TRUS KENAPA ? MASALAH BUAT LOH?
Tersenyum , sama saja saya juga
begitu saat pertama kali mendengar Soimah melantunkan kata itu di televisi.
Atau setiap kali dia melakukan hal hal yang membuat siapapun yang melihatnya
pasti mengulaskan seutas kejujuran pada senyuman di paras mereka. Entah kenapa
ada hal yang terlintas di pikiran saya.
Begitu mengesankannya orang itu.
Pastilah dia adalah seseorang yang pandai bersandiwara. Karena parasnya yang
selalu ceria terkadang harus di rundung kepalsuan untuk menghibur orang lain
karena di dunia intertaiment tak ada alasan orang untuk tidak bergembira.
Namun kita tinggal di dunia
nyata. Kata itu pun masih sering saya gunakan sebagai tameng untuk mereka yang
menerka dan mencoba melemahkan ideologi saya. Banyak sekali yang akan membuat
saya lumpuh dan cedera hati jika mengikuti apa yang menjadi doktrin mereka pada
saua. Dan apa saya harus terus
mendengarkan mereka dan tanpa pendirian menjadi “miss yess” untuk mereka? Maaf
itu bukan gaya saya.
Dan ikata itu adalah mantra yang
membuat saya tegar berdiri saat banyak orang membuat keputusan atas pendapat
mereka pada saya. Apakah mereka orang yang jauh dengan saya.? Tidak juga.
Bahkan mereka dekat. Tinggal bersama dalam satu atap dan bahkan ad ayng stau
kamar namun berbeda pandangan sudah sejak berpisah dengan orang tua , saya
alami dari dulu.
Karena mungkin sedari awal saya
berbeda. Merasa memiliki pemikiran yang berbeda sejak dahulu. Bukan lalu
membuat saya jauh dari mereka. Itu yang membuat saya bisa juga berpikir seperti
mereka. Termsuk yang netral dengan semua pandangan hidup, hanya saja saya punya
prinsip yang akan saya pegang sampai akhir hayat saya dan itulah mengapa saya
tetap bertahan.
Hijrah bukan pilihan saya
sekarang. Tinggal bersama mereka membuat saya bebas berwacana akan menjadi
siapa dan bagaimana. Otoritas itu menjadi sebuah pillihan yang membuat saya
tetap berada di ruang publik itu dengan semua tantangan yang ada. Dan tentunya
dengan pola pikir itu. Karena jujur, saya belum berani menjadi satu warna.
Bersama meraka saya melewati
melodi indah. Permasalahan yang berbeda dengan apa yang biasanya monoton.
Menjumpai orang yang memiliki karakter yang berbeda. Dan bagaiman saya
menanggapi dan merebut hati mereka pun berbeda. Itulah yang membuat saya
belajar. Untuk mengendalikan diri. Menempatkan posisi dan emosi yang tepat
bahkan terkadang harus bertindak halus untuk tidak terlalu menyakiti siapapun.
Karena indahnya dakwah bukan pada
bagaimana kamu menjadi sempurna dan luar biasa di antara kaum yang sama. Namun
bagaimana kamu yang sederhana dan biasa saja bisa sedikit bermanfaat dan mengijinkan
cahayaNya melewatimu untuk dapat menerangi sedikit sudut dunia.
Sehingga nantinya ketika berada
di luar diantara mereka yang begitu luar biasa dan di kondisi yang tidak
memungkinkan untuk apapun. Saya bisa tetap mengerti dan memahami keadaaa. Serta
tidak goyah dan kaget dengan keadaan. Sedari dini, saya ingin menjadi mereka
yangf pantas untuk bercahaya dimana saja. (arma – unnes)
Comments
Post a Comment