Saturday, October 26, 2013

Perempuan bicara tentang cinta (part 4)

Bagai melodi yang memperkenankan setiap orang untuk menikmati ritme yang di sampaikan not-not balok itu menjadi sebuah nada yang indah. Menguraikannya dalam instrumen yang membuat orang tersadar. Bahwa deretan berjajar hitam putih dengan berbagai jeda itu bukan hanya sandingan agar tak berwarna sama. Namun ada maknanya.

Bagaikan langit yang tangguh membiru. Terbentang di atas cakrawala yang menyajikan lukisan yang maha dasyat ketika pelangi tiba. Langit yang begitu luas dan tinggi itu berbagi tempat untuk warna yang lain. Di relakannya warna-warna itu bersandar dan membingkai sebuah urutan yang setiap orang di perbolehkan untuk memberikan persepsinya masing masing. Namun ketika gerimis pergi bersama warna-warna itu. Si langit tak pernah patah. Karena tangguhnya selalu bersanding putihnya awan yang terus berdampingan dalam siang, terik hingga merona dalam senja.

Tak tahu lagi harus berkata apa. Namun hanya sebuah tanda. Ini tak berarti salah dan juga tak sepenuhnya benar. Oleh karena itu ini di sebut ikhtiar. Apapun yang di katakan mereka. Apapun yang membuat sisi manusiawi ini ragu dan gelisah. Namun keteguhan niat selalu kembali menyingkirkan semuanya. Membuatku lebih tenang. Membuat niatku lebih dan lebih tangguh.

Tak ada yang berkata ini mudah. Namun juga tak ada yang berkata ini akan menjadi sedemikian sulit. Namun bukanlah hanya pembelajar yang mengambil keputusan yang mampu mendapatkan gambaran baru tentang suatu hal. jadi mari mengambil keputusan.

Dan bukankah..
Waktu yang tepat itu bukan untuk di tunggu?
Ya?

Namun waktu yang tepat..

Itu kita putuskan.. kita yang buat.. ^_^

No comments:

Post a Comment