Meja bundar FE
Hujan nampaknya menggenapkan
senyuman yang tertarmbat. Ada banyak hal yang tertera dalam rintiknya. Bahkan
selagi aku tak menatapnya dengan segera. Yah. Ada banyak hal tersimpan dalam
hujan. Menghujam hati dalam setiap rintiknya. Siapapun ia yang menyayangiku
tahu. Aku begitu menyukai hujan.
Terlampir sudah hidupku di
sini. Dalam sela mimpi yang membenamkan ku pada jurang syukur terdalam. Hingga
nampaknya tak perlu aku list nya satu per satu. Karena tak akan sanggup aku
mengabulkannya. Allah menempatkanku pada tempat yang begitu elok untuk di
lukiskan.
Hingga beberapa waktu aku
kembali tertambat. Duduk di meja bundar FE ini lagi. Iya, paling ujung, paling
dekat dengan jalan menuju mushola. Sebari melihat dedaunan yang terjatuh di
sela angin yang membawa aroma hujan.
Sungguh menawan rasanya
disini. Rasanya segala hal terulang. Di sini banyak berawal banyak hal. Banyak
tercipta ratusan kisah. Malampirkan ribuan kesyukuran hingga aku tak mampu
menghadapinya satu per satu. Aku terlampau kecil untuk mengesatui segalanya.
Oleh karenanya aku diberikanNYA satu cinta yang tiada batas hanya padaNYA.
Hanya DIA. ALLAH semata.
Kerinduan ini membuncah
untuk sekejap mata. Mereka yang sempat singgah dalam hidupku. Menguraikan nada
yang berbeda dalam alunan cerita yang ku miliki. Mereka yang sempat meletakkan
tangannya utntuk berikar tak akan tergantikan oleh masa. Nyatanya mulai singgah
di peraduan masing-masing. Membawa jutaan kenangan kami. Dan kemudian berdiri
dengan tagguh dengan takdir masing-masing.
Sepantasnya
aku tahu, diantara mereka itu ada yang selalu melihat satu sama lain. Walau
dalam jarak yang berjeda. Namun tetap terpatri dalam sekat yang sama. Do’a yang
sama. Untuk persaudaraan yang tak akan lekang bahkan lebih lekat dari hubungan
darah.
Semoga
Allah menjaga kalian dimanapun dan apapun amanah kalian sekarang.
(mejabundar
fe)
(sebari
menunggu hujan tiba)
Comments
Post a Comment