Suatu hari..
Kelas
ramai itu biasa buatku. Ada yang tengah berdiskusi di belakang. Berbincang
tentang isu terkini. Dari mulai penyanyi dangdut dan gosipnya. Dan sesekali di
ketukannya kaki ke lantai dengan gaya bak komentator bola yang gemas karena tak
ada gol untuk pertandiangan yang akan usai. Seru tapi kurang greget.
Di sisi
kiri kelas ad yang mencoba mengotak atik pena. Ku kira tadinya pena macet.
Namun, lama kelamaan bukan malah kembali menulis jawaban. Namun terdengar
ketukan menjadi nada lagu melankolis yang kemudian mengalun dari ketukan
mejanya. Dan beberapa aktifitas lain yang pasti sudah di ‘harap diam’ oleh
anggota PPL lainnya sampai guru kelas. Namun kali ini aku hanya diam.
Ku
alihkan pandangan ke luar kelas. Ke jendela kelas. Tepat seperti dahulu ketika
aku tengah duduk di bangku sekolah. Aku lebih suka melihat dedaunan yang
bergerak mengikuti angin yang berhembus. Seirama dengan satu dan yang lainnya.
Seakan berpadu pada satu rasa. Seiring sejalan bersama alunan angin. Bagai di
iringi nada alam. Yang nampak...
“bu..”
panggilan itu mengembalikan kesadaranku.
“ yang
romawi 2 susah bu..” ucap salah seorang anak mendekatiku.
“yang
mana?” tanyaku sebari membaca LKS yang di tunjukannya ke arahku.
“ ya
sudah duduk dulu. Ibu jelaskan sekalian ya” jawabku.
“yess...”
ucapnya sambil mengepal kan tangan ke atas sebari berbalik dan meninggalkanku.
Persis sepertiku dulu karena dengan itu kami tak meneruskan mengerjalan soal
yang belum tuntas untuk membuka wawasan siswa.
Dan aku
beranjak. Mengambil sepidol merah dan biruku. Membenahi baju yang kusut di ujung
kemeja. Merapikan jilbab pada tempatnya dan memastikan berdiri dengan benar
sepatu vantovel yang tadi sempat ku mainkan sejenak.
“
perhatian kembali ke ibu.. mari.. kita buka wawasan baru tentang memahami
masalah dan memecahkannya” ungkapku ..
Dan seketika
itu.. semua mata dan perhatian. Kembali kepadaku.
Comments
Post a Comment