Sedang (sangat) KANGEN !!
Ada waktu kita memang memberi jeda pada
pertemuan. baik waktu itu di sengaja atau tidak. Baik itu di kehendaki atau
tidak. Baik itu di rencanakan atau tidak. Baik itu di senangi atau tidak. Namun
jeda itu akan tertap tertera dalam takdir. Karena dengannya kita menghargai
pertemuan. dengan itu kita mampu berpikir tentang segala hal yang sedemikian
mengesankan untuk di kenang.
Mungkin mendadak melankolis akhir-akhir
ini. tulisan saya tak jauh dari pernikahan dan siluet kata hati. Tak mengapa
menurutku. Normal dan cenderung baik jika itu berorientasi ke arah kebaikan
bukan?
Mungkin karena sekarang memang saya
benar-benar jauh dari orang tua secara fisik. Karena jika di tanya soal hati
dan perhatian. Tak pernah lepas dan berjeda perhatian dan kasih sayang orang
tua dari anak perempuan satu-satunya di keluarga kecil kami.
Begitu banyak yang berberda. Pastinya
tak ada lagi bapak yang selalu mematika televisi ketika beranjak malam. Tak ada
bapak yang senantiasa mengantarkan kemanapun saya pergi dan bersama siapa pergi
jika tidak di antarkan beliau. Tak ada bapak yang selalu mengetuk kening saya
dan kemudian bergumam segala tingkah saya yang membuatnya gemas. Dan tak ada
lagi kecupan di pipi saya ketika melepas saya pergi kesemarang dan saya yang
mencium tangannya dengan segenap cinta serta doa yang terlampir di antara kami.
Walau kadang tak terucap namun saya tahu betapa bapak begitu menyayangi saya.
Dan itu begitu jelas terlihat kapanpun dan di manapun ketika saya melihat sudut
matanya.
Hal yang tak kalah berubah adalah adik
kecil saya. Bima. Yang sedari dulu begitu kontra dengan saya. Banyak hal yang
membuat kami tak sepaham dengan segala hal. bahkan hingga detik terakhir
pernikahan saya. Namun kemarin ketika kembali berjumpa setelah saya jauh
darinya. Ada tatapan yang jarang terlihat di matanya. Ada kasih sayang yang
begitu besar pula ketika di acaknya jilbab di kepala saya. Memang umur 5 tahun
di bawah saya tak membuat perbandingan tinggi kami sama dengan umur. Karena
walau secara umur lebih tua , dia lebih tinggi dari saya saat ini. dan di
tanyakannya hal sederhana yang mencerminkan perhatian yang istimewa untuk saya.
Adik kecil saya yang setia kali foto harus membawa mainan bersamanya itu kini
beranjak menjadi pemuda yang istimewa untuk menjaga bapak dan ibu di rumah.
Dan sosok tangguh yang istimewa dalam
kehidupan saya. Yang tak henti menjadi pelita baik ketika dalam kandungan
hingga sampai ke alam dunia. Yang doanya menjadi petunjuk yang selalu menemani
saya. Yang ridhonya menjadi ridho Allah. Yang cintanya tiada akhir hingga ke
akhirat kelak. Yang tak akan pernah saya jadi dewasa di depannya. Yang
selamanya akan menyebut saya perempuan kecil yang akan selalu membuatnya
tersenyum setiap saat. Ibu. Ingin rasanya seperti dulu menculiknya ke jogja dan
menemani saya menghadiri pameran seni sampai ke tempat yang ingin saya
kunjungi. Kemanapun kami, berjalan berdua sambil saling bercerita tentang
kehidupan. Beliau guru terbaik, ibu teristimewa, sahabat yang luar biasa untuk
saya. Untuk kehidupan saya.
Sehingga jika seorang perempuan yang
kini sudah menyandang status istri ini kembali menangis ketika berucap kangen
dengan ketiga orang yang teristimewa itu bagi kehidupan saya itu bukan karena
saya tidak mensyukuri apa yang saat ini telah terjadi. Namun itu sebentuk
ungkapan keinginan saya untuk terus merasakan dan akan selalu merasakan
kehadiran dan perhatian mereka pada saya. Karena mereka tak akan terlewatkan
dan mereka yang terbaik. Yang teristimewa.
Comments
Post a Comment