Realita
Pagi ini saya enggan
beranjak dari pemikiran saya. Ada banyak hal yang berkecamuk namun tak mampu
saya ungkapkan lewat kata. Dan akhirnya. Hampir seharian di kamar kos adalah
salah satu tantangan seseorang seperti saya menikmati riuh redam kamar dengan lagu sheila on 7 dan letto. Tak lupa dengan perbincangan
khas yang saya lakukan dengan buku-buku yang ada di atas meja serta teh hangat
yang menemani saya dengan setia.
Sedang mencoba mengelak
dengan pikiran saya sendiri. Saat sebagian orang bertingkah aneh akhir akhir
ini. dengan pikiran dan prasangaka mereka. Jujur memang baik bahkan tindakan
mulia. Namun untuk saya diam adalah
sebuah pilihan yang saya pilih untuk tidak menyakiti siapapun termasuk diri saya
sendiri.
Berbicara dengan
beberapa orang juga membuat saya kagum. Beberapa sosok yang cukup berperan
aktif maupun pasif dalam hidup saya. Beberapa senior yang mengajak canda yang
justru membuat simbol hidup bernama senyum itu kian ringkas mengenali kejadian
demi kejadian.
Lantunan nada lagu
bersahaja mengalun dari bibir itu. Senyumnya mengembang seraya beberapa sapa
dari teman teman. Seakan ingin mengabaikan masalahnya sendiri dan berkata bahwa
hidup ini baik baik saja.
Dan mengenal dan menatap
anugrah terindah Allah
dalam bingkisan seseorang itupun kian membuat keadaan
ini semakin baik saja. Melihatnya adalah sebuah anugrah tersendiri. Senyum tersembunyi
di balik wajah itu sebuah kesempurnaan
pribadi yang berbeda dengan dia yang dulu lu temui sekitar 2 tahun yang lalu.
“kalo nanti sudah
mengerti, dek arma juga tau.. kalo hidup ini begitu menyenangkan untuk di
syukuri setiap detiknya” gumamnya ketika aku bertanya alasannya begitu
bergembira hari ini.
Mengijinkan seseorang
masuk dalam kehidupan saya bukan hal yang mudah. Menuai banyak kata iya untuk
mereka yang keluar dan masuk dalam kehidupan kita punya rasa tersendiri. Dan
saat ini, saya sendiri tengah enggan untuk berpikir tentang ego. Itu salah
memang, namun mencoba untuk menikmati kehidupan ini barang sebentar membuat
saya sendiri terlupa dengan beberapa teman pagi dan siang berwarna merah jambu
dan hijau berbentuk pil itu.
Mereka bilang tersenyum
adalah cara paling indah untuk beribadah. Namun untuk saya, ingin rasanya
menempatkan segalanya sebagai ibadah. Langkah dengan niat yang benar. Mengubah
persepsi yang benar. Menghindari perbincangan dan pertengkaran tak berguna.
Membuat ibu berbahagia dengan kehadiran saya. Dan membiarkan beliau bercerita
apapun yang beliau alami ketika saya tidak ada dirumah. Itu begitu mengesankan
untuk di tinggalkan.
Dan ketika mereka
bertanya kenapa saya tidak berkata ‘iya’ untuk sesuatu yang mereka pinta.
Jangan tanyakan itu saat ini. ada jauh lebih banyak cinta yang ibu ingin
berikan. Ada jauh lebih banyak waktu yang tersita bukan hanya milik saya. Atau
jika waktu kelak bukan legi milik saya. Harapan saya Cuma satu. Dikenang
sebagai anak, kakak, teman dan sahabat yang mengesankan.
Senja menyibari sore
dengan indahnya. Nampaknya setiap perbincangan selalu berakhir manis. Namun
rangkaian kata yang di tulis dari pagi hingga sore ini berhenti dengan ucapan.
Terima kasih untuk
segalanya..
Dan kata yang terindah
untuk hari ini adalah..
Alhamdulillah J
3 juli 2012
‘kamar putih’ ~
Comments
Post a Comment