Thursday, September 19, 2013

Seruni (Part 11)



Perlahan aku mundur selangkah. Ada yang perih di hatiku melihat senyum itu. Seakan menggores sisi hati yang lama ku obati sendiri. Namun kali ini,perihnya makin menjadi. Hingga terasa tak merasakan apa-apa.
“baca bareng-bareng yuk” ucapnya sebari mengambil tanganku. Namun perlahan kembali ku lepaskan tangan itu.
“enggak bang, sudah .. begini saja sudah cukup” ucapku lirih.
“coba abang tanya dulu.. siapa nama orang tua abang?” tanyanya sebari mengajakku duduk.
Ingin rasanya menjawabnya seketika. Namun, tangisku mengalahkan suara yang hendak meluncur dariku.
Di bukanya amplop biru itu dan kemudian terpampang hal yang begitu terasa makin melukaiku. Hingga di bacanya pelan sebari menggenggam tanganku.

Kau adalah awal hidupku yang baru..
Senyum mu, tangismu bahkan kedipanmu adalah melodi dalam hariku..
Ku tinggalkan mimpiku terdahulu..
Senyummu adalah harapku dalam setiap do’a..
Pintaku hanya satu, kau bahagia..
Melihatmu tumbuh adalah cara Allah menjajakan bahagia dalam hariku.
Tak sepi rumah semenjak kehadiranmu..
Langkah kecil mu di tepian senja membuat keluargaku hidup..
Hingga adikmu melengkapi kebahagiaan tanpa jeda..
Walaupun harus temaram sebelum berkembang..
Bertiga harus kita arungi hidup tanpa kepala keluarga..
Peluhku berpadu dengan cita-citamu..
Dalam setiap sujud ada pinta yang tak terlepas dalam-dalam
Hidup yang kian menahun membuat kita kuat
Tempa dan cobaan membuat kita kian menjadi setegar karang..
yang begitu aku sayangi..
Jika kini kau harus memiliki cita yang lain..
Ketika mata yang selalu ku tatap tengah membaca buku dan Surat CintaNYA..
Kini mulai menatap teduh perempuan yang kini menjadi istrimu..
Inilah waktunya aku berbagi cinta dengannya..
Perempuan yang kau hadirkan dalam keluarga kita..
Yang menyapa hangat aku dengan senyumnya..
Yang memeluk adikmu dalam dekap ramahnya..
Hingga aku tahu mengapa kau memilihnya dalam setiap kekurangannya..
Putraku,,
Sekalipun tak mampu aku berkata dalam jeda waktu..
Ada hati yang tak mampu ku geluti walau dalam setiap temaram hari,.
Doa dan cinta tak akan pernah berkurang untukmu
Walaupun jauh dari mu..
Semoga Allah menjagamu dan keluarga kecilmu nanti..
Aamiin..

Rasti Awalia..
Ibu yang selalu menyanyangimu..

Seketika aku memeluknya. Bingkisan Allah untukku yang selalu ku damba dalam doa. Bagaimana bisa aku berpikir ada orang lain di hatinya. Padahal hidupnya telah bergelimang ilmu agama sedari mudanya. Di hadirkannya agama dan cinta dalam hidupku dengan Allah sebagai alasannya. Di hadirkannya sabar dalam setiap salah dan khilafku. Dan selepas itu hanya 1 kalimat yang ku ucapkan.

“maaf, bang..” 

No comments:

Post a Comment