Wednesday, April 10, 2013

Cerita akhir Pekan (Series 2)

Dan dari suara dan detak nadinya ku rasa bahagia. Tak ada satupun yang berubah dari aktivis ini. namun jika dulu sudut ruangan ia letakkan tumpukan jilbab warna-warni kini berganti dengan tumpukan popok yang tersimpan rapi. 

Nampaknya ananda kecilnya begitu di utamanya. Sehingga di singkirkannya jilbab kesayangannya yang selalu tertata rapi di tempatnya.
Perbincangan itu bergulir. 

Ketika kami mulai bicara tentang kehidupannya selepas menikah. Ibu muda ini lebih memilih di rumah. ‘apalgi yang ku inginkan ketika suami memintaku menjadi permaisurinya seutuhnya di rumah’ ungkapnya masih dengan gaya bahasa penuh sastra yang sedari dulu kami lantunkan dalam setiap pesan singkat.

Tangannya mulai kembali menarik jilbabku ke bawah. ‘kelak kau akan mengerti adikku. Tak ada yang lebih mulia bagi seorang wanita selain di muliakan oleh suami dan keluarganya’ ucapnya kemudian sambil kembali menuangkan teh ke cangkirku.

‘untuku tak ada yang sia-sia. Hidupku begitu bahagia. Melihat si kecil terbata dan mengucapkan kata yang mengejutkan. menunggu di rumah mengurus rumah dan kau tahu? Aku lebih banyak waktu untuk menulis’ ucapnya dengan sama semangatnya ketika berbincang solusi pemecahan masalah negara.

Dan senyuman kami terhenti ketika di tanyakannya satu nama yang tak ingin ku dengar. Aku tersenyum. seraya menjawab dia begitu bahagia dan tengah berjuang juga untuk hidupnya . Dan kini begitu bahagia. Dan senyumnya kembali terukir tipis. Memelukku. 

Dan berkata ‘bukankah kau juga tengah menjemput bahagia?’ ucapnya sedikit berbisik.

Aku yang tersenyum.‘ aku bukan hanya bahagia, untuk seorang perempuan , ini adalah kebahagia n yang melengkapi bahagia’ jawabku kemudian.

Dan pertemuan itu di akhiri dengan pelukan kami di depan rumahnya. Senyumnya tak henti mengartikan bahagia yang tak terungkapkan. 

‘ingat. Menikah bukan hanya sekedar menyatukan dua orang, namun dua keluarga.. dan keberlangsungan dakwah’ bisiknya dalam pelukan kami.

Sekali lagi di tariknya jilbabku ke bawah. 

Aku tersenyum. ‘ iya, biarkan semua yang ada saat ini , menjadi prosesku dan kenanganku.. hingga mampu punya cerita dan bekal yang kuat kelak’ ucapku mengahiri perbincangan hari itu.

Dan kami berpisah. Hmm.. sebenarnya.. raga kami yang berpisah.. tidak dengan doa dan persaudaraan kami. Hari itu ada satu waktu ketika kehidupan mengajariku tentang banyak hal. walau pun bukan lewat hidupku. Namun itu begitu berarti dan indah. 

No comments:

Post a Comment