyadari bahwa   hari ini telah terlewati bukan hanya terlewati.namun dapat ku banggakan di akhir waktuku.

csndu untukku


Kamu bagai buku untukku
Jadi candu
Yang mencoba memahamimu
Satu demi satu
Kata demi kata

Walau setelah sadar
Kau lebih mirip tumpukan kata
Dari pada narasi

Dan entah kenapa
Kau tetap seperti buku untukku
Jadi candu..
Yang ku bawa kemanapun
Yang ku peluk
Hingga habis waktuku

Dan belum ku selesaikan
Hingga mimpi
Merenggut kesadaranku..

#kamu dan buku

Tak ada kata beruntung bagi mereka yang mati muda !!


Mati muda bukan pilihan kawan. Itu pembodohan peradaban untuk kalian yang lahir di era abad 21.


Mengenal soe hok gie dan chairil anwa adalah metode penelitian yang berbeda untukku. Mengenali mereka kewat kata yang terucap. Kesendirian yang terbenam. Dan sejuta kehampaan yang menikam kesendirian memberikan warna lain dalam berkehidupan, yang itu pula membuatku menyukai kesendirian akhir akhir ini.

Ada yang menghentikan langkahku kemarin sore ketika celetukan salah seorang senior tentang sosok gie dengan ke-atheis-san nya. Apa yang merupakan buah dari sebuah peradaban yang saat itu di laluinya. Hanya tersenyum. kenapa harus berbebat soal dia yang telah pergi dan hanya meninggalkan kita kata dan serpihan rasa lewat tulisannya yang kadang lebih mirip tumpukan kata dari pada narasi.

Mencoba kembali menapaki sajak sajak apa yang membuatnya nampak angkuh disaat itu. Mencoba mengerti setiap kata yang menikamnya dalam ketikan di sudut ruangan dan menikam hatinya yang hanya di peluk kegelisahan akan tahta manusia.

Tak ada yang benar-benar abadi. Mungkin itu yang nampak di mata mereka. Raga kan lumpuh dan luruh oleh waktu dan seiring waktu membusuk dalam tanah. Yang tak mereka tahu adalah jiwa jiwa mereka yang tetap kekal dan kelak mempertanggung jawabkan apa yang mereka lakukan.

Apa mereka salah ketika itu bila berpikir mati muda adalah solusi? Bagiku tidak.. karena itulah proses mereka mengeja kehidupan . bagaimana kita yang melintasi jaman yang sudah serba nyaman dan bergelimang kebahagiaan dan kemudahan hidup. Malah kian terjebak pada pemborosan ragawi yang sia-sia.

Namun apa mau dikata. Ini bukan soal mau atau tidak mau. Kadang tren jadi lebih mirip tuhan dari pada keimanan yang ada dalam diri. Luas apa yang di pikirkan pun hanya tertulis 140 karakter dalam jejaring sosial. Lelucon apa lagi itu.

Ketika mereka menganggap dunia mereka hanya sebatas mati muda. Maka jika saat ini kita juga berpikir seperti itu. Itu adalah sebuah pembodohan tahap lanjut yang siap menelan hidup hidup seluruh pikiran bermanfaat dan menjadi manusia berguna. Hanya saja mengerti dan mau menerima pengertian itu atau tidak.

Mati muda itu bukan pilihan kawan itu pembodohan. Karena kalian adlah generasi tingkat abad ke 21 yang siap dan lawang berkontribusi selagi kalian tahu. Lakukan perbaikan selama kalian mampu. Gunakan pengetahuna kalian. Cari bahan apa yang membuat kalian nampak begitu mempesona untuk menjadi luar biasa. Atau cari kehidupan yang lebih baik dan lebih mengerti tentang kehidupan yang kita punya. Atau lebih indah dan lebih mengesankan untuk di bagikan kepada kehidupan.

memorial


Ada yang hilang dalam diriku
Yang bersikukuh tak bertemu

Ada yang hilang dari anganku
Yang tak mau tau tentang dirimu

Ada yang berbeda pada pintaku
Yang kini tak seiklas dahulu

Ada yang berkecamuk dalam hatiku
Yang bergumam sendu penuh sembilu

Namun kemudian satu per satu menderu
Memberi celah pada rindu dan kabut taqwaku

dalam benakku...

Seutuhnya mnenyentuh langit adalah kuasamu ya Rabb..
Dan aku hanya berpaham pada satu waktuku yang tak berkepanjangan terhadap hidup dan peristiwa.
Mencoba mendalami semua dengan lebih baik. Walaupun masih sederhana.
Aku masih tak mengerti ya Rabb..
Walau ragaku melangkah
Walau nafasku berhembus..
Namun jiwaku masih sama..
Mengenali dan membaca dunia..
Takkah ada satu jawaban Mu..
Yang membuatku kembali seperti dahulu..
Walau dengan atau tanpa itu..
Cintaku tetap satu untukMu..
Namun kini..
Jawaban menggantung itu..
Berkecamuk di benakku..