Perempuan bicara tentang cinta (part 4)
Bagai
melodi yang memperkenankan setiap orang untuk menikmati ritme yang di sampaikan
not-not balok itu menjadi sebuah nada yang indah. Menguraikannya dalam
instrumen yang membuat orang tersadar. Bahwa deretan berjajar hitam putih
dengan berbagai jeda itu bukan hanya sandingan agar tak berwarna sama. Namun
ada maknanya.
Bagaikan
langit yang tangguh membiru. Terbentang di atas cakrawala yang menyajikan
lukisan yang maha dasyat ketika pelangi tiba. Langit yang begitu luas dan
tinggi itu berbagi tempat untuk warna yang lain. Di relakannya warna-warna itu
bersandar dan membingkai sebuah urutan yang setiap orang di perbolehkan untuk
memberikan persepsinya masing masing. Namun ketika gerimis pergi bersama
warna-warna itu. Si langit tak pernah patah. Karena tangguhnya selalu
bersanding putihnya awan yang terus berdampingan dalam siang, terik hingga
merona dalam senja.
Tak
tahu lagi harus berkata apa. Namun hanya sebuah tanda. Ini tak berarti salah
dan juga tak sepenuhnya benar. Oleh karena itu ini di sebut ikhtiar. Apapun
yang di katakan mereka. Apapun yang membuat sisi manusiawi ini ragu dan
gelisah. Namun keteguhan niat selalu kembali menyingkirkan semuanya. Membuatku
lebih tenang. Membuat niatku lebih dan lebih tangguh.
Tak ada
yang berkata ini mudah. Namun juga tak ada yang berkata ini akan menjadi
sedemikian sulit. Namun bukanlah hanya pembelajar yang mengambil keputusan yang
mampu mendapatkan gambaran baru tentang suatu hal. jadi mari mengambil
keputusan.
Dan
bukankah..
Waktu
yang tepat itu bukan untuk di tunggu?
Ya?
Namun
waktu yang tepat..
Itu
kita putuskan.. kita yang buat.. ^_^
Comments
Post a Comment