Bakat ngelawak a la politisi
Hanya tak habis piker pada mereka yang ‘di
atas’. Begitu masih enggan terbuka padahal sudah di ujung tanduk. Menangis
tersedu di persidangan sampai berpakaian modis saat di tetapkan jadi tersangka.
Nampaknya dunia mulai di penuhi dengan lawakan lawakan a la ‘politisi tinggian’
yang memang kehilangan urat malunya sudah terlampau lama. Dan masyarakat sudah
terlanjut dongkol lagi ‘bete banget’ untuk memikirkan mereka.
Tak usai masalah yang satu malah berlanjut
ke masalah yang lain. Tak hanya satu dua masalah yang hanya tinggal sebu dan
wacana kosong sudah terlewati. Tanpa ketok palu yang terdengar apalagi sangsi
kongkret pada yang bersangkutan. Politisi bukan orang yang bodoh , kebanyakan
S2 hingga S3 .. wahh.. itu sudah lebih dari cukup untuk sekedar ‘mengelingkan
mata’ untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan dirinya. Bukan lagi
mereka yang masih berada pada pusara kekuasaan yang baku di ‘atas’.
Sementara rakyat berada pada posisi sama
untuk mengencangkan ikat pinggang .Sekian kali mengganti rupa agar tak malu
berganti posisi ‘jabatan’ di jalanan. Mereka yang ada di ‘atas’ lebih suka
duduk tertidur di kursi empuk ber ac dan di depan mereka terdapat snak yang
harganya ratusan ribu.
Genap sudah semua ketika rakyat sudah makin
tak perduli. Sama halnya dengan sikap dan keengganan untuk mengerti tentang
‘penyambung kasih’-nya di ‘atas’. Hanya sedikit banyak lebih memilih untuk
terlibat dengan rutinitas mengambil satu dua alibi untuk mendapatkan sesuap
nasi. Melanjutkan hidup dengan segala mimpi dan harapan yang ada.
Kadang terpikir, apa hokum sudah terlalu
tumpul untuk menikam mereka yang tak memiliki hati mencekik rakyat secara
perlahan. Atau hokum terlalu banyak bolong karenanya ikan ikan penjahat rakyat
itu dengan bebasnya lepas dari jeratan. Dan kadang terpikir apa ini memang
siklus kehidupan. Dan hukum rimba layak untuk di tegakkan??
Comments
Post a Comment