Yang Tertera di Logika


 Di bawah rindangnya pohon di taman sore itu, dua sahabat duduk di sampingnya, menatap wajahnya yang dipenuhi kebimbangan. Udara terasa hangat, tetapi ada dingin yang terselip di antara kata-kata yang belum terucap. “Kita tidak tahu seberapa panjang waktu yang kita miliki,” ujar salah satu sahabatnya dengan suara lembut, “tetapi satu hal yang pasti, waktu terus berjalan, tak pernah menunggu. Mungkin kesempatan ini adalah yang terakhir untukmu menemukan kebahagiaan. Jika kamu terus menunda, kamu hanya akan menemukan penyesalan di ujung jalan.” Sahabat yang lain menimpali, “Tidak ada yang menjamin bahwa kesempatan kedua akan datang. Bahkan jika datang, suasananya akan berbeda, ceritanya tak akan sama. Jadi, mengapa tidak mencoba sekarang? Ambil langkah itu, kejar apa yang kamu inginkan, dan berhenti bertanya-tanya apa yang akan terjadi nanti.” Kata-kata mereka terasa seperti cermin, memantulkan kegelisahan yang selama ini ia pendam. Ia menundukkan kepala, merenungi makna di balik nasihat itu. Benar, ia tahu waktu terus berlalu, tak peduli apakah ia bergerak atau diam. Di sana, di bawah senja yang mulai meredup, ia menyadari bahwa kebahagiaan tidak akan datang mengetuk pintu. Ia harus bangkit, meraih kesempatan itu, sebelum waktu benar-benar pergi tanpa memberikan ruang untuk kembali.

Comments

Popular posts from this blog

LATIHAN SOAL UJIAN PART 1

Makalah Demokrasi di Indonesia