Cerita akhir Pekan (Series 2)
Dan dari suara dan
detak nadinya ku rasa bahagia. Tak ada satupun yang berubah dari aktivis ini.
namun jika dulu sudut ruangan ia letakkan tumpukan jilbab warna-warni kini
berganti dengan tumpukan popok yang tersimpan rapi.
Nampaknya ananda kecilnya
begitu di utamanya. Sehingga di singkirkannya jilbab kesayangannya yang selalu
tertata rapi di tempatnya.
Perbincangan itu
bergulir.
Ketika kami mulai bicara tentang kehidupannya selepas menikah. Ibu
muda ini lebih memilih di rumah. ‘apalgi yang ku inginkan ketika suami
memintaku menjadi permaisurinya seutuhnya di rumah’ ungkapnya masih dengan gaya
bahasa penuh sastra yang sedari dulu kami lantunkan dalam setiap pesan singkat.
Tangannya mulai
kembali menarik jilbabku ke bawah. ‘kelak kau akan mengerti adikku. Tak ada
yang lebih mulia bagi seorang wanita selain di muliakan oleh suami dan
keluarganya’ ucapnya kemudian sambil kembali menuangkan teh ke cangkirku.
‘untuku tak ada yang
sia-sia. Hidupku begitu bahagia. Melihat si kecil terbata dan mengucapkan kata
yang mengejutkan. menunggu di rumah mengurus rumah dan kau tahu? Aku lebih
banyak waktu untuk menulis’ ucapnya dengan sama semangatnya ketika berbincang
solusi pemecahan masalah negara.
Dan senyuman kami
terhenti ketika di tanyakannya satu nama yang tak ingin ku dengar. Aku
tersenyum. seraya menjawab dia begitu bahagia dan tengah berjuang juga untuk hidupnya . Dan kini begitu bahagia. Dan
senyumnya kembali terukir tipis. Memelukku.
Dan berkata ‘bukankah kau juga
tengah menjemput bahagia?’ ucapnya sedikit berbisik.
Aku yang tersenyum.‘
aku bukan hanya bahagia, untuk seorang perempuan , ini adalah kebahagia n yang
melengkapi bahagia’ jawabku kemudian.
Dan pertemuan itu di
akhiri dengan pelukan kami di depan rumahnya. Senyumnya tak henti mengartikan
bahagia yang tak terungkapkan.
‘ingat. Menikah bukan hanya sekedar menyatukan
dua orang, namun dua keluarga.. dan keberlangsungan dakwah’ bisiknya dalam
pelukan kami.
Sekali lagi di
tariknya jilbabku ke bawah.
Aku tersenyum. ‘ iya, biarkan semua yang ada saat
ini , menjadi prosesku dan kenanganku.. hingga mampu punya cerita dan bekal
yang kuat kelak’ ucapku mengahiri perbincangan hari itu.
Dan kami berpisah.
Hmm.. sebenarnya.. raga kami yang berpisah.. tidak dengan doa dan persaudaraan
kami. Hari itu ada satu waktu ketika kehidupan mengajariku tentang banyak hal.
walau pun bukan lewat hidupku. Namun itu begitu berarti dan indah.
Comments
Post a Comment