Seruni (Part 11)
Perlahan
aku mundur selangkah. Ada yang perih di hatiku melihat senyum itu. Seakan
menggores sisi hati yang lama ku obati sendiri. Namun kali ini,perihnya makin
menjadi. Hingga terasa tak merasakan apa-apa.
“baca
bareng-bareng yuk” ucapnya sebari mengambil tanganku. Namun perlahan kembali ku
lepaskan tangan itu.
“enggak
bang, sudah .. begini saja sudah cukup” ucapku lirih.
“coba
abang tanya dulu.. siapa nama orang tua abang?” tanyanya sebari mengajakku
duduk.
Ingin
rasanya menjawabnya seketika. Namun, tangisku mengalahkan suara yang hendak
meluncur dariku.
Di
bukanya amplop biru itu dan kemudian terpampang hal yang begitu terasa makin
melukaiku. Hingga di bacanya pelan sebari menggenggam tanganku.
Kau adalah awal hidupku yang baru..
Senyum mu, tangismu bahkan kedipanmu adalah melodi dalam
hariku..
Ku tinggalkan mimpiku terdahulu..
Senyummu adalah harapku dalam setiap do’a..
Pintaku hanya satu, kau bahagia..
Melihatmu tumbuh adalah cara Allah menjajakan bahagia
dalam hariku.
Tak sepi rumah semenjak kehadiranmu..
Langkah kecil mu di tepian senja membuat keluargaku
hidup..
Hingga adikmu melengkapi kebahagiaan tanpa jeda..
Walaupun harus temaram sebelum berkembang..
Bertiga harus kita arungi hidup tanpa kepala keluarga..
Peluhku berpadu dengan cita-citamu..
Dalam setiap sujud ada pinta yang tak terlepas
dalam-dalam
Hidup yang kian menahun membuat kita kuat
Tempa dan cobaan membuat kita kian menjadi setegar
karang..
yang begitu aku sayangi..
Jika kini kau harus memiliki cita yang lain..
Ketika mata yang selalu ku tatap tengah membaca buku dan
Surat CintaNYA..
Kini mulai menatap teduh perempuan yang kini menjadi
istrimu..
Inilah waktunya aku berbagi cinta dengannya..
Perempuan yang kau hadirkan dalam keluarga kita..
Yang menyapa hangat aku dengan senyumnya..
Yang memeluk adikmu dalam dekap ramahnya..
Hingga aku tahu mengapa kau memilihnya dalam setiap
kekurangannya..
Putraku,,
Sekalipun tak mampu aku berkata dalam jeda waktu..
Ada hati yang tak mampu ku geluti walau dalam setiap
temaram hari,.
Doa dan cinta tak akan pernah berkurang untukmu
Walaupun jauh dari mu..
Semoga Allah menjagamu dan keluarga kecilmu nanti..
Aamiin..
Rasti Awalia..
Ibu yang selalu menyanyangimu..
Seketika
aku memeluknya. Bingkisan Allah untukku yang selalu ku damba dalam doa.
Bagaimana bisa aku berpikir ada orang lain di hatinya. Padahal hidupnya telah
bergelimang ilmu agama sedari mudanya. Di hadirkannya agama dan cinta dalam
hidupku dengan Allah sebagai alasannya. Di hadirkannya sabar dalam setiap salah
dan khilafku. Dan selepas itu hanya 1 kalimat yang ku ucapkan.
“maaf,
bang..”
Comments
Post a Comment