Catatan Seruni ~
Tiba tiba ada seseorang yang terasa mengamati
dari kejauhan. Ada yang berbeda dirasakan oleh Seruni. Hatinya nampak tak
nyaman walaupun di tengah keheningan. Tak biasanya seperti ini. duduk di bangku
pinggir lapangan sendirian bersama buku dan keheningan adalah momen yang biasa
di lakukan namun kali ini terasa berbeda.
Benar saja di ujung sana ada tatapan yang
mengamatinya. Dan Seruni tahu benar itu siapa. Tahu benar tatapan itu untuk
siapa. Tahu benar bagaimana melanjutkan pertemuan tatapan mata itu bagaimana.
Di bereskannya segala macam perlengkapan yang
di pakainya. Di tutup buku dan laptopnya. Dan ketika ia hendak beranjak.
“ bukan masalah jika uni tak berkenan , namun
masih bisa kan kita berkawan?” tiba tiba suara itu hadir tanpa ijin.
“ untukku kita bukan hanya kawan” jawab seruni tanpa memalingkan muka.
“benarkah?” ungkap suara khas lelaki itu
dengan logat yang begitu di kenali setiap rapat berlangsung.
“ iya, kita saudara seiman. Mengapa tidak bisa
saling menjaga itu dan berada pada jalurnya” ucap seruni yang kemudian
benar-benar beranjak.
“ bagiku , abang senior yang baik, jangan
ubah itu dari pikiran uni. Assalamu’alaikum”
kata seruni sebari melangkah.
“wa’alaikumsalam” jawab lelaki itu sebari
melihat seorang kawan yang begitu dikaguminya berlalu. Hanya karena sepatah
kata yang tak mampu di tahannya. Dan kemudian lelaki itu tertunduk seiring
hilangnya seruni di ujung jalan.
Mengiba atas apa yang sudah di rasanya belum
tepat dan belum saatnya. Dan akhirnya dia memilih berbalik, dan mengambil
keputusan terbaik yang bisa di tempuhnya saat ini. mengambil air wudhu dan
menghadap sang pencipta dengan taubat yang terlantun dalam setiap sujudnya.
Comments
Post a Comment