Dan Benar,Ternyata aku Rindu..
Nampaknya aku memang
tak bisa melupakannya. Nyatanya sejauh apapun melangkah akan ada tahap dimana
aku akan bertemu lagi. Akan mengapdi lagi. Akan berperan lagi. Walau atau
dengan diketahui oleh mereka. Bagiku KAMMI sudah jadi bagian tak terpisahkan
dalam hidupku. Walaupun faktanya ada jarak yang sudah membentang.
Saat di ajak salah
seorang senior untuk bersamanya ada yang terlintas. Mungkinkan iya-ku ini
karena aku ada waktu luang atau karena aku memang ingin berangkat atau yang
lain? Namun ku telusuri benar dhuhur itu. Ku tanyakan pada hatiku. Jika salah
berniat, maka langkahkupun akan jadi kesia-siaan semata.
Hingga akhirnya
memutuskan untuk berangkat. Itu membuatku tahu bahwa keinginanku untuk berbagi
waktu dengan siswa yang esok akan mengerjakan Ujian Nasional itu cukup mengusik
inginku untuk bergabung dengan senior itu.
Dan akhirnya aku di
hadapkan kembali pada posisi dimana aku kembali memikirkan KAMMI lebih jauh.
lebih dari sekedar membalas comment di facebook maupun twitter para muslim
negarawan dari penjuru negeri. Namun kembali berpikir bagaimana KAMMI UNNES
kini?
Apakah sama rasanya
seperti periode lalu yang tak ku khatamkan dengan sempurna hingga akhir tetes
cerita terakhir? Dan senyumku mengembang. Ku doakan setulus mentari nan kian
meredup sore itu agar mereka yang tengah berjuang saat ini di berikan sejuta
ketabahan. Beribu semangat nan membara dan keutuhan istiqomah yang membawa pada
kebaikan dan pengapdian yang purnama . aamiin
Hingga malam itu tak
setetespun hujan turun seperti sore ini. seakan menghargai setiap niat baik
untuk memberikan sejumput senyuman untuk negeri. Walau lewat hal yang kecil
namun berarti untuk kami yang ada di jalan juang ini.
KAMMI ada dalam
hidupku. Mengisi relung yang dulunya hampa. Sejumput dan sejumput pemikiran di
rangkainya dengan keutuhan. Pengertian akan ISLAM dan KETUHANAN yang sempurna.
Dan itu berarti besar.
Mungkin tak lagi
disana bukan berarti tak mendoakan mereka yang kini tengah berjuang. Mungkin
tak bertegur sapa tak berarti aku melupakan diskusi tentang peradaban. Tak memulai sebuah terka
tak membuat aku terlupa untuk selalu tersenyum dan memberikan sedikit
pengertian pada mereka yang belum paham tentang KAMMI.
Mungkin cintaku tak
lagi membara api yang menghanguskan banyak kayu seperti dulu. Namun cintaku
pada KAMMI masih punya bekas yang begitu nyata. Mungkin tak teraba, tak juga
terbaca. Namun begitu meletup dalam jiwa dan biarkan mereka yang mampu mengertinya
hanya tersenyum dan membaca ini dengan bijak.
Mereka yang tak lagi
bersanding dengan KAMMI, tak bisa melupakan KAMMI.
Dan ku sadari kini,
aku merindukan KAMMI..
#edisi_rindu
Comments
Post a Comment